Chapter Seven

2.7K 466 3
                                    

One bad chapter doesn't mean you story is over


Setelahnya aku segera menuju ke panti asuhan, tidak berapa lama setelah sampai di panti asuhan aku segera ke kamarku.

Dan kemudian aku mengambil 3 lembar kertas serta pena.

Kini aku tengah memikirkan bahan-bahan apa saja yang akan aku beli, serta alat dan aksesoris untuk cafe yang akan aku buat.

Setelah beberapa saat, aku baru mengingat jika aku tidak mungkin akan bisa menjalani cafe ini sendirian dan aku membutuhkan seseorang untuk membantuku menjalankannya.

Dan keputusanku pun telah bulat, bahwa aku akan ke pasar budak untuk membeli budak yang akan membantuku nanti di cafe.

Yah, aku membutuhkan budak yang mempunyai rupa menawan karena rupa seseorang akan menarik banyak orang untuk mengunjungi cafe yang ku buat.

Aku ingin cafe ku terkenal dengan makanannya yang enak serta pegawai yang tampan serta cantik, sehingga pelanggan kemungkinan merasakan kepuasan.

Tidak menutup kemungkinan bukan, yang jelek selalu direndahkan dan yang menawan selalu dipuji.

Yah mau bagaimana lagi, bukankah itu sifat manusia? Pertama yang dipandang sudah dipastikan adalah fisik, realistis saja.

Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka, dan nampaklah Kak Ken.

"Ayo turun, sudah waktunya makan" ucapnya.

"Baiklah, ayo!" ucapku semangat.

Aku pun segera merapikan catatan-catatan ku, dengan rapi agar tidak ada yang mengetahuinya.

Setelahnya aku berdiri menuju Kak Ken, dan segera turun.

Disana aku telah melihat anak-anak lainnya kumpul, aku melihat Dietrich terus menatapku intens.

Ntah apa yang anak itu pikirkan, aku pun segera duduk dan menikmati makanan ku.

Makanan yang aku dapatkan sekarang adalah sebuah roti yang bernama 'Bagel' ini merupakan sepotong roti yang sering ada di zaman Eropa ini.

Bagel bread mirip seperti hamburger hanya saja pembuatan rotinya dalam hal bahannya berbeda. Bagel bread dapat dinikmati dengan isian seperti daging, sayuran, atau krim keju.

Dan minumannya aku mendapatkan segelas 'Citron Presse' minuman ini memiliki bahan dasar berupa Lemon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan minumannya aku mendapatkan segelas 'Citron Presse' minuman ini memiliki bahan dasar berupa Lemon.

Citron Presse dibuat dengan cara mencampurkan berbagai bahan seperti perasan buah lemon, gula, dan juga air dingin.

Ini sangat menyegarkan karena sekarang merupakan musim panas dimana, suhu meningkat dengan drastis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sangat menyegarkan karena sekarang merupakan musim panas dimana, suhu meningkat dengan drastis.

Aku segera menghabiskan makanan ku. Lalu setelah aku merapikan bekas makananku aku pun segera kembali ke kamar.

Tetapi sebelum itu tiba-tiba Dietrich menarikku.

"Hei apa yang kau lakukan" ucapku.

"Diamlah" ucapnya dingin.

Aku pun segera diam karena hawa yang dia miliki sangat dingin, aku merasa seperti berbicara dengan tembok es.

Dan kini aku tengah berada di taman belakang panti asuhan.

Aku pun segera mengernyitkan mataku ketika Dietrich menatapku intens.

"Ada apa?" ucapku.

"Aku melihatmu di Pengadilan Bangunan, apa yang kau lakukan disana?" ucapnya dengan mata menyelidik.

"Hah?! A-aku tidak pernah kesana" kilahku, astaga bagaimana anak ini bisa tau.

"Kau tahu, kau pembohong yang buruk" seringainya.

Lalu tiba-tiba ia mendorongku ke arah pohon, dan ketika aku ingin kabur tiba-tiba tangannya berada disamping kepalaku.

"Kau tidak bisa lolos, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengatakan yang sebenarnya" ucapnya dengan senyuman seringai.

Astaga anak ini benar-benar mengerikan, apakah aku harus memberitahu dia tentang rencanaku?

Aku pun terdiam sejenak.

"A-ah bisa kau menjauh sedikit, aku akan memberitahumu" ucapku sambil mendorong pelan dadanya.

"Hm" dehamnya dan segera menjauh, akhirnya apakah anak ini tidak tau jika kelakuannya bisa membuat spot jantung, sialan.

"E-eum aku membeli bangunan untuk membuat sebuah cafe" ucapku pelan.

"Hah! Apa kau bercanda?!" ucapnya dengan nada penuh keraguan.

"Tidak, itu benar dan sekarang aku harus kembali kesana untuk mengambil surat-surat atas namaku" ucapku sambil menatapnya.

Aku pun melihat Dietrich diam lalu menghela nafas.

"Hahh, baiklah aku akan menemanimu" ucapnya.

"Ah tidak usah, eum aku bisa sendiri" ucapku.

"Tidak, aku akan menemanimu aku tidak menerima penolakan" ucapnya dengan tegas.

Astaga anak ini benar-benar huh.

TBC.

Another World: ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang