01🔹Misi Membunuh

40 3 1
                                    

Di sebuah ruangan terlihat seorang pria dan dua gadis sedang membicarakan suatu hal. Mereka terlihat serius dengan pembicaraan tersebut. Sampai seorang pria yang memang hanya dia seorang memulai pembicaraan,

"Zea, Lea lo berdua dapet tawaran membunuh" kedua gadis tersebut mengernyitkan alis bingung.

"Kali ini membunuh siapa?" tanya gadis bernama Allea Louis Veronica atau kerap di sapa Lea.

Pria tersebut menyerahkan sebuah foto seorang pria muda yang seumuran dengan mereka.

"Kata clien kita namanya Leonard Sanjaya, putra kedua dari pemilik Sanjaya's Corporation. Yah, kalian tahulah dendam bisnis" gadis bernama Zeanne Aurystela atau biasa di panggil Zea mengangguk paham, sedangkan Lea mengamati foto tersebut. Ia merasa mengenal pria itu.

'Kok gue ngerasa de ja vu, ya?' Lea menggeleng untuk mengusir fikirannya itu. Mungkin hanya kebetulan saja, fikirnya.

"Yaudah, kalian bisa lanjutin kegiatan yang tertunda tadi. Dan jangan sampai lupa, lo berdua harus membunuhnya! Thanks buat waktunya, nanti bakal gue share hari yang pas buat laksananin misinya." setelah mendengar perintah itu Zea dan Lea memutuskan untuk pergi dari ruangan tersebut dengan Lea yang masih memikirkan foto tadi.


🔹🔹🔹



"Lea! Lo denger gue ngomong, gak sih?!" Lea berjengit kaget karena teriakan Zea yang tepat di telinga kirinya.

Saat ini mereka sedang bersantai di kafe yang tak jauh dari pusat kota.

"Astaga, jangan ngagetin gue bisa, gak?!" ketus Lea sambil mengelus dadanya yang masih berdebar cepat.

"Ya, lo sih di panggilin gak nyaut-nyaut. Mikirin apaan?" tanya Zea penasaran. Lea mengaduk jus alpukat yang di pesannya tadi sambil menopang dagu,

"Gak mikirin apa-apa" Zea menyipitkan mata curiga,

"Denger ya Lea sayang, kita sahabatan gak cuma setahun dua tahun. Kita udah sahabatan hampir delapan tahun! Jadi lo gak bisa sembunyiin apa-apa dari gue, faham?" Lea menghembuskan nafas lelah,

"Beneran, gue gak papa" Zea mengalah jika sudah begini, mau bagaimana caranya Lea tidak akan pernah menjawab pertanyaannya kalau kata itu sudah keluar.

"Ya ya ya, terserah" Zea meminum jus mangganya sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang dari balik kaca.

'Maaf, tapi gue gak bisa cerita sekarang Ze.'  Lea menghembuskan nafas lagi, sudah berapa kali Lea menghembuskan nafas hari ini? Entahlah, sudah tak terhitung.



🔹🔹🔹




'Tok tok tok!'

Suara gedoran dari pintu membuat Lea berdecak kesal, pasalnya jam sudah menunjukan pukul 22.45 malam. Dan gedoran dari pintu mengganggu konsentrasi Lea, dengan dongkol ia membuka pintu dan menemukan Zea yang berdiri dengan keringat bercucuran.

"Bisa diem gak?! Malem-malem ngapain kesini?"

"Gua pinjem buku lo dong, please... Gue udah di kejar sama Mr. Raffi nih, ayolah masa sama temen sendiri mau pelit sih. Ayo dong..."  Lea memutar mata malas. Oh ayolah, hanya karena buku saja Zea sudah membuat keributan di apartementnya, bagaimana jika hal lain? Pasti lebih parah lagi.

"Kalo lo lupa kita beda fakultas Ze" Lea menatap Zea dengan malas.

"Hehehe, sebenernya gue mau minjem buku novel doang sih" ucap Zea dengan cengiran yang memperlihatkan lesung pipi bagian kirinya.

"Masuk dulu, gue cariin bentar" Zea masuk kedalam apartement milik Lea dan dengan seenak jidatnya berjalan kearah dapur untuk mencari camilan.

Lea kembali dari kamarnya dengan membawa buku novel di tangan kanannya, Zea yang sedang asyik memakan camilan hasil rampasan menoleh sejenak.

Dengan mulut yang penuh ia berucap, "Mwakashih Lwea swayang!" (Makasih  Lea sayang!) Lea hanya mengangguk, setelahnya memilih duduk di samping Zea sambil mengetik sesuatu di leptopnya.

"Lo ngapain sih?" tanya Zea dengan mengintip kearah leptop Lea.

"Kepo.." Zea berdecak kesal, dengan ganas ia memakan camilan dengan kasar. Lea terkekeh pelan melihat kelakuan Zea.

"Ciee ngambek~" goda Lea, sesekali mencolek lengan Zea.

"Apaan sih!" Zea menepis tangan Lea kasar.

"Tadi Alex udah chat gue, dia bilang mungkin minggu ini kita laksanaain misinya." Lea menoleh kearah Zea yang berubah serius.

"Minggu?" Zea mengangguk singkat. Lea yang melihatnya menghembuskan nafas frustasi,

'Ck, kenapa cepet banget sih?! Padahal gua belum tau itu beneran 'dia' atau bukan.'

Zea yang menyadari raut wajah Lea yang berubah memilih diam, baginya percuma bertanya jika keadaannya masih seperti sekarang. Lebih baik diam terlebih dahulu, nanti juga akan cerita sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
-------

Hai saya bawakan cerita baru, ide dari temen dan kita putuskan untuk collaborasi

Oh, iya happy birthday untuk author yg ngasih ide rerevv21rsengaja sih update sekarang buat kado authornya hehe

Happy birthday untuk pembaca yg hari ini ultah~

Jangan lupa vote dan komen. Bye~~

Oh, Shit!! This Girl a MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang