[19]

68 9 0
                                    


"Sejauh ini aku hanya bisa merasakan pahitnya hidup. Kemana manis dan asamnya kehidupanku Tuhan?"
Marseyla Zahra Theodor



Happy Reading

           

Raja, Harpi dan Elang sudah berada di rumah. Harpi dan Elang menatap putranya yang sedari tadi melamun. Raja merangkul Elang sambil tersenyum membuat Elang menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Raja.

Elang menghembuskan nafasnya. "Aku nggak tega liat Seyla kaya tadi." Katanya dengan menatap mata Raja.

"Ya bahagiain dia lah." Balasnya santai membuat Elang berdecak.

"Papa nggak tau si dia sedingin apa. Aku di cuekin mulu kalo ngomong, terus dia juga jutek, galak, sadis lagi." Curhatnya kepada Raja. Raja berjalan mengajak Elang menuju Taman untuk mengobrol.

Raja duduk di kursi Taman di ikuti Elang. Dia menatap jahil putranya. "Tapi kamu sukakan." Katanya.

Elang tertawa kecil. "Bukan suka lagi, Pa. Tapi cinta."

Raja ikut tertawa mendengar itu. "Terus perasaan kamu sama Tania?"

"Cerita aku sama dia udah selesai, Pa. Aku nolongin dia karena dia baik sama aku. Lagipula aku mau membuat buku sama Seyla."

Raja berdecih mendengar itu. "Heleh, sok sok an bikin buku. Pikirin tuh rapot kamu, awas aja kalo nilai kamu anjlok." Elang tersenyum dengan memamerkan deretan giginya.

"Yaelah, Pa. Yang pinter di sekolah belum tentu sukses di kemudian hari."

Raja menatap sinis Elang. "Seenggaknya dia pernah pinter." Balasnya.

"Pa, menurut Papa aku harus apa?" Tanya Elang.

"Seyla?" Tanyanya yang di angguki Elang. "Yang Papa lihat, kayanya Seyla itu nggak suka banget sama kamu, saran Papa sih kamu deketin dia aja, buat dia percaya sama kamu. Jangan langsung di gas, nanti yang ada dia ngacir."

"Ya caranya gimana, kemarin aja aku nabrakin mobil ke mobil dia, eh dia malah ngelempar aku pake duit, di kira aku gembel kali." Adunya membuat Raja terkekeh.

"Theo banget," Gumamnya, Raja menepuk pundak putranya itu. "Saat ini waktu yang tepat untuk kamu masuk ke dalam kehidupan dia."

"Ckk, nggak bisa langsung di tembak apa." Decaknya membuat Raja menatap datar putranya.

"Ngegas amat sih, pelan tapi pasti aja. Pesan Papa, kalau kamu nanti udah pacaran sama Seyla, kamu harus bisa jadi pacar, teman, Abang, serta Ayah. Dan di saat kamu bisa menjadi semua itu, Papa yakin Seyla akan sangat bersyukur punya kamu."

"Kata Om Theo Papa kaku soal cewek, tapi kok kaga yah?" Raja menarik telinga Elang membuat sang empu meringis.

"Itu dulu, sekarang kan udah ada Mama kamu."

Elang tersenyum geli. "Aih bisa bucin juga si Papa."

"Berisik kamu. Satu lagi pesen Papa, jangan pernah bikin cewek nangis apalgi Seyla. Kalau sampai Seyla nangis karena kamu, Papa bakal apus kamu dari KK."

Elang membelalakkan matanya. "Ini yang anaknya aku atau Seyla sih."

Raja bangkit dari duduknya. "Maunya Seyla eh keluarnya kamu." Dia pergi meninggalkan Elang yang menganga lebar.

Lagi dan lagi Tania harus memakan pahitnya mencintai tanpa di cintai. Dia menangis mendengar pembicaraan Raja dan Elang. Raja begitu semangat menjodohkan keduanya itu yang membuat Tania sedih.

My Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang