five

80 18 2
                                    

p.s: part kali ini cukup panjang dari biasa

eniwei, enjoy~























aku mengerjap berkali-kali, memastikan bahwa aku tidak salah lihat.

tidak. aku tidak salah lihat. pesanku memang telah terbaca, semuanya.

aku menunggunya untuk membalas pesanku, apapun itu, namun balasan itu tidak kunjung datang, membuatku heran.

satu menit.

dua menit.

lima menit.

sepuluh menit.

tidak ada balasan.

"dia ngapain sih? dibaca doang?" gerutuku, lalu berbalik meninggalkan tempat itu, berlari kemanapun.

entah, aku tidak ada tujuan. dia tidak mengatakan akan bertemu dimana, dia tidak memberikan lokasi yang tepat dimana aku harus temukan dia. dia hanya memintaku untuk menunggu. dan sekarang aku bingung harus kemana.

aku harus kemana, jeno? harus kemanakah aku supaya aku bisa menemuimu?

jariku lalu memencet tombol dial, lalu menempelkan ponselku pada telinga. sambil menunggu telfon diangkat, kakiku masih berjalan tanpa tujuan.

"jeno... angkat..." gumamku memohon.

sambungan terputus, membuatku menggeram kesal. aku berhenti di pinggir jalan, lalu dengan geram mengetikkan pesan.

jeno❤

jeno! |

angkat! |

aku tau kamu baca |

kamu dimana?! |
/read

aku menggeram. "dia baca tapi kenapa nggak angkat telfonku sih?!" marahku kesal menghentakkan kakiku pada aspal jalanan.

sungguh. aku tidak habis pikir dengannya.

aku kembali memencet tombol dial.

aku mendengus. "kalau sampai dia tidak mengangkatnya lagi, aku bersumpahㅡ"

"jina."

oke. kutarik kembali ucapanku.

detik ini aku lebih memilih agar jeno tidak mengangkat panggilanku. namun telat, dia sudah mengangkatnya.

"jina. kamu dengar aku?"

pertahananku runtuh. kakiku langsung lemas. aku langsung menekukkan lututku dengan tanganku yang bergetar memegang ponsel di telingaku. airmataku mengalir, isakanku tidak dapat kutahan lagi.

"jeno... kemana aja kamu..." gumamku. aku tau ucapanku sudah tidak jelas karena menahan isakan tangisku yang sudah tak karuan.

"jina. bisa ketemu?"

aku terdiam, namun isakanku masih samar-samar terdengar. aku menipiskan bibirku. "jeno, kamu dimana?"

"aku diㅡ oh... itu kamu."

aku tersentak. reflek aku langsung mengangkat kepalaku, mengecek sekitar jalan raya itu, mencari sosok jeno di keramaian.

saat kepalaku tertoleh pada jalan seberang, kulihat pria itu sedang berdiri dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam mantel tebalnya, menatapku.

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang