Chap 13

4.2K 291 29
                                    

Bulan madu yang indah adalah impian untuk setiap pasangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan madu yang indah adalah impian untuk setiap pasangan. Dan setiap pasangan pasti memiliki taraf kebahagiaan dan cara mereka masing-masing untuk mendapatkannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nana dan Jeno.

Semalam adalah waktu yang paling indah untuk mereka berdua. Dimana Nana sudah bisa melepaskan kecanggungan dan rasa takutnya mengenai malam pertama dengan akhir yang baik.

Hingga pagi ini, ketika ia membuka matanya, senyuman manis selalu menghiasi bibirnya.
Jeno menyadari hal itu, karena dia juga sudah bangun beberapa menit sebelum Nana terbangun, hanya saja ia enggan untuk beranjak sebab terlalu betah memandangi wajah Nana yang sedang tidur pulas.

"Selamat pagi, istriku," sapa Jeno lalu mengecup kening Nana lembut.

"Pagi, oppa," Nana seraya masuk ke dalam pelukan Jeno. Rasa hangat dan nyaman bisa Nana rasakan dari dada Jeno yang telanjang. Iya, mereka masih telanjang sejak semalam mereka melakukan malam pertama.

Mungkin nyonya Lee akan bertanya-tanya, kemana anak semata wayangnya hingga pukul 7 pagi masih belum keluar kamar. Tapi jika pertanyaan itu benar nyonya Lee lontarkan, Jeno akan langsung menjawab dengan cerita apa yang ia dan Nana lakukan semalam. Nyonya Lee pastinya akan senang.

"Apa kau lapar?" Tanya Jeno.

"Hum? Yah, sedikit. Sebenarnya tadi pagi aku cukup kelaparan, tapi karena masih ngantuk jadi aku tidur lagi."

Lekas Jeno mengurai pelukannya dan menatap Nana.

"Mau kubuatkan sarapan? Kelihatannya kau masih sangat letih?"

Tentu saja Nana akan menggelengkan kepalanya. "Tidak usah oppa, aku baik-baik saja."

"Sungguh kau tidak apa-apa?"

Nana mengangguk pelan.
"Malah sekarang aku merasa bahagiaaa sekali."

"Bahagia?"

Mimik wajah bertanya Jeno malah membuat Nana jadi malu dan pipinya merona.
"Ya, aku bahagia karena apa yang kita lakukan semalam. Aku hanya tidak menyangka bisa melakukannya setelah beberapa kali kita berusaha dan nyatanya gagal."

Jeno tersenyum gemas melihat pipi istrinya yang sudah seperti tomat.
"Makanya sekarang kau jadi merona begini?"

Nana segera menutup wajahnya lalu mengangguk. Dan itu membuat Jeno semakin gemas saja. Kemudian Jeno menarik pinggang Nana dan menidurkan sang istri. Posisinya berada di atas Nana dan tatapannya begitu lembut menelisik manik indah Nana.

Sementara Nana, wanita polos itu hanya bisa pasrah saat Jeno perlahan mencium bibirnya, bergumul sekali lagi untuk sebuah ciuman yang semakin lama semakin menuntut. Nana akan membiarkan jikalau Jeno memang menginginkannya sekali lagi, walaupun bagian intimnya masih terasa agak sakit.

Tapi ternyata tidak, Jeno menghentikan ciumannya saat pria itu sampai di garis bahu Nana. "Lebih baik sekarang kita mandi lalu sarapan. Oppa akan membantumu ke kamar mandi, kau masih merasa ngilu kan?"

My Governor (Nomin GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang