special chapter

47 4 0
                                    

"kiri dikit."

"di sini?"

aku mendecak. "bukan di situuu! belakang dikit."

"katanya tadi kiri?"

aku mendengus pelan. "udah ah, kamu turun aja. biar aku sendiri yang pasang," ucapku sembari memijit tengkukku yang lumayan pegal karena terlalu lama mendongak.

hari ini, direktur huangㅡah, apa aku harus tetap memanggilnya direktur huang? aku panggil dia renjun seharusnya nggak apa-apa kan? dia pacarku.

oke so, hari ini, renjun menawarkan bantuan untuk memasang pohon natal dan hiasan-hiasang natal lainnya di apartmenku. katanya jika aku mengerjakannya sendiri akan repot. padahal di tahun-tahun biasanya juga aku bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan siapapunㅡtoh hanya memasang pohon matal serta hiasan-hiasannya.

tapi tentu aku tidak akan menolak tawarannyaㅡhitung-hitung bisa menghabiskan waktu berdua saja di hari natal begini. hehe.

"hati-hati," ucapnya dengan satu tangannya yang memegang tangga, lalu tangan satunya diletakkan di pinggangkuㅡmenahan tubuhku agar bisa berdiri dengan stabil di atas pijakan tangga.

tidak butuh waktu lama bagiku untuk memasang hiasan terakhir pada pohon natalnya, lalu turun dari tangga perlahan sembari dituntun oleh laki-laki itu.

"habis ini mau ngapain ya?" celetukku sambil berjalan menuju dapur dan mengambil 1 bungkus bubuk coklat. aku lalu mengambil 1 bungkus lagi saat melihat renjun ikut masuk ke dalam dapur. "mau juga?"

"saya kopi saja," ucapnya lalu membantuku memasak air panas sembari aku menyeduhkan kopinya. setelah selesai, aku memberikan gelas berisi kopi itu ke renjun, lalu aku lanjut dengan membuat coklat panasku.

"saya jadi teringat sesuatu," ia berucap setelah cukup lama kami diam.

ah iya, renjun memang sudah terbiasa menggunakan saya-kamu jika berbicara denganku. tidak masalah, selama dia nyaman menggunakannya, aku tidak akan memaksa dia untuk menggunakan bahasa lain.

"hm? ingat apa?" responku meletakkan sendok yang kugunakan untuk mengaduk di tempat cuci piring, lalu menghadap laki-laki itu sembari menyesap coklat panas yang baru saja kubuat.

"pertemuan pertama kita di kantor."

aku menganga, lalu terkekeh. "kenapa memangnya?"

laki-laki itu menatapku cukup lama, lalu ia berjalan keluar dari dapur sembari melanjutkan ceritanya. "kamu baru keluar dari dapur kantor, bertepatan dengan saya yang ingin masuk ke dalam. lalu kopi saya tumpah begitu saja saat kita bertubrukan. saya hampir saja mengumpat dan memarahimu, namun tidak sempat karena kamu berbicara terlalu banyak saat panik. jadilah saya hanya memerhatikan kamu mencoba membersihkan kemeja saya sambil mengucapkan kata maaf berkali-kali."

"yaampun, cukup. sampai di sana saja," potongku dengan wajah cemberut. sialan, sekarang aku malu sekali.

renjun lalu tertawa pelan. "kamu cerewet sekali saat itu, saya bahkan tidak punya kesempatan untuk menyela. sekalinya saya ingin menyela, kamu malah nyaris menangis. saya jadi tidak bisa berkata-kata lagi."

"renjun!"

"hahahah! saat itu dipikiran saya hanya 'ah, cengeng juga dia'."

"astagaaaa... diam kamu!" seruku sebal sambil mendorongnya main-main.

"astagaㅡjina, kopinya-!"

aku terdiam begitu mendengar renjun berucap panik melihat kopinya nyaris tumpah karena kehilangan keseimbangan setelah kudorong tadi. yah, meskipun tidak tumpah semuanya pun, tangannya terkena sedikit kopi.

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang