Chapter 14

135 30 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah libur selama dua minggu. Kini,Hanifa kembali ke sekolah seperti biasanya. Murid lainnya juga begitu. Hanifa sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Di lihatnya di depan pagar rumah,ada Abil yang sedang berdiri di samping motornya. Hanifa mengernyitkan dahi.

"Ngpain lo?"tanya Hanifa setelah sampai di depan Abil.

"Eh," kaget Abil melihat kedatangan Hanifa.

"Mencalonkan diri menjadi satpam di rumah gue, lo?" tuding Hanifa.

"Mencalonkan diri menjadi suami lo boleh gak,hm?" tanya Abil seraya menaik turunkan alis tebalnya.

Hanifa mendengus. "Serius gak! Cari bang Rafa?" tanya Hanifa memastikan.

"Kagak,"

"Terus?" tanya Hanifa heran.

"Fa,nanti izinin gue ya,kemungkinan gue telat nih ke sekolah. Ada perlu soalnya," ucap Abil melirik arlojinya.

"Wah,janjian sama mbak yang di jodohin sama lo itu ya?" tanya Hanifa terkekeh mengejek Abil.

Abil melotot. "Sembarangan!"

"Nanti gue izinin,hati-hati ya." ucap Hanifa berbalik meninggalkan Abil sendirian.

"Thank you Fa!" teriak Abil.

***

Di depan kelas  Hanifa,teman-temannya pada ribut. Ada yang memainkan sapu,menjadikan sapu sebagai pedang  dan pistol. Ada juga yang menyanyi. Karena gabut,mereka berbuat seperti itu.

Banyak versi di kelas Hanifa saat ini. Tiba-tiba,Abil memasuki kelas bersama sohibnya sambil membawa kantong plastik berukuran besar. Keadaan kelas seketika hening.

"Jangan bilang itu manusia yang udah lu potong². Terus lo masukin plastik. Ih,psychopat kamu," ucap Jena. Keterlaluan emang. Efek menonton drakor psychopat membuat pikiran Jena ke mana-mana.

"Buset elah si Jena!" ucap Ryan. "Ini makanan woy! Abil yang nraktirin!" ucap Ryan lagi.

"oh,maaf," balas Jena.

"Hari ini kita makan bersama guys,"girang Farhan.

"Hari ini perut lo pada kenyang,gue jamin dah,"sahut Aldi.

"Masa?" tanya Syasa.

"Iya loh! Bakalan kenyang banget,kalau bungkusnya lo makan juga," cengir Aldi tanpa dosa.

"Untuk hari ini,kita makan bersama di kelas ini. Semoga kalian semua bahagia. Dengan ini,pertemanan di kelas ini semakin akur. Okay!" ucap Abil bijak.

Mereka bersorak. Tidak tahu lagi,intinya mereka bahagia. Mereka duduk berbentuk lingkaran setelah menyingkirkan meja ke samping. Dan di tengah-tengah kosong.

Mereka makan tanpa suara. Sehingga setiap guru yang lewat,mereka ajak bergabung. Jadilah saat ini,kelas mereka ramai.

"Alhamdulillah,"ucap mereka serempak setelah selesai makan.

"Makasih loh anak-anak," ucap salah satu guru.

"Sama-sama Bu,semoga Ibu kenyang ya,"cengir Ryan tanpa beban.

***

Untuk kesekian kalinya Hanifa mendengus melihat Syasa. Lihatlah sekarang,gadis itu sangat berisik menurut Hanifa. Karena mereka tidak belajar hari ini,siswa dan siswi di sekolah ini mengadakan lomba basket.

"Ya ampun Sya! Bisa diam gak sih? Berisik tahu," kesal Hanifa melihat Syasa yang berteriak mendukung salah satu tim.

"Fa itu ganteng Fa,eh yang itu juga Fa,nah itu juga,gila cogan pada keluar semua," gerutu Syasa. Sehingga ia bingung memilih tim yang mana ya g harus di dukung.

Hanifa memutar bola matanya. "Mata lo Sya!" ucap Hanifa melambaikan tangannya di depan wajah Syasa.

"Dih,apaan sih," Syasa menepis tangan Hanifa pelan.

"Sekali doang elah,cuci mata," cengir Syasa.

"Cuci mata yang berujung dosa. Udah deh Sya,gak usah lihat yang bening²,yang namanya cowok gak ada yang cantik,semuanya ganteng. Jangan mandang fisik,"tuding Hanifa di balas helaan nafas oleh Syasa.

"Ck,gue gak mandang fisik loh ya! Tapi gak tahu deh,kalau lihat cogan itu ada desiran aneh di hati gue," balas Syasa di akhiri gelak tawa. Sehingga orang yang ada di samping mereka menatap Syasa heran.

"Ya Allah,Sya! Suara lo itu mengalahkan toa loh,"heran Hanifa.

"Ekhem! Tapi Fa,sekarang banyak tuh mandang fisik,dan ada juga yang insecure,menurut lo gimana?" tanya Syasa. Kita lupakan teriakan tadi.

"Ingat aja ini,di pilih karena rupa mungkin membanggakan. Tapi di pilih karena ilmu agamanya jauh mengagumkan." tutur Hanifa.

"Mereka yang insecure itu tidak percaya diri. Untuk umat muslim,ingat aja surat At-tin ayat 4. So,ngapain insecure? Orang kita punya kelebihan dan kekurangan masing². Bagi gue,perempuan itu tidak harus cantik. Kenapa? Karena semua perempuan itu cantik dengan caranya." ucap Hanifa. Orang di samping mereka ikutan mendengar penjelasan Hanifa.

"Menurut lo,cantik akhlak atau fisik?" tanya orang di samping Syasa tiba². Hanifa dan Syasa tersentak.

"Akhlak!" jawab Hanifa. Ia yakini orang yang bertanya tadi kakak kelasnya.

"Alasannya?"

"Logikanya gini,kalau fisiknya cantik,belum tentu baik kan? Kalau memiliki Akhlak yang baik sudah pasti cantik." balas Hanifa tersenyum.

Orang yang bertanya tadi langsung terdiam. Begitupun Hanifa.

Bagi Hanifa buat apa insecure dengan fisik orang lain? Gak ada manfaatnya. Orang yang insecure dengan fisik orang lain,itu tandanya ia kurang bersyukur dengan pemberian Allah Swt. Padahal kita itu sama di mata Allah. Untuk perempuan,lebih baik perbaiki diri untuk Allah Swt,mendekatkan diri kepada Allah.

Urusan pendamping biarkan saja menjadi urusan sang pencipta. Karena sejatinya,kita tidak akan pernah tahu siapa yang akan melamar pertama. Entah itu jodoh atau ajal.

***

Tbc

Huhu maafin Ra yang telat up Readers❤!
Biasa,tugas menumpuk☺
Jangan lupa vote ya!

Sekedar info ini. Yang pembaca lama(BBVH) setuju gak sequelnya di up?

Abifa || HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang