09🔹Teman Lama

10 0 0
                                    

Minggu pagi Lea putuskan untuk jalan-jalan sejenak, sembari menghilangkan suntuk di dalam apartement. Jalanan sedikit padat dengan kendaraan yang berlalu lalang, mungkin karena mereka juga ingin melepas penat dari kegiatan sehari-hari.

Saat melewati sebuah taman ia berhenti sejenak dan tidak sengaja matanya menatap kearah lelaki yang terlihat familiar. Dengan langkah pasti ia menghampiri lelaki itu yang sedang duduk di kursi taman, sembari tangannya sibuk dengan ponsel.

Saat telah berada dihadapan lelaki tersebut Lea menyapanya dengan ragu,

"Abrasam?"

Lelaki yang namanya dipanggil mendogak dan menemukan seorang gadis berdiri menatap dirinya dengan mata membulat.

"Iya?"

"Lo Abrasam kan? Ini gue Aza masa lupa? Azallea L. Veronica"

Abrasam membulatkan matanya saat mengingat siapa gadis di hadapannya ini.

"Wih, makin cakep aja lo. Gua sampe pangling loh haha. Btw, gimana kabar lo?" Lea tertawa kecil mendengar pujian dari Abrasam.

"Baik. Lo juga makin jelek, gue kira tadi topeng monyet hahaha." Abrasam menatap Lea sebal.

"Ck, lo gak berubah. Tetep nyebelin aja."

"Lo kira gue power rengers bisa berubah? Ada-ada aja lo. Eh, gimana sama Chicago, nyaman?"

"Yah, nyaman iya. Enggak juga iya" balas Abrasam sekenanya. Lea mengerutkan alis bingung.

"Maksudnya?"

"Panjang deh ceritanya. Gimana kalo kita sambil ngopi aja? Udah lama gue gak rasain capucino kesukaan gue" Lea mengiyakan saja ajakan Abrasam.

Dan mereka pergi menuju kafe biasa mereka menghabiskan waktu dulu, sesekali tertawa dengan cerita lama mereka.






🔹🔹🔹






Lea memasuki apartementnya dan mendudukan diri ke sofa guna mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Jam menunjukan pukul dua siang yang artinya ia menghabiskan waktu bersama Abrasam selama berjam-jam.

Klontang

Suara dari dapur mengalihkan fokus Lea dari ponselnya. Dengan hati-hati ia menghampiri suara tersebut.

Saat telah berada di pembatas antara dapur dengan ruang tengah ia menatap datar kearah manusia yang sibuk membalik telur di penggorengan tanpa menyadari keberadaannya.

"Ngapain lo didapur gue? Bukannya apartement lo juga ada dapurnya Ze?" tanya Lea kepada Zea yang masih sibuk dengan telur miliknya. Zea yang terkejut refleks melempar telur keudara.

"Ish! Gak usah ngagetin bisa?!" tanya Zea dengan kesal. Telur yang sempat terlempar tadi tanpa sengaja jatuh mengenai tangan Zea,

"Panas panas panassst"

"Yah, gak jadi makan telur deh gue hiks" ucap Zea sambil meratapi telur yang kembali ke penggorengan dengan keadaan setengah gosong.

Lea yang merasa jengah dengan drama telur itupun memilih berbalik badan.

"Cepet siap-siap gue traktir makan di luar"

Zea yang mendengar itupun seketika berbinar senang,

"Nah, gitu kek dari tadi! Ayo let's go!!"







🔹🔹🔹






Suara gelak tawa menghiasi kamar rawat dua orang pemuda. Terlihat seorang pria dewasa masih memegangi perutnya yang terasa kram akibat terlalu kencang saat tertawa.

Sedangkan, seorang pemuda mendengus kesal dan satu lagi yang hanya terkekeh pelan.

"Udah deh bang gak ada yang lucu! Berenti ketawa ato gue sumpel mulut lo pake nih apel?" pria tersebut mulai mereda kan tawanya dan sesekali mengelap air mata yang mengalir di sudut mata.

"Ututu adek gue ngambek ternyata hahaha. Iyaiya gue diem" hening beberapa saat, sampai suara dari pemuda lain mengalihkan fokus pria dewasa itu dari ponsel miliknya,

"Bang Deo tumben jengukin Leo terus, emang gak sibuk sama kantor bang?"

Aldeon Julian Sanjaya atau kerap di sapa Deo itu menatap kearah Aldo yang baru saja bertanya.

"Ya sibuk sih, cuma nanti ada yang kangen lagi" ucap Deo dengan sesekali matanya melirik kearah sang adik.

"Ck, ge er banget lo ada yan ngangenin. Mimpi kali" balas Leo ketus sedangkan Deo yang mendengar ucapan Leo hanya tertawa.

"Gak usah malu-malu lo, nanti gak ketemu sama gue nangis" Aldo yang melihat pertengkaran kakak beradik itupun hanya bisa tersenyum, ingatannya seketika melayang kepada sang adik.

"Dua hari lagi kalian boleh pulang. Buat lo Al jangan banyak gerak dulu nanti jahitan lo kebuka lagi. Dan buat adek gue yang palinggg jelek mungkin kaki lo udah bisa buat jalan normal lagi" Aldo mengangguk saja mendengar nasihat dari Deo, sedangkan Leo hanya berdehem singkat.

Deo melirik kearah jam tangan miliknya dan berdiri siap untuk pergi.

"Gue cabut duluan ya. Kalian jangan bikin suster susah, apalagi lo dek" Leo melayangkan protesnya kepada sang kakak.

"Gue mulu yang kena"

"Haha udah-udah gue duluan. Bye" setelahnya Deo pergi meninggalkan ruang rawat Leo dan Aldo yang berubah menjadi hening.

Tak berapa lama mereka mencairkan suasana dengan saling bercerita kehidupan pribadi masing-masing.

Apalagi setelah beberapa minggu mereka di rawat bersama yang akhirnya membuat hubungan pertemanan mereka semakin dekat.





.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.....

----

Yo ada yg kangen? Ramaikan ceritanya and jangan lupa vote komennya, oke?

Tandai typo terimakasih

Oh, Shit!! This Girl a MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang