chapter 5🐺🐱

288 51 10
                                    

Jennie memutar bola matanya, lumayan letih di olok-olok oleh makhluk abadi. "Disana. Yang berambut hitam belah," tunjuk Ino dengan dagunya. Ia mengerutkan kening, baru sadar pria itu sedang berbicara serius dengan seorang gadis.

Ketika Persephone menemukan pria yang dimaksud Jennie, Iris Emeraldnya membulat sempurna. "Pria itu..." tenggorokan Persephone tercekat. Pria berambut hitam itu jelas-jelas ia lihat di malam Jennie mengalami kecelakaan. Pria itu jodoh Jennie? Yang benar saja! Permainan apalagi yang dibuat oleh Aphrodite? (*Dewi Cinta dalam Yunani Kuno).

Persephone merasakan hawa dingin tiba-tiba hadir. Tidak hanya Persephone, Jennie pun merasakannya. Perasaan dingin, gelap, dan mematikan, entah berasal darimana. Hawa yang dapat membuat orang bisa sesak nafas walau hanya merasakannya. Burung gagak pun mulai hingap di sekitar mereka, seakan ingin menyambut sesuatu yang akan datang. Lewat hitungan kilat Jennie, bisa jadi ada 30 burung Gagak di sekitar mereka. Hinggap dimanapun mereka bisa hinggap.

"Oh, tidak." Lisa mengedarkan pandangannya.

"Apa?" Suara Jennie nyaris berbisik. Apapun yang ditakutkan Lisa, pasti sangat mengerikan.

"Hades tahu."

Penjelasan singkat Lisa membuat Jennie tersentak. Satu-satunya tujuan Jennie melayang-layang tidak jelas selama 2 minggu ini ada dua. Pertama, mencari cara untuk menemukan takdirnya. Dan kedua, menyembunyikan diri dari Hades. Karena bila Dewa Kematian itu tahu ada arwah yang berkeliaran bebas di Bumi, bukannya di dunia bawah, maka Pria itu akan menangkap Arwah tersebut dan menariknya paksa ke tempatnya.

"Jennie, cepat pergi dari taman ini. Dan bawa manusia berambut hitam belah itu bersamamu, Oke? Pokoknya, kalian berdua tidak boleh di sekitar sini. Cobalah pergi minimal 3 Kilometer dari sini." Perintah Lisa cepat dengan suara rendah.

Jennie hanya mengangguk kaku dan berniat untuk terbang menghampiri Jeongwoo ketika Lisa menahan tangannya. "Dan jangan coba melayang-layang tidak jelas untuk sementara. Kau bisa menarik perhatian nya."

Jennie mengurungkan niat untuk terbang dan segera berlari menghampiri Jeongwoo, yang berjarak 200 meter darinya. Burung gagak hitam itu saling berterbangan menghalangi jalan Jennie seakan ada seseorang yang memerintahkannya untuk itu. Jennie terus berlari, tidak berani menoleh ke belakang ketika hawa dingin itu semakin terasa, menggelitiki tengkuk Jennie seperti ingin menariknya pergi.

Yatuhan, dia belum mau mati.

Jeongwoo berusaha membaca wajah Rosé, dan ia sadar ia tidak mengenali wanita ini lagi seperti ia mengenalnya dulu. Ibu macam apa yang tega menggugurkan anaknya demi seorang pria?

"Kau sudah gila, ya?" Jeongwoo menatap Rosé tajam, "Bahkan walaupun kau menggugurkannya tanpa mengatakannya kepadaku, aku tidak akan kembali padamu."

Rosé menangis diam, ia beranikan diri meraih tangan Jeongwoo dan menangkupnya ke dadanya. "Aku masih mencintaimu, Jeongwoo. Kumohon berikan aku kesempatan lagi." Ia mulai terisak. "Aku akan melakukan apapun untuk memperbaikin ini semua. Sungguh."

Jeongwoo tersentak kaget ketika Jennie muncul di antara dirinya dan Rosé dengan wajah panik yang mengesalkan. Gadis itu senang muncul dengan roh tembusnya di tempat yang tidak semestinya. Lihat sekarang, gadis itu berdiri dengan kakinya tak terlihat karena tertutup oleh bangku taman.

"Jeongwoo, kita harus pergi. Sekarang!"

Jeongwoo menatap gadis itu tidak percaya. "Aku sedang terlibat percakapan yang penting, tolong sekali ini, menyingkirlah." Jeongwoo lupa kalau hanya ia yang bisa melihat Jennie, sehingga Rosé mengerutkan kening. Bingung dengan ucapan Jeongwoo.

Jennie mengalihkan pandangannya ke gadis yang dimaksud Jeongwoo. Melihat gadis itu berurai air mata membuat Jennie memelototi Jeongwoo lagi. "Astaga kau jahat sekali membuat seorang gadis menangis! Jahat! Jahat!" teriak Jennie sembari memukuli Jeongwoo dan membuat efek geli di pundak pria itu.

"Enak saja! Aku tidak membuat dia nangis! Dia menangis karena kemauannya sendiri!" Omel Jeongwoo, berusaha menghindari pukulan Jennie. Dan bentakan Jeongwoo membuat Rosé semakin bingung.

"Jeongwoo? Kau tidak apa-apa?" suara Rosé bergetar, tercampur aduk antara menangis, takut dan bingung.

"Tidak," jawab Jeongwoo cepat. Matanya saling beradu dengan iris Jennie, ingin sekali ia menjedotkan kepalanya ke gadis ini saking kesalnya. "Aku diganggu hantu."

Rosé hanya menganga lebar, sedangkan Jennie berseru, tidak terima. "Enak saja! Aku Roh!"

Jennie merasakan hawa mengerikan itu mencekik lehernya dari belakang, hingga dirinya tercekit. Tiba-tiba ia terjatuh ke depan, membuat Jeongwoo terkejut dan reflek berusaha menangkapnya, walaupun ia hanya bisa menangkap angin.

"Kita harus pergi," Suara Jennie bergetar hebat, berusaha berdiri. "Aku akan bercerita bila kita sudah jauh dari sini. Pokoknya kita harus pergi sekarang!"

Setelah berhasil berdiri, Jennie berlari sekencang yang ia mampu, yang artinya secepat bocah 10 tahun sprint, meninggalkan Jeongwoo yang masih terduduk ditaman melihat dirinya melesat.

Rosé masih belum mengatupkan mulutnya ketika Jeongwoo berdiri berniat mengejar Jennie. "Kau Kau mau kemana?"

Langkah Jeongwoo terhenti. Ia menatap dingin Jeongwoo. "Dengar. Aku tahu kita dulu memiliki kisah. Tapi itu dulu. Sekarang aku tidak merasakan apapun terhadapmu. Perasaanku telah habis setelah aku tahu kau mengandung anak Jimin. Jadi, jangan pernah terpikirkan sekalipun bahwa kita bisa kembali seperti dulu. Karena kita tidak akan pernah seperti dulu lagi. Biarkan Jimin bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan padamu. Dan jangan coba-coba menggugurkan kandunganmu. Demi Tuhan! Itu anakmu, Rosé."

Rosé tak bisa menggerakkan tubuhnya, terpaku dengan ucapan Jeongwoo. Itu adalah satu paragraf terpanjang yang pernah Jeongwoo ucapkan kepadanya.

Jeongwoo meraih tangan Rosé, bersalaman dengan gadis itu, membuat Rosé semakin bingung. "Dengan ini aku menanggap urusan kita berdua selesai" dengan mencari kata yang tepat. " cukup baik."

Pria itu mengacak-acak rambut Rosé, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh Jeongwoo selama mereka bertunangan. "Jangan cari aku lagi," ucap Jeongwoo, dengan pose siap larinya. Dan ucapan selanjutnya membuat Rosé sadar ia telah kehilangan Jeongwoo seutuhnya.

"Sekarang, aku mau mengejar hantu."

















Salam dari jodohnya Jeongwoo istrinya Hyunsuk♡...

A ghost, but not a ghost// Park Jeongwoo X Kim JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang