[35]

58 8 0
                                    

                       "Dia terlihat menyeramkan."
                               Elang Putra Fabanyo
                                             
                                              •
                                              •
                              •Happy Reading•

"SEYLA!"

Mereka semua terkejut saat tubuh Seyla terjatuh. Tania yang melihat itu langsung pergi dari sana. Elang menggendong tubuh Seyla dan mengambil kunci mobil lalu pergi ke rumah sakit.

"Kak mau di bawa kemana?" Teriak Nuri.

"Hospital Capton!" Balasnya dengan berteriak.

"Kita ke sana yuk." Ajak Nuri membuat Fadhila menatapnya.

"Naik apa? Kita kan ke sini naik angkot, masa ke Rs naik angkot juga." Ucapnya sebal. Pasalnya, Fadhila tidak bisa naik angkot. Tadi saja dia muntah-muntah setelah turun.

"Lo sama gue." Fadhila menatap Nada yang berbicara. Dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mereka semua pergi menyusul Elang ke Hostipal Capton.

Elang menggenggam tangan Seyla, dia sangat khawatir dengan gadis di sampingnya. Sesampainya di rumah sakit, Elang langsung membopong tubuh Seyla dan membawa masuk ke sana.

Elang berdesis kenapa dia harus bertemu Andre. Tapi ini bukan waktunya untuk cemburu.

"Zahra kenapa, Lang?" Tanya Andre dengan wajah panik.

"Tangani dulu, nanti juga lo tau." Ketusnya lalu meletakkan tubuh Seyla di atas brankar. Para suster mendorong brankar itu.

Elang duduk di ruang tunggu. Dia tidak akan menghubungi Theo dan Rose. Dia tidak ingin mereka khawatir, mereka tengah memperbaiki hubungannya.

Elang terkejut saat Harpi dan Raja berjalan mendekat ke arahnya. Di belakang sana juga ada sahabatnya dan Nuri.

"Buset, udah kek mau kawinan aja." Gumamnya.

Elang berdiri dan mencium punggung tangan Harpi dan Raja. Dia hanya bisa menghela nafas saat Harpi masih dingin dengannya.

"Seyla kenapa?" Tanya Harpi dingin.

"Ini semua karena Tania, Ma." Balas Nuri yang berada di belakang mereka. Harpi mengerutkan keningnya.

"Tania? Memang Tania ngapain Seyla?" Tanyanya.

"Apa kalau kita cerita Mama bakal percaya? Bahkan Mama aja lebih percaya dia daripada Kak Elang." Ucap Nuri membuat Harpi terdiam.

"Soal Elang sama Tania, Mama lihat dengan mata kepala Mama sendiri." Tegasnya.

Nuri tertawa sinis, "Ma, Mama ngeliat apa sih? Bahkan kita dateng di saat mereka nggak melakukan apa-apa." Katanya membuat Harpi kembali diam.

"Mama li—"

"Liat sleting celana Kak Elang kebuka? Itu Tania yang ngelakuin. Mama nggak lihat tangan Kak Elang yang merah kan? Itu kelakuan Tania, dia ngiket Kak Elang. Dan dia hampir ngelecehin bujangnya Mama." Harpi menatap Elang yang tengah mendundukkan kepalanya.

Elang menegakkan kepalanya dan menatap Nuri. "Udahlah, Ri. Percuma di jelasin juga. Lagian Mama nanya apa yang terjadi sama Seyla, bukan yang kemarin." Ucap Elang.

"Lang,"

Elang tersenyum manis. "Lupain aja, Ma. Mama berhak percaya sama siapapun. Aku nggak pa-pa kok, menanggung kesalahan yang nggak pernah aku lakuin."

My Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang