three

103 25 2
                                    

aku menggigit bibir bawahku, dengan mata yang tertuju lurus menatap pada angka elevator yang terus bertambah. sampai di lantai dimana meja kerjaku berada, aku berjalan cepat menuju mejaku.

tamat sudah riwayatku jika sampai kehilangan pekerjaan ini, batinku memohon dan berdoa sebanyak mungkin agar tidak melihat surat apapun diatas mejaku.

saat sampai di depan meja kerjaku, kakiku hampir lemas saat melihat sebuah amplop putih terletak rapi disana.

oh sial, sepertinya memang direktur huang itu sangat sensitif. benar-benar deh.

"eh..."

tunggu.

sebentar.

aku mengamati amplop putih itu. kuambil dan membaliknya.

ada yang aneh.

di amplop ini tidak ada stempel perusahaan, yang berarti bukan surat formal. jika ini adalah surat PHK, harusnya ada stempel perusahaan.

mataku berbinar. apa masih ada harapan bagiku untuk tidak dipecat? semoga saja.

aku duduk dan perlahan membuka amplop itu. di dalamnya hanya ada kertas HVS putih yang dilipat. kubuka kertas itu dan membaca isinya.

untuk: lee jina
dari: direktur huang

"wah... tulisannya bagus banget," gumamku penuh kagum.

memang benar aku sudah bekerja dengannya selama 4 tahun dan sudah tak terhitung berapa kali aku harus pergi dengannya untuk berbagai alasan seperti kemarin. namun aku tidak pernah melihatnya memegang pulpen. ia hanya memegang pulpen hanya pada saat ingin menanda tangani sesuatu saja. maka dari itu, aku tidak pernah melihat tulisannya yang ternyata serapi dan sebagus ini.

"tulisanku saja kalah..." gumamku membandingkan tulisannya dengan tulisan tanganku. aku benar-benar kagum sambil membaca isi surat tersebut.

saya minta maaf atas kejadian kemarin malam. maaf jika itu membuat kamu tidak nyaman.

saya memaklumi jika kamu mengucapkan bahasa tidak formal.

tapi saya mohon, jangan terlalu lama marah dengan saya. saya merasa tidak enak karena harus canggung sekali satu mobil denganmu kemarin.

mungkin kamu masih belum ingin melihat saya, maka dari itu saya tuliskan surat untuk kamu. maaf jika kaku, saya tidak terbiasa menulis surat seperti ini.

di laci mejamu, saya ada simpan 2 minuman kaleng yang sering kamu beli di kantin kantor.

itu bukan sogokan atas permintaan maaf saya. itu hanya sebagai penyemangat untuk hari ini agar kamu bisa fokus pada pekerjaanmu.

semangat untuk hari ini.

selesai membaca surat itu, aku membuka laci mejaku yang paling atas. benar, ada 2 kaleng minuman yang sering aku beli di kantin kantor.

aku terkekeh pelan, mengambil minuman kaleng itu dan memandanginya lamat-lamat, membayangkan bagaimana pria itu membeli minuman murahan begini di kantin kantor.

padahal dia sendiri tidak pernah ke kantin jika saja aku tidak mengajaknya untuk mampir sebentar sebelum berangkat pergi untuk urusan seperti kemarin.

"apa dia mengeluarkan black card-nya pada penjaga kantin itu?" tanyaku menyuarakan pikiranku sambil tertawa dan menggeleng. "astaga. jangan sampai," lanjutku, namun kembali tertawa jika sampai itu betulan terjadi.

di kantin kantor kita hanya menggunakan uang cash untuk membeli makanan dan minuman disana. sedangkan aku yang tau bahwa di dompet pria itu hanya ada jejeran kartu membuatku tidak bisa membayangkan bagaimana bingungnya dia saat ingin membayar minuman ini.

"harusnya aku ada disana," gumamku kembali tertawa.

harus kuakui, pria itu benar-benar berkelas atas. tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan suatu material yang berbau murah. bukan berarti dia sombong, tapi memang kehidupannya dan kesehariannya dikelilingi oleh hal mewah.

aku melipat surat tersebut dan memasukkannya ke dalam laci, lalu membuka satu kaleng minuman dan meminumnya.

semangatku terisi. bukan dari minuman ini, namun dari isi surat yang kelewat kaku.































gatau nulis apaan, gak jelas banget hehe maap

eniwei, plis vote comment juga yaa

stay safe and healthy 💚💚

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang