fifteen

84 21 2
                                    

sudah tiga hari sejak acara resepsi jeno. tidak terjadi apa-apa. semuanya berjalan seperti biasanya.

"jina, kamu 3 hari ini jadi sering pulang nggak terlalu malam. kenapa? kamu tidak menemani direktur huang lagi?"

aku membereskan mejaku dan melirik sejenak rekan kerjaku itu sambil tersenyum. "bisa dibilang begitu."

ia terkesiap. "apa akhirnya dia sudah menemukan sekretaris baru? wow, jina, akhirnya selama 4 tahun kamu bisa terbebas dari direktur galak sepertinya. hahaha!"

aku ikut tertawa, namun tidak membalas apapun pertanyaannya. aku lalu berpamit pada rekan kerjaku yang lainnya, dan turun ke lobby kantor menggunakan elevator.

aku hampir saja berkata latah saat seseorang menahan pintu elevator untuk tutupㅡbahkan hampir membantingnya.

saat pintu elevator kembali terbuka, tubuhku mematung.

itu direktur huang.

ia lalu menatapku tajam.

"kenapa kamu menghindar dari saya?" tanyanya saat kami berdua sudah berada di dalam elevator dan mulai menuruni lantai per lantai.

aku hanya diam saja tidak menanggapinya. sebisa mungkin untuk tidak menatapnya, walau sulit karena refleksi dirinya berada di setiap sudut dinding besi elevator ini. sial.

"lee jina, saya sedang berbicara dengan kamu. kamu tau jadwal saya padat? bagaimana bisa kamu meninggalkan pekerjaanmu sebagai sekretaris saya begitu saja?"

aku berdeham, berusaha terdengar tenang. "saya sudah menjabarkan secara detail jadwal anda selama satu minggu kedepan. saya merasa direktur huang tidak perlu lagi mencari saya hanya untuk mempertanyakan hal yang begitu retoris."

"maksudmu retoris?"

aku menghela, lalu memutuskan untuk menoleh dan menatap mata direktur huang. aku baru sadar, kedua mata itu begitu indah untuk dipandang.

bukan, jina! bukan itu! batinku. dengan cepat kukumpulkan kesadaranku kembali.

"saya capek harus mengambil 2 posisi cukup berat di kantor ini, direktur huang. saya sudah carikan berbagai calon sekretaris yang begitu andil, namun anda menolak semuanya, entah dalam alasan apapun itu, saya tidak tau. saya lelah sama semua ini. biarkan saya fokus dengan 1 bidang saja, agar saya bisa memaksimalkan kinerjaku disana."

aku menghela kasar, bertepatan dengan suara denting dan pintu elevator terbuka perlahan. aku cepat-cepat membungkuk lalu berjalan pergi meninggalkan direktur huang disana.

semakin aku menyadari perasaanku padanya, aku paham, bahwa aku tidak akan pernah bisa menyandinginya. jadi jika terus bersamanya, kepercayaan diriku akan semakin berkurang karena selalu membandingkan diriku dengan kelebihan orang lain.

sebelum perasaan ini jatuh lebih dalam lagi, aku harus cepat-cepat menyelesaikannya lalu menghilangkan perasaan ini.

aku hanya terlalu terbawa perasaan akan perilaku direktur huang yang selalu baik dan terkadang terkesan manis dimataku. nyatanya, ia hanya bersikap sopan.

pertama kali bertemu dengan dia di ruang direktur, tidak ada terlintas sedikit saja bahwa aku akan jatuh pada pesona pria itu.

namun mengenal lebih dalam dengan pria itu, siapa yang tidak akan jatuh pada pesonanya?

langkahku berhenti. aku menoleh memandangi pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah, ditambah dengan warna pelangi yang menyirat di langit, tanda bahwa tadi sempat hujan.

aku tertawa lirih, meratapi nasibku. "apa aku harus mengalami patah hati untuk kedua kalinya?"

aku menghela sambil menutup mataku sejenak, lalu menengadahkan kepalaku. "kenapa... cerita cintaku tidak pernah berjalan mulus?"

aku mendengus sejenak sambil menendang kerikil-kerikil kecil.

sungguh menyedihkan. disaat kamu menyangkalinya terus menerus, lalu saat kamu menyadarinya, kamu malah ingin melepaskannya.

aku menggembungkan kedua pipiku. "apa aku harus minum lagi di kedai terdekat dari sini?"
































bosen ya☹

ya gapapa, pokoknya mau ak cepet" selesain work ini biar bisa fokus ke work yg lainnya juga🤣🤣

yg merasa bosen gpp kok, ga aku paksa buat baca sampai ini end🙂🙂

smangat buat besok😊

stay safe and healthy 💚💚💚

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang