Ruangan yang gelap tidak ada penerangan sedikit pun, aroma darah tercium oleh indera penciuman. Terdapat sebuah mayat yang mengeluarkan darah segar, ditubuhnya tertancap pisau.
Seorang pemuda menyabut pisau tumpul yang dipenuhi darah secara santai. Tidak ada rasa bersalah dalam dirinya, ada rasa lega di rongga dada.
Kehidupannya penuh dengan kegelapan. Sudah selama 2 tahun lebih, ia pergi meninggalkan tempat kelahirannya.
Ia mengambil sesuatu dari laci. Ternyata dia mengambil sebuah foto seorang gadis cantik tengah tersenyum cerah membawa gulali. Ia rindu kepada gadisnya.
Tok tok
Suara ketukan pintu terdengar di gendang telinganya. Dia menyimpan foto berserta pisaunya ke dalam laci, lalu mengunci laci tersebut mengunakan kata sandi berbahasa Yunani.
"Masuk!" perintahnya dengan dingin.
Tampak seorang pria paruh baya berumur sekitar 45 tahun. Dia adalah tangan kanannya sang pemuda tampan memiliki sejuta rahasia.
"Maaf menganggu waktu Tuan. Saya mau menyampaikan mangsa anda sudah ada di tempat," kata pria paruh baya bernama Bayu. Lalu pergi dari ruangan tersebut.
Pemuda tersebut berdiri tak lupa senyum miring tercetak jelas di wajah tampannya. Dia menekan tombol, pintu ruangan terbuka ia segera pergi diikuti pengawalan di belakangnya.
Dia telah sampai tempat yang dituju. Kamar bernuansa hitam memberikan kesan mengerikan.
Dia mulai memasuki kamar lalu berjalan mendekati seorang wanita memakai baju seksi terekspos jelas lekuk tubuhnya. Wanita itu memperhatikan perhiasan yang ada didekatnya. Langkah suara kakinya mengalihkan perhatian sang wanita. Wanita tersebut memandang pria kagum bulu matanya tak berkedip. Dia tersenyum menggoda lalu menghampiri pria tampan.
"Hai baby," ucap wanita itu dengan deru nafas naik turun.
Dia memainkan jangkung sang pemuda tampan. Pemuda tersebut menyentak tangan wanita itu dengan kasar.
Wanita tersebut cemberut. "Why, baby?"
"Tamara," panggil pemuda tersebut dengan suara serak.
"Yes, baby," jawab Tamara.
"Mau bermain dengan ku?" Pemuda itu menatap memohon, namun dalam hati ia merasa jijik. Wanita tersebut mengangguk lalu mengalungkan tangannya di leher pemuda itu.
"Aku tak suka seperti itu," ujar pemuda tersebut.
"Lalu gimana agar aku dapat memuaskanmu?"
"Ikuti saja permainanku, kau hanya diam saja." Pemuda itu mengambil sesuatu di saku celana. Tamara mengangguk semangat, dia membayangkan tubuh orang yang dihadapannya.
"Aku suka bermain mengunakan borgol itu sangat memukau." Pemuda itu mengambil borgol dia memasangkan ditubuh Tamara.
Tangannya ia taruh di belakang leher Tamara. Tamara sangat suka sentuhan pemuda itu yang lebih tua darinya.
"Akh shh sakit baby," rintihan Tamara. Pemuda itu tersenyum puas. Dia belum merasa kurang puas karena belum sampai puncak dan darah belum mengalir hanya meninggalkan luka.
"Aku belum puas, Tamara."
"Tapi ini sakit aww," keluh Tamara, dia tidak kuat menahan rasa sakit yang diberikan oleh orang yang dihadapannya.
Pemuda itu menggoreskan dan menggambar burung Phoenix dileher Tamara.
"Aku suka kamu kesakitan Tamara sayang. Suara rintihan mu membuat ku semangat untuk menyiksa mu."
"Aku enggak pernah melakukan kesalahan. Tapi kenapa kamu menyiksa ku?" Tamara terisak dia tidak bisa bergerak. Ia kira akan diperlakukan seperti ratu, tapi ternyata ia salah.
Pemuda itu mencengkram dagu Tamara begitu kuat, kuku tajamnya mengenai kulit Tamara. Tamara mengaduh kesakitan.
Sorot matanya begitu tajam setajam pedagang yang ingin menusuk, nafasnya memburu. Dia beralih ke lengan Tamara. Dia mengukir insial namanya di lengan mengunakan pisau kesayangan. "Berani-beraninya lo menghina dan memfitnah gadis gue!"
Pemuda itu berdiri lalu membersihkan bajunya yang berantakan. Lalu membuang sembarangan karena bajunya terkena noda darah.
Panggil saja dia El. El meninggalkan Tamara sendirian yang sedang meraung tak jelas.
El menekan tombol, kamar yang tadinya ada sedikit cahaya sekarang tertutup rapat tidak ada celah sekaligus. Bermuculan asap kabut disetiap sisi ruangan. Tamara menahan nafas agar tidak menghirup udara, asap ini mematikan mengakibatkan kematian.
El merasa puas saat melihat Tamara lewat monitor. El sudah membereskan mayat yang ia tinggalkan tadi. El membunuh Tamara tanpa membunuh'secara langsung dia hanya memberikan tanda yang selalu ia lakukan jika memangsa. Burung Phoenix adalah lambang kembangannya.
TBC
:
:
Semoga suka dengan cerita ku yang satu ini.Next? Yuk komen sebanyak-banyaknya.
Jangan lupa ya kawan
See you next chapter ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS LOVE
Romance"My sweet heart, jangan pernah berdekatan dengan pria sekalipun dia teman mu. Jika kamu melanggarnya siap-siap melihat jasad nya berserakan dimana-mana." Seorang Pemuda tersenyum misterius seraya mengodongkan badannya. "Kakak gila! Aku bukan robot!"...