Keluarga

26 1 0
                                    

Tera masih merasa kesal pada Orion. Ia memutuskan akan memberi hukuman pada adiknya itu.

"Orion," panggil Tera sambil mengetuk pintu kamar Orion. Tak berselang lama pintu itu terbuka.

"Eh, kak Tera. Kenapa, kak?" tanya Orion dengan senyumnya seperti tidak merasa melakukan kesalahan.

 Kenapa, kak?" tanya Orion dengan senyumnya seperti tidak merasa melakukan kesalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ikut kakak yuk, kita nonton bareng dikamar. Udah jarangkan kita nyantai bareng." Tera ikut tersenyum namun lebih terlihat seperti senyum paksa. Sebelum Orion banyak bertanya, Tera langsung mengapit lengan Orion dan mengajak Orion ke kamarnya.

"Perasaan gue gak enak nih."

"Enaknya gue apain ya ni bocah?"

Saat sampai dikamar, Tera menyuruh Orion duduk di sofa yang memang di sediakan di kamarnya.

"Ngapain?"

"Kan udah dibilang kita nonton bareng."

Setelah Tera mendapat film yang akan mereka tonton, ia duduk disamping Orion dan menaikkan kakinya dipangkuan Orion.

"Pijitin kaki kakak, gak ada penolakan."

"Gak mau," Orion langsung mendorong kaki Tera cukup kuat dan hampir membuat Tera jatuh.

"Eh, eh, Anjir!"

"Kakak udah bilang gak ada penolakan. Kakak juga udah bilang ke ayah supaya uang jajan kamu dipotong buat gantiin Hairdryer kakak yang rusak." ucap Tera saat sudah membenarkan posisi duduknya. Wajahnya kini tidak bersahabat. Tera benar-benar kesal pada adiknya.

"Kok gitu sih! Rion udah bilang kan tadi gak sengaja."

"Kamu juga ngambil masker kakak."

"Rion udah minta."

"kamu gak ngomong, Orion!"

"Udah, pake telepati. Harusnya kak Tera denger kan kita sodara kandung."

"Mana bisa gitu, Orion! Astaga, kamu pengen banget mukanya kakak cakar?!"

"BUNDA, KAK TERA MAU CAKAR MUKA GANTENG ORION!" dengan gerakan cepat Orion langsung lari keluar kamar dan meninggalkan Tera.

"ORION, JANGAN KABUR!" berakhirlah mereka berdua kejar-kejaran di dalam rumah.

"Malam semua, ayah pulang!" ucap Satria sambil melangkah memasuki rumah.

"ORION SINI KAMU!"

"GAK MAU!"

"ORION! TERA! JANGAN BERISIK! BUNDA LAGI NONTON! "

Satria memijit pelipisnya. Bukan sambutan dan pelukan hangat yang didapat saat pulang kerja dari luar kota, malah anak-anaknya yang sedang kejar-kejaran dan istrinya yang sibuk menonton drama kesukaannya dan hanya berteriak menyuruh anak-anaknya berhenti. Satria menarik napas panjang dan....

















"ANAK-ANAK AYAH PULANG!" Satria pun ikut berteriak dan kedua anaknya berhenti saling mengejar. Pembantu yang sedang bekerja agaknya tertekan:v

"AYAH!" Tera dan Orion berlari ke arah ayahnya.

"Eh, mas udah pulang? Mandi dulu sana, aku lagi nonton jangan ganggu dulu." Sandra menatap sekilas suaminya dan lanjut menonton.

"Lah, lebih mentingin drama Korea daripada gue. Giliran duit aja cepet." batin sang suami. Satria menatap kesal sang istri.

"Oh, jadi lebih penting itu daripada suami yang baru pulang kerja 5 hari diluar kota?"

"Berisik! Aku lagi nonton!" Sandra berucap tanpa melihat ke arah suaminya. sandra sedang sibuk membaca translate drama yang sedang dia nonton.

"Lah, malah dia yang marah." gumam Satria. Satria beralih menatap kedua anaknya yang berlari menghampirinya.

"Ayah, uang jajan Orion pokoknya harus dipotong buat gantiin Hairdryer aku yang rusak."

"Jangan, Yah! Rion gak sengaja, udah minta maaf juga ke kak Tera."

"Gak! Pokoknya harus dipotong, sekalian ganti semua masker kakak yang pernah kamu ambil tapi gak minta."

Satria benar-benar pusing dengan kelakuan anak-anaknya ini. "Tau gini, gue belum pulang."


•°•°•°•°•


Andreas berjalan memasuki rumah, ia baru pulang dari kantor. Andreas memutuskan pergi ke dapur karena mendengar suara tawa yang samar-samar dari sana. Ia melihat Clarissa yang sedang memasak bersama ART mereka dan anak-anaknya yang duduk dan mengobrol bersama. Mereka sesekali tertawa bersama. Namun, Andreas tidak melihat Cakra.

"Dimana Cakra?" obrolan mereka terhenti dan atensi mereka teralihkan pada Andreas.

"Eh, mas udah pulang? Tumben pulangnya cepet."

"Iya, pekerjaan gak banyak. Cakra mana? Kenapa gak ajak kumpul bareng kalian?"

Raut wajah anak-anaknya berubah. "Kenapa Ayah harus nyariin dia terus?" tanya Thea yang terlihat tidak suka.

"Kalian kan sudah disini, gak mungkin ayah nyariin kalian lagi." jawaban Andreas tidak ada salahnya, Namun tetap saja mereka merasa kesal.

"Ari, panggil kakak kamu ke sini. Ayah mau mandi dulu."

"Kak Thea sama kak Angkasa kan udah disini."

"Maksud ayah, panggil Cakra kesini. Kamu harus panggil dia kakak juga."

"Tapi, Yah."

"Ari." ucap Andreas yang tidak ingin dibantah dan dengan terpaksa Aries pergi ke kamar Cakra.

Tok... Tok...

Tidak menunggu waktu lama, pintu di depan Aries terbuka, "oh, Ari, Kenapa?"

"Dipanggil ayah, makan malam bareng." jawabnya dengan wajah yang masih terlihat kesal.

"Oh, iya nanti saya turun. Makasih, Ari." tanpa menjawab lagi, Ari langsung pergi meninggalkan Cakra yang sekarang terlihat murung.

Cakra kembali ke meja belajarnya dan membereskan semua bukunya terlebih dahulu, setelahnya ia turun untuk makan malam bersama.

• ° • ° • ° •


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang