one

244 24 0
                                    

teriknya matahari membuatku tidak bisa menengadahkan kepalaku dengan bebas, dan malah menyipitkan mataku selama perjalananku menuju kantor.

entah kenapa, ini baru jam 8 pagi, namun panasnya sinar matahari sudah seperti jam 1 siang.

"jina, kamu dicari sama direktur tuh."

aku menoleh pada salah satu rekan kerjaku. "dimana?"

"di ruangnya."

aku mengangguk, lalu dengan segera mengambil buku notes dan pulpen sebelum bergegas kesana.

aku mengetuk pintunya.

"masuk."

saat memasuki ruangan, aku membungkuk sedikit memberi hormat sebelum kembali memandangi atasanku. kuulaskan senyum tipis. "bapak panggil saya?"

"iya, benar. saya perlu bantuan kamu hari ini."

aku menaikkan satu alisku, bingung. "bantuan apa jika saya boleh tau?"

"malam ini ada pebisnis dari itali datang. kamu bisa bahasa itali, gunakan skillmu agar pebisnis itu bisa menaruh saham di perusahaan kita."

aku menelan ludahku sendiri, mendadak merasa gugup. "i-ini... mendadak sekali. saya belum mempersiapkan apa-apa. baju saya juga terlalu sederhana untuk menemui konglomerat seperti beliau."

"akan saya belikan baju baru. sekarang kamu ikut saya."

"direkturㅡ"

"tidak ada penolakan."

"saya tidak bisa," selaku secepat mungkin. terdengar kurang ajar sekali mengatakan hal tersebut di depan atasanmu, tapi masa bodo, aku benar-benar tidak bisa melakukan hal ini.

pembicaraan seperti begini biasanya memakan waktu banyak, dan jadwalku hari ini cukup padat untuk dihabiskan di satu tempat saja.

ia memicingkan matanya. ia mendekat padaku. "kamu tidak dengar apa yang saya katakan? saya tidak menerima penolakan."

aku mengangkat kepalaku, membuat mata kami saling menatap. "maaf, pak. jika di hari lain, mungkin saya bisa. tapi jika harus hari ini, dengan berat hati saya mengatakan bahwa saya tidak bisa."

"kenapa?"

aku menipiskan bibirku. "saya tidak bisa."

"saya menanyakan alasannya."

"i-itu... privasi. saya tidak bisa mengatakannya."

pria itu membalikkan tubuhnya, memandang gedung-gedung tinggi lewat kaca ruangnya yang berada di lantai 23. ia mendengus, lalu kembali menghadapku. "tidak bisa diundur?"

aku menggelengkan kepalaku, lalu tersenyum getir. "tidak bisa. maaf."

pria itu menghela, matanya menunjukkan sarat memohon. "jika saya bilang bahwa saya membutuhkanmu untuk ini, masih tidak bisa?"

sialan. dia benar-benar tau kelemahanku. jika siapapun mengatakan bahwa mereka membutuhkanku, akan semakin sulit untuk menolaknya.

dan tebak apa? aku mengalah.

aku mengecek jam tanganku yang bertengger di pergelangan tangan kiriku. "jika saya minta sampai jam 7 malam, apa boleh?"

wajah pria itu menjadi sumringah, ia lalu menganggukan kepalanya dengan semangat. "boleh. sangat boleh. ini tidak akan memakan waktu lama. ayo," ucapnya. ia lalu berjalan mengambil jasnya dan membukakan pintu untukku.

sampai di parkiran, kami berdua masuk ke dalam mobil atasan saya, dan mobil itu meluncur ke jalan raya membaur dengan berbagai kendaraan disana, menuju ke tempat janji dengan pebisnis itali itu.

"saya masih penasaran."

aku tersentak dari lamunanku. "ya?"

"kenapa kamu benar-benar sampai rela menawar jam di hadapanku? sepenting apa urusanmu itu? padahal biasanya kamu juga oke-oke saja jika saya berikan tambahan kerjaan."

aku tersenyum tipis. "tapi saya tidak pernah diberikan kerjaan tambahan di hari jumat."

pria itu mengangguk. "benar juga. tapi saya masih penasaran."

"itu privasi."

"oke, akan saya cari tau sendiri."

"jangan!" seruku reflek dengan nada panik. aku lalu berdeham, kembali menyandarkan tubuhku pada jok mobil. "maksud saya, anda tidak perlu repot-repot mencari tau hal yang tidak penting itu."

pria itu terkekeh. "tingkahmu mencurigakan."

aku menggeleng kaku. "saya berani bertaruh urusan pribadi saya tidak menyangkut sesuatu yang ilegal dan berurusan dengan polisi. saya jamin itu."

"tapi kenapa panik?"

aku terdiam, lalu berdeham sambil mengeluarkan tab dan menyalakannya. "sepertinya lebih penting jika saya mempelajari seluk beluk perusahaan itali itu daripada membahas kehidupan pribadi saya."

atasan saya tersenyum miring, melirikku sejenak. "kamu memang pintar sekali mencari alasan."

aku menghela. "direkturㅡ"

"oke, saya diam."




































holla~~

aku balik membawa short story lagii hehehe

pertama kali buat cerita yang judulnya lebih dari 1 kata ㅠㅠ

ya... crita yang lagi hiatus biarkan dulu ya, aku masih butuh waktu buat nyelesain alur dulu baru aku mulai ngetik lagi ㅠㅠ

maaf yaaa😭😭😭

sambil menunggu, kalian bisa baca short story ini kok

aku nggak pakai huruf kapital yah karena... enak aja gitu kalau pakai huruf kecil buat short story WKWK

eniwei...

meet our director, huang renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

meet our director, huang renjun

GILAK GANTENG BANGET GAK SIIIIIHHH

/pingsan


mana foto teaser dia hari ini bener" meresahkan ㅠㅠ

dahla segitu aja buat malam ini

stay safe and healthy kalian 💚💚

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang