twelve

73 22 0
                                    

saat aku membuka mataku, kedua alisku langsung mengernyit saat mencium bau alkohol yang tajam.

aku perlahan bangun dari kasur, mencoba untuk duduk. sedikit kesulitan karena sepertinya tubuhku masih lemas.

"saya bantu."

aku tersentak. mataku menangkap direktur huang bangun dari sofa dan membantuku untuk bangun dari kasur.

setelah itu, kami berdua diam. sebenarnya keheningan ini bukan sebuah kecanggungan, hanya saja aku memutuskan untuk diam. tubuhku masih lemah untuk mengeluarkan suara.

"saya minta maaf."

aku membulatkan mataku. "kenapa harus minta maaf? anda tidak membuat kesalahan apapun," ucapku pelan.

"selama 4 tahun bekerja, dan saya bahkan tidak mengetahui hal sekecil ini," jelasnya sambil tertawa lirih.

"bukan salah direktur huang. saya hanya kurang teliti."

"lain kali saya akan lebih hati-hati."

aku tersenyum, lalu menyandarkan kepalaku pada bantal kasur rumah sakit itu. "terimakasih. seharusnya semuanya akan lebih mudah jika saya membawa obat di tas saya. tapi tadi pagi saya merasa itu tidak perlu, jadi saya tidak membawanya."

direktur huang hanya diam saja, membuatku menelengkan kepalaku. "wajah anda berantakan, direktur huang."

ia mendecak. "diam kamu. saya sangat panik tadi saat kamu kehilangan kesadaranmu."

aku tertawa. "iya, maaf. alergi saya memang separah itu. padahal keliatannya kenarinya cuma sedikit di dalam kue itu."

"alergi tetap alergi, tidak bisa ditawar."

aku mengangguk, lalu menutup mataku sejenak. "saya setuju."

ia mengedikkan dagunya kearah meja. "saya belikan kamu makanan. kamu perlu makan, bukannya makan cemilan seperti tadi."

aku mencibir pelan. "direktur huang terlalu seru mengelilingi taman bermain tadi. saya kira anda sudah tidak ingin makan siang lagi."

pria itu mendengus. "maaf, tempat tadi bagus sekali. kita harus kesana lagi."

tuh kan.

aku memalingkan wajahku darinya.

ck, sial. aku kenapa sih? pipiku memanas, membuatku kikuk.

"ehm... makanannya mana?" tanyaku pura-pura sibuk mencari makanannya.

ia lalu mengambilkan makanan itu untukku. "itu bubur abalone."

aku melotot. "mahal dong," ucapku spontan, lalu mengerjap dan menggeleng cepat. "ah, maaf. maksud saya, ini pasti mahal."

ia menggeleng. "tidak juga," jawabnya, lalu berkacak pinggang menatapku. "kamu jadi sering berbicara informal di depan saya, ya."

aku meringis saat menyendokkan sendokan pertama ke mulutku mendengarkan pernyataan yang baru saja dilontarkannya. "akhir-akhir ini anda sering berlagak seperti teman di depan saya, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara dengan bahasa informal."

"oh, jadi salah saya?" tanyanya menunjuk diri sendiri.

aku tertawa sambil mengedikkan kedua bahuku. "saya tidak bilang begitu."

ia mendecak. "kamu saya pecat ya."

ucapannya makin membuatku tertawa keras karena alih-alih menakutkan, wajahnya yang sedang marah ternyata lucu sekali. menggemaskan. "astaga, direktur huang, jangan mengancam saya begitu."

"saya lagi serius, loh."

aku terkekeh. "wajah anda yang merajuk seperti anak kecil tidak menandakan bahwa anda sedang serius, direktur huang."

"saya bukan anak kecil."

aku kembali terbahak. sungguh, wajah dia sekarang sangat menggemaskan. "aww~ direktur huang imut sekali~" godaku lalu kembali tertawa melihat responnya yang hanya diam tidak bisa membalas.

"kamu sangat menikmati saat-saat dimana saya dijahili ya," ketusnya lalu mengambil posisi duduk dipinggir kasur tempatku berbaring, membuatku bingung namun aku tidak terlalu menghiraukannya karena sibuk tertawa.

ia mengambil alih mangkuk bersisi bubur itu dan menyendok sebentar, meniupnya, lalu menyodorkannya padaku. "makan."

aku terdiam. lalu berdeham, meraih mangkuk berisi bubur itu. "direktur huang, saya bisaㅡ"

"makan," ucapnya menjauhkan mangkuk bubur itu dari jangkauanku, membuatku hanya pasrah dan menerima suapan bubur darinya.

"daripada menjahili saya, lebih baik kamu makan untuk mengisi energi."

"saya bisa makan sendiri, direktur huang."

"daritadi saya terus dijahili," balasnya sambil kembali menyodorkan suapan bubur yang baru ditiup olehnya.

aku diam-diam menghela nafas. sungguh, jika begini terus, tubuhku bisa makin lemas.

hari ini sepertinya aku memang benar-benar sakit.




































HAAHHAAHAHA NGGAK TAU DAH NGETIK APAAN😭😭😭😭😭

semoga masih enjoy🙂

see you in next ch!

stay safe and healthy :) 💚

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang