Chapter 04

142 39 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Hanifa mengikat tali sepatunya yang terlepas di depan gerbang. Banyak siswa dan siswi berlalu lalang di depan Hanifa. Saat asik mengikat tali sepatu,tiba-tiba ada orang yang menyenggol tas nya. Untung saja,Hanifa bisa menahan tubuhnya agar tidak tersungkur ke depan. Jika itu terjadi,ia pasti malu.

Hanifa berdiri,membalikkan badan melihat siapa pelakunya. Hanifa mendengus melihat Abil yang berdiri sok cool dengan kedua tangannya berada di saku celana.

"Ups,sengaja by," ucap Abil membuat Hanifa tersulut emosi.

"Benar-benar gak ada mata lo ya!" geram Hanifa menendang sepatu Abil.

Abil melewati Hanifa dengan senyum iblisnya. Ide jahil muncul di kepalanya. Hanifa sibuk mengutuk-ngutuk Abil dalam hati. Abil berdiri di belakang Hanifa,tinggi Hanifa hanya sebatas dada Abil.

Dengan cepat,Abil mengecup kepala Hanifa yang tertutupi hijab. Hanifa melotot merasakan sesuatu di kepala bagian belakang.

"Abil sialan!" umpat Hanifa membalikkan badan. Yang di umpat,sudah berlari duluan.

"Abil sekya! Sini gak lo!!" teriak Hanifa mengejar Abil. Semua orang melihat mereka dengan tatapan bingung.

Saat ini,mereka berdua menjadi pusat perhatian. Muka Hanifa merah menahan malu dan emosi. Semuanya bercampur menjadi satu rasa.

Syasa melotot melihat Abil dan Hanifa kejar-kejaran di lapangan sekolah. "Hanifa!" teriak Syasa yang tidak di respon Hanifa.

"Si Abil buat ulah lagi nih pasti," tebak Syasa.

Hanifa dan Abil sampai di depan kelas. Nafas mereka memburu. "Sini gak lo! Tanggu jawab gak!" ucap Hanifa kesal seraya mengatur nafas.

Abil menatap Hanifa. "Tanggung jawab gimana? Nikahin lo? Gue ma gass atuh," ucap Abil seenak jidat.

Hanifa menatap Abil tajam. "Heh! Belajar yang bener! Tanggung jawab,bersihin kepala gue,air liur lo ketinggalan!" ucap Hanifa galak.

Syasa menepuk jidat melihat mereka. Dari SMP sampai sekarang,mereka itu tidak berubah. Masih sama.

"Bersihin pakai mahar? Boleh lah ya?" tanya Abil membuat Hanifa semakin emosi.

Hanifa menahan agar tidak mengumpat lagi. Ia sudah janji,tidak akan berkata kasar lagi,seperti mengumpat.

"Astagfirullah sabar Ifa,sabar. Abil itu golongan setan,jadi lo harus sabar. Istighfar²," ucap Hanifa berusaha menahan emosinya. Ia mendapati Abil yang sedang senyum² gak jelas.

Abifa || HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang