chapter 3🐺🐱

260 48 1
                                    

Sehari kemudian, Kamar Jeongwoo kembali di masuki oleh para pengusir setan. Namun kali ini Jennie tidak tahu apa nama mereka. Mereka berjumlah hampir 15 orang. Masing-masing membawa tungku air berisi air panas dan memuncratkannya di setiap sudut kamar.

Jennie memutar bola matanya lalu kembali tertawa. Merasa pria yang bisa melihatnya itu benar-benar berlebihan. Ia langkahkan kakinya menuju kasur Jeongwoo dan menidurkan dirinya disana senyaman mungkin. Matanya sesekali berkedip mengarah ke arah Jeongwoo yang terus menatapnya putus asa.

Tanpa sadar, Jeongwoo berdiri dari sofa merahnya dan menghampiri Jennie. Jeongwoo merasakan tatapan bingung dari gadis itu, namun ia lebih memilih untuk menghiraukannya. Ia baringkan tubuhnya di sisi Jennie dan mulai menghela nafas berat.

"Pergi!" Perintah Jeongwoo, yang Jennie yakini bukan ditujukan kepadanya. Melainkan kepada orang-orang yang masih memenuhi kamar pria itu.

Orang-orang yang berpakaian hitam-hitam itu saling berpandangan, bingung. Namun tanpa berkata apa-apa, merekapun mulai beranjak meninggalkan kamar Jeongwoo dan membiarkan Jeongwoo sendiri. Atau lebih tepatnya, berdua.

Suasana terasa sepi selama beberapa detik. Jennie sibuk menghabiskan waktunya dengan menatap langit-langit kamar, sedangkan Jeongwoo dengan pikirannya sendiri. Mereka terus berdiam hingga Jennie memutar tubuhnya ke arah Jeongwoo dan menopang kepalanya dengan siku.

"Putus asa, hm?" Sindir Jennie yang dibalas dengan tatapan sengit Jeongwoo.

"Tidak," jawab Jeongwoo cepat. Ketika ia mendengar kikikan gadis di sebelahnya, Jeongwoo mulai mendengus gusar. "Mungkin," ujarnya pelan.

Sebenarnya Jennie berniat tertawa lepas mendengar pengakuan Jeongwoo. Namun ia mengurungkan niat tersebut ketika mendengar kamar Jeongwoo di ketuk oleh seseorang dan dibuka bahkan sebelum Jeongwoo mengijinkannya.

"Hoi, Sepupu! Apa yang terjadi? Aku melihat banyak pengusir setan keluar dari kamarmu ketika aku baru datang."

Jeongwoo segera mendudukkan dirinya diatas kasur dan mendapati Jihoon sedang berdiri di ambang pintu. Jeongwoo mendengus malas melihat sepupu konyolnya itu dan hampir menidurkan kembali tubuhnya ketika tiba-tiba saja ia teringat suatu hal.

"Wah, aku merasakan sesuatu. Sejak kapan kau disukai Arwah?"

Jeongwoo mengacak-acak rambutnya frustasi. Astaga, bagaimana mungkin dia bisa melupakan kemampuan merasakan dan mengerti pikiran arwah yang dimiliki Jihoon?

Jennie yang ikut mendengar ucapan Jihoon akhirnya ikut duduk di atas kasur dan menatap Jihoon dengan tertarik. Dibandingkan dengan pengusir hantu sebelum-sebelumnya, sepertinya Jihoon merupakan orang pertama yang menyadari kehadiran Jennie.

Jennie mengikuti arah langkah Jihoon dengan matanya dan melihat Jihoon kini duduk di sofa kesayangan Jeongwoo. "Dimana posisinya sekarang?"

Jeongwoo melirik ke arah Jennie yang masih menatap Jihoon dengan ketertarikan yang besar. Ada sesuatu hal yang mengusik Jeongwoo ketika Jennie menatap sepupunya dengan detail. Sesuatu yang membuat konsentrasinya pecah sejenak. Mungkin ia masih tidak terbiasa melihat gadis itu menatap sepupunya.

"Dia duduk di sebelahku," jawab Jeongwoo tanpa mengalihkan pandangannya dari Jennie. "Kini dia berjalan ke arahmu," tambah Jeongwoo ketika Jennie mulai melangkah dan duduk persis di hadapan Jihoon.

Jihoon mengeluarkan cengirannya yang lebar ketika merasakan sensasi arwah berada di dekatnya. Ia mulai memincingkan matanya dan berpikir sejenak, mengeluarkan kemampuannya untuk menganalisis arwah yang membuat sepupunya itu frustasi.

"Seorang gadis? Umurnya sekitar 18 sampai 20 tahun. Cantik, suka tertawa, dan senang berteriak," ucap Jihoon.

Jennie mendecak kagum. "Kurasa aku menyukainya! Dia keren!"

A ghost, but not a ghost// Park Jeongwoo X Kim JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang