9:57.
Udara yang mengitari Y/N terasa kental dengan antisipasi, tapi Y/N saat ini berada dalam kukung nyaman kesendirian.
Dia masih belum bertemu Draco sejak malam itu bersama Rena, saat dia kabur seperti anak kecil. Ingatan malam itu membuatnya meruntuk – siapa yang berbuat hal macam itu?
Tapi saat Y/N kembali ke kamar asramanya dan menceritakan kejadian itu pada Rena, tiba-tiba keadaan berubah. Kata-kata teman sekamarnya masih bergema di dalam kepala – Tidak, Y/N, kau harus berhenti bermain-main...semua yang kau lakukan sekarang malah mempermalukan diri sendiri ...dia sudah tahu, dan dia masih terus bicara denganmu....rasanya akan lebih baik saat ini semua berakhir, kau tidak akan perlu bersembunyi lagi darinya...
Sesuatu membuyarkan konflik dalam diri Y/N: langkah kaki, terdengar dari koridor beberapa detik jauhnya. Y/N menelan ludah, menutup mata dan bersandar pada dinding, berdo'a pelan berharap Draco tidak melihatnya.
"Sorry aku telat, aku agak sibuk," Malfoy menyapa, berhenti di hadapannya. "Kenapa kau ini? Jangan bersandar ke dinding, kemungkinan ada koloni laba-laba di belakang plester."
Y/N menjerit mendengar pernyataan Draco, segera bangkit dari sandaran dan mendelik pada Draco setelah menguasai diri. "Laba-laba tidak hidup di plester."
"Kau terlihat sangat percaya barusan. Aku pikir Ravenclaw itu harusnya pandai."
"Aku pandai!"
Malfoy terlihat terhibur mendengarnya, matanya bersinar dan mulutnya melengkung ke atas. "Well, kalau begitu....kalau kau begitu pandai, apa kau akhirnya sudah tahu apa sebenarnya cermin yang kita temui waktu itu?"
Fuck.
Seharusnya Y/N yang memulai pembicaraan tentang cermin itu, bukan dia! Wajah Y/N berubah merah padam sebelum dia menyadarinya, mulutnya terbuka dan matanya melebar.
"Apa?"
"Kau dengar aku," kata Draco, kepalanya miring ke sisi. Seringaian lain muncul di wajahnya bersamaan dengan ekspresi sok tahu. "Oh, kau sudah tahu, bukan? Itulah kenapa kau jadi bersikap canggung parah dan memperburuk keadaan untuk kita berdua."
"Ap–tidak!" Memperburuk keadaan kita berdua? Apa maksudnya itu?
Y/N menelan ludah lagi, menhindari kontak mata dengan Draco dan menatap lantai.
"Kau tahu, kau boleh mengaku sekarang," goda Draco. "Aku tidak akan bilang siapa-siapa,"
"Apa yang harus akui padamu?"
Draco memutar manik matanya. "Dan orang bilang aku adalah anak terkeras kepala di angkatan kita,"
"Aku tidak keras kepala!"
"Ya, kau jelas tidak,"
Keduanya mulai berjalan tanpa bertukar kata lagi, dengan santai dan bersamaan memulai jadwal patroli, tapi pikiran Y/N tidak berhenti berputar. Apa Draco benar-benar serius saat dia bilang dia tidak akan mengatakan pada siapapun? Tentu saja tidak, dia adalah orang terburuk yang pernah bersekolah di seluruh sejarah Hogwarts. Well, itu agak berlebihan.
Y/N mencuri pandang pada Draco saat mereka sampai di pojok dan Y/N begitu yakin Draco tidak akan memergokinya, melihatnya mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung sampai siku dengan dasi Slytherin mengitari lehernya, kerahnya sedikit terbuka. Draco pasti sudah keramas karena tidak ada lagi tanda-tanda keberadaan gel rambut disana. Beberapa helai rambutnya keluar dari jalur, hanya berjarak sedikit dari lidah api dari obor di koridor.
"Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Draco, memberi Y/N lirikan malas dari ujung matanya.
"Er.." Y/N berfikir satu milisekon, mencari-cari alasan bodoh. "Ya. Bulu matamu jatuh."
Draco menyapu tulang pipinya, alisnya bertaut penuh curiga. Dia menatap tangannya penuh ketertarikan.
"Kau tahu, lucu sekali, karena aku tidak merasakan ada apapun disana."
"Aku pikir bulu mata memang terlalu kecil dan ringan untuk bisa dirasakan, aku tidak kaget."
Draco tertawa kecil mendengarnya. "Jadi kau melihatku lamat-lamat sampai bisa mendapatinya, bukan begitu?"
Y/N tersipu tapi menyembunyikan pipi merah jambunya dengan menyibak rambut dari wajahnya. "Jangan kepedan," ujar Y/N, melihat kemanapun selain mata Draco.
"Aku–apa? Kepedean?"
Draco yang terbata-bata akan sangat komikal kalau nada bicaranya tidak penuh keheranan dan keterkejutan....sesuatu yang membuat Y/N gemas lebih dari yang ia inginkan.
"Canda," Y/N berkata cepat, mengalihkan fokus dari Draco untuk kemudian berjalan lurus.
"Mhm," Draco bergumam tanpa gairah, tapi saat Y/N melirik wajahnya, dia bisa melihat ekspresi terhibur di wajah Draco.
"Kau sedang berlaku berani, sekarang, kau tahu," kata Draco.
"Apa?"
"Menuduhku kepedean," ucapnya, "padahal kau yang melihatku di cermin tasrah."
Meski yang dikatakan Draco bukanlah informasi baru bagi mereka berdua, fakta bahwa Draco berani menyebut nama cermin biang kerok itu mengejutkan Y/N.
"Aku tidak tahu apa yang kau bi-"
"Tak bisakah kau bisa diajak kompromi dan mengaku saja?" tanya Draco, menoleh untuk mempertemukan mata mereka. "Kau bisa berhenti bermain-main sekarang. Rena sudah memberitahuku,"
"Rena...dia...apa?" Y/N tersedak, koneksi antara bibir dan otaknya terputus. "Apa yang dia beritahukan padamu?"
Sikap Draco yang kalem berbanding terbalik dengan tingkah gugup Y/N sementara Draco menyandar pada dinding di samping Y/N. "Oh, tidak ada yang penting, sebenarnya. Hanya segalanya."
"Dan apa itu segalanya?"
"Ooh, kenapa heboh?" tantang Draco. "Dia cuma memberitahuku segalanya. Apa ada hal yang kau tidak ingin aku tahu?"
Sinar obor yang melayang diatas kepala mereka membuat Y/N bisa menangkap kilatan jahil dimata Draco, sesuatu yang membuat rasa malu Y/N terasa meleleh.
"Well," sindirnya, "Kalau kau mencoba untuk membuat rasa sukaku padamu berkurang, kau benar-benar mengerahan banyak usaha."
Semua gerakan dari sang Slytherin perlahan menghilang begitu Draco melongo menatap Y/N, kilat jahil dimatanya benar-benar menghilang sekarang. "Kau...sebentar...."
"Jadi dia tidak memberitahumu segalanya," Y/N berkata garing, menyandarkan badan ke dinding.
"Aku pikir dia memberitahuku segalanya. Aku pikir kau berkata jujur."
"Jujur apaan?"
"Saat kau bilang kau tidak lihat bayanganku saat kau mencoba mengecek ke cermin."
Y/N mengizinkan matanya, yang sebelumnya tertutup, memincing hanya secercah. Pemandangan Draco Malfoy yang dengan canggung mengepalkan tangan didepannya menyapa matanya.
"Hm. Sudahlah. Tidak penting juga,"
Y/N lihat jakun Draco bergerak menelan dengan kuat sebelum kembali menguasai emosinya.
"Er, yeah. Benar. Bisakah kita meneruskan patroli kita? Kakiku sakit dan aku ingin cepat bobo."
"Terserah kamu," gumam Y/N, mendorong diri untuk berdiri tanpa tenaga. Tidak penting, memang. Draco sudah tahu, dan dia tidak menunjukkan tanda bahwa dia ingin Y/N berada dihidupnya sama sekali.
.
June 8th, 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/272445053-288-k872322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR, MIRROR ✔
FanficDRACO MALFOY X READER translated from drawlfoy.tumblr.com reader dan draco mendapat jadwal patroli bersama karena mereka berdua prefek. reader naksir berat pada draco tapi tidak mengatakan apapun karena sikap draco yang acuh dan reputasi reader yang...