7. Give Up

31 2 10
                                    

Tidak,  Sa Ra harus sempurna. Sa ra sudah terlanjur menyanggupi permintaan Kai. Sekarang Sa Ra harus bekerja keras untuk bisa menari lagi Sa Ra bahkan lupa cara menggunaian Twirling Ribbon.

Sa Ra menatap gagang twirling ribbon.  Dia membayangkan bagaimana tubuhnya akan bergerak jika ia menggunakan benda ini. Biasanya penonton akan terpukau jika para penari menggunakan salah satu properti andalan, salah satunya adalah twirling ribbon ini karena akan membuat seorang penari jadi lebih indah dan anggun.

Sa Ra harus terlihat sempurna, bagus saja tidak cukup. Namun sempurna sangatlah mustahil untuk di lakukan oleh Sa Ra.

Ah... Aku tidak bisa melakukannya.

Ini adalah sudahanya yang ke lima puluh kalinya.  Sa Ra berjinjit dengan mengangkat kaki sebelahnya supaya sejajar dengan wajahnya.  Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa!
Sa Ra hampir saja akan menangis,

"Haisss.... " Sa Ra putus asa. Dia marah sambil ambruk. Sa Ra menelungkup dengan dahi di atas lengannya.
Sa Ra tersedu. Sa Ra menangis karena kecewa.

Sa Ra tersedu-sedu di ruang latihan seorang diri setelah mengajar. Rencananya hari ini Sa Ra ingin melatih ototnya kembali supaya bisa menari lagi dengan sempurna tapi ternyata tidak berhasil.

Aku harus membatalkan rencana ini. Kai bisa mempermalukan aku. Aku tidak boleh menuruti permintaannya, ini konyol. Sa Ra belum berhenti menangis.

"Cukup Sa Ra, aku yakin kamu bisa."

Sebuah suara menghentikan tangis Sa Ra. Sa Ra mengangkat wajahnya yang kusut masai. Matanya bengkak karena menangis.

"Kamu ngapain kesini?"

Kai melepaskan tasnya.  Tas Kai jatuh di lantai. Pria tinggi itu lalu duduk di lantai di sebelah Sa Ra. Kai mengumpat kasar dalam hati.  Kai melihat punggung Sa Ra yang terbuka.  Kai melihat kulit Sa Ra sangat putih seperti salju berbanding terbalik dengan kulitnya yang setingkat lebih gelap.

"Aku mau kamu mengajari aku." jawab Kai.

Sa Ra melotot ke arah Kai. Sa ra merasa Kai sedang menghinanya.

"Kau... Apa kau terang-terangan sedang menghinaku Kim Jongin?"
Sa Ra berteriak.

Kai memundurkan kepalanya karena kaget mendengar suara Sa Ra yang menggelar.

"Menghina? menghina apa ya maksud kamu?" Kai bingung.

"Mengajarimu? Sedangkan kau tahu sendiri aku sudah cacat?"

"Cacat? Sa, kamu ngomong apa sih?"

Kai jadi emosi, tidak tahu apa-apa, Sa Ra langsung menuduhnya yang bukan-bukan.

"Aku memutuskan akan membatalkan tawaran kamu." Kata Sa Ra.

"Dih, kok gitu, ga bisa dong.  Aku udah bayar tunai masuk kelas di sini. Kau harus mengajariku. "
Kai menujukkan tanda bukti pembayaran yang sudah di cap lunas.

"Nggak ada pembicaraan mengenai itu. Aku hanya mengajar anak-anak."
Tolak Sa ra ketus.

"Tapi pihak manajemen tidak pernah membicarakan ini padaku."
Tukas Sa Ra kesal.

"Itu bukan masalahku."

Kai tidak peduli. Sa Ra makin kesal lalu segera ingin meninggalkan Kai yang sampai sekarang masih menyeringai, sepertinya dia sangat senang karena sudah berhasil mengacaukan perasaan Sa Ra.

"Aku harus bicara dengan manajemen."

Sa Ra mencoba untuk berdiri, namun akhirnya ambruk lagi karena kakinya yang pernah cedera mengalami kram.

Thief Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang