ten

79 21 1
                                    

aku mengecek jam tangan yang bertengger di tangan kiriku. jam 9 pagi. lalu aku menghela.

"aku ngapain sih...?" gumamku pada diri sendiri sambil duduk melamun di lobby gedung apartmenku.

"sudah siap?"

aku tersentak dari lamunanku saat mendengar suara direktur huang. aku langsung cepat-cepat berdiri dan menyampirkan tas selempangku sambil tersenyum canggung. "kenapa kesini? anda bisa telfon saya dan saya bisa langsung jalan ke mobil anda."

pria itu menggeleng. "lebih baik saya menjemputnya sendiri."

aku hanya diam meresponinya dan berjalan berdampingan dengannya menuju mobil yang ia parkirkan di depan gedung apartmen.

pria itu berjalan mendahuluiku lalu membukakan pintu mobil bagian penumpang untukku. aku menipiskan bibir sebelum masuk ke dalam mobil, disusul dengan dia.

"kita berangkat," ucapnya setelah menyalakan mesin mobil.

ditengah perjalanan menuju tempat yang tidak kuketahui, aku kembali merenungkan pembicaraan kami berdua kemarin.

entah bagaimana, direktur huang mengusulkan ide gila.

aku diminta untuk datang ke pernikahan jeno, namun dengan syarat; direktur huang menjadi pendampingku.

"gila," gumamku.

"apa?"

"hah?!" aku terkesiap dengan mata melotot, lalu menggeleng keras. "bukan, bukan. saya minta maaf. pikiran saya sedang bercabang sekarang," elakku berusaha mencari alasan. walau sebenarnya memang kata 'gila' itu aku tujukan pada ide gila atasanku ini.

pria itu hanya diam saja, membuatku diam-diam menghela nafas lega. setidaknya dia tidak mencurigaiku aneh-aneh.

"kita sudah sampai."

saat masuk ke dalam toko yang disebut direktur huang tadi, aku kembali melongo.

tuh kan, sudah kubilang ide direktur huang sungguh gila.

apa-apaan dengan membawaku ke tempat toko gaun?!

"pilihlah gaun yang kamu suka. saya tunggu disini," ucap pria itu santai sambil berjalan menuju sofa dan duduk disana, seolah hal itu adalah kalimat yang enteng untuk diucapkan.

aku melirik beberapa pelayan perempuan yang sudah menungguku, lalu aku tertawa canggung. "ehm, sebentar. saya mau ngobrol dengan dia dulu," ucapku menyingkir dari para pelayan itu dan menghampiri direktur huang yang sudah sibuk membolak-balikkan katalog gaun di toko itu.

astaga. aku yakin siapapun yang melihat kami berdua disini sudah akan mengira kami berdua yang akan menikah.

aku memelototi direktur huang dalam diam, lalu dengan cepat mengubah ekspresi wajahku saat ia mengangkat kepalanya dan menatapku.

"kenapa masih disini? pilih dulu gaunnya."

aku membulatkan mataku, lalu kembali menguasai ekspresi wajahku. "saya minta maaf jika kesannya kasar. namun, apa menurut anda ini tidak terlalu berlebihan?"

pria itu mengangkat satu alisnya. "saya tidak mengerti letak berlebihannya dimana."

aku menghela pelan. ya, orang kaum borjuis memang beda, batinku merasa lelah sendiri.

astaga, hebat sekali aku bisa bekerja dengannya selama 4 tahun tanpa ada masalah rumit apapun.

aku menghela. "oke, saya pilih. tunggu disini," ucapku final, tidak mau berdebat lebih panjang lagi. pria ini selalu memenangkan perdebatan yang terjadi diantara kami berdua.

aku lalu berjalan masuk ke dalam ruang yang menyediakan banyak sekali gaun.

sial, kakiku hampir lemas melihat berbagai gaun disini.

"oke, pilih saja yang paling simpel, tapi elegan," gumamku sambil keliling dan mencari gaun yang tepat untukku.

tidak apa-apa jina, pria itu bahkan pernah salah membeli mobil dan malah memberikan kunci mobil itu padamu. jadi, gaun ini bukan apa-apa, batinku.

sungguh, aku terkadang masih belum terbiasa dengan kehidupan direktur satu ini.

saat menemukan gaun yang menurutku menarik di mataku, aku mencobanya di ruang ganti. setelah berganti, aku menghampiri direktur huang.

pria itu hanya menatapku lama, membuatku sedikit canggung. "nggak suka? saya coba ganti yang lain," ucapku sedikit kecewa karena aku memang sangat suka dengan model gaun ini.

pria itu dengan cepat berdiri dan menahan lenganku. "bukan begitu. saya suka yang ini. ukurannya apa sudah pas?"

aku menipiskan bibirku dan mengangguk pelan.

"saya urus pembayarannya selagi kamu ganti bajumu," ucap pria itu.

saat berbalik menuju ruang ganti, aku menepuk pipiku cukup keras.

sial, kenapa hari ini direktur huang terlihat sangat tampan? padahal biasanya saya juga sudah terbiasa memandangi paras wajahnya.

ada apa denganku hari ini?











































biasanya ini scene mau lebih panjang, tapi kalau aku panjangin nanti takut bosen🤧

bisa dibilang yg salah beli mobil terus dikasih ke orang lain itu berlebihan banget, tapi ini beneran terjadi di kehidupan nyata🤣🤣

oh iya, ini gaun yang dipilih sama jina

nggak tau kenapa menurutku ini cantik banget gaunnya☹☹☹☹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nggak tau kenapa menurutku ini cantik banget gaunnya☹☹☹☹

story ini keknya visualisasinya banyak banget ya tumben🙂🙂🙂

kliatan niat gitu padahal mah emang niat

eniwei, see you in next ch😀

stay safe and healthy!! 💚

Moving On | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang