Hari Senin. Hari yang menjadikan semua orang kembali sibuk setelah libur panjang.
Hari itu juga yang menjadi pengubah status seorang siswi yang baru masuk di SMA Taruna yang merupakan SMA favorit di kotanya.
Panggil saja dia Hilya, seorang perempuan yang memang memimpikan dirinya masuk SMA Taruna. Dia merupakan anak dari seorang CEO sukses yang terkenal di kotanya. Tapi, tidak ada yang mengetahui jika dia adalah anak dari seorang CEO sukses. Bukan karena tidak diakui, bukan. Identitasnya disembunyikan karena dia tidak mau jikalau dia mendapatkan teman yang hanya memanfaatkan kekayaan orang tuanya.
Pagi itu Hilya berangkat menggunakan sepedanya menuju sekolah. Bukan apa-apa, ayahnya selalu mengajak Hilya supaya berangkat bersama, tapi Hilya hanya ingin bersepeda.
Sesudah Hilya bersiap untuk berangkat, Bundanya menyuruh Hilya untuk sarapan terlebih dahulu.
"Selamat pagi sayangnya Ayah Bunda~", sapa Bunda di pagi hari saat Hilya baru sampai di pertengahan tangga.
"Pagi juga Ayah Bunda", Hilya agak berlari untuk mendekat lalu mencium pipi Ayah dan Bundanya.
"Yaya, berangkat bareng Ayah mau nggak?", ajak Ayahnya.
"Nggak usah Ayah, kann tadi malem udah Yaya bilangin kalau Yaya mau bawa sepeda aja", tolak Hilya seraya mengambil nasi dan lauknya.
"Oke kalau gitu. Sarapan dulu gih, keburu siang", Ayah.
"Mau bawa bekal nggak nih kesayangannya Bunda?", tanya Bunda setelah selesai menyiapkan roti lapis untuk makan siang Ayah nanti di kantor.
"Gausah bun. Nanti Yaya ke kantin aja sama temen-temen baru Yaya", Hilya.
"Oke. Keliatannya seneng banget nihh mau dapet temen-temen baru", kata Ayah sambil iseng colek dagu Hilya.
"Iihhhh, Ayah gitu ah, jail banget sih Yah", omel Hilya.
"Iya iya udah kok gak jail lagi, tapi inget yaaaa, putri kesayangan Ayah gak boleh pacaran"
"Iya Ayah, Yaya bakal rajin belajar dan nggak pacaran", Hilya sambil ngasih tanda promise ke Ayahnya.
"Yaya udah selesai. Ayah bunda, Yaya berangkat sekolah dulu yaaa. Assalamu'alaikum", pamit Hilya lalu menyalimi ayah bundanya.
"Waalaikumussalam, hati-hati"
"Siap bunda"
Di perjalanan, Hilya senang sekali akhirnya hari yang ditunggu-tunggu dateng juga. Dan itu adalah hari pertama dia bersekolah di SMA Taruna, SMA yang terkenal akan segudang prestasi, dibidang akademik maupun non-akademik.
Tidak butuh waktu lama untuk Hilya sampai di sekolahnya, hanya sekitar 20 menit karena memang jarak rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh. Hilya memarkirkan sepedanya diparkiran khusus sepeda.
"Hai", sapa seseorang ke Hilya
"Oh hai", Hilya.
"Nama kamu siapa?", tanyanya.
"Nama aku Hilya, kamu?", Hilya.
"Oh Hilya. Nama aku Wina, salam kenal ya", Wina, ehehe.
"Jalan bareng yuk", ajak Hilya.
"Ayok. Oh iya, kamu di kelas mana?", Wina.
"Aku di kelas 10 bahasa 3, kamu sendiri di kelas mana?" Hilya tanya balik.
"Iihh sama euy, ternyata kita satu kelas, hahaha", Wina.
"Iihh gak nyangka banget. Eh hari ini perkenalan wali kelas kan? Dan belom mulai pembelajaran?", Hilya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Teen FictionKisah Hilya yang mulai memasuki SMA dari hal yang menyedihkan hingga akhir yang...emmm...entahlah gimana akhirnya😅. "Ternyata lo nepatin janji lo, kirain lo bakal kek yang lain", kata Juna masih memejamkan matanya. "Eh, kirain tidur kak", Hilya. "G...