Sekarang sudah berganti hari, fajar pun mulai menyinari.
TRINGGGGGG!!!
Bunyi jam weaker berdering nyaring, berusaha membangunkan siempu yang tengah asik tidur.
"Enghhh!!" Suara erangan samar bisa terdengar dan Aksarapun menggeliat dari tempat tidurnya.
"Sekarang uda jam berapa ya?" Aksara mendudukkan dirinya, mengusap usap matanya berusaha membersihkan kotorannya.
Rambut Aksara acak acakan dan tampangnya pun lesu, mungkin dia terlalu lelah, sebab kemarin setelah Nino datang kerumahnya dia begadang untuk kerja.
Dia mematikan jam weaker yang berada tepat disamping kasur nya sembari melihat jam berapa sekarang.
"Ooo, enam to," Ujar aksara dengan anggukan kepala.
"Yowes, sekarang waktune mandi!" Aksara pun berdiri, dengan santai tidak terburu buru seperti kemarin.
[Yowes : Yasudah]
Dia berjalan menuju luar kamarnya yang terlihat suram itu, pergi ke arah lemari yang letaknya disamping luar pintu kamar lalu mengambil baju serta handuk dari sana.
"Yah, semoga nanti aku ga kenapa napa." Sebelum masuk ke kamar mandi, Aksara berdoa dan semoga doanya dikabulkan sang kuasa.
- • - • - • -
Singkat cerita, Aksara sekarang berada dikelasnya, mengikuti pembelajaran dengan tenang dan serius.
"Baik, anak anak, silahkan kumpulkan tugas kalian yang bapak beri kemarin lusa," Pak Irfan, yang notabene guru bahasa inggris Aksara, menagih tugas yang diberikan nya pada siswa.
Pak Irfan memiliki perawakan yang lumayan tinggi, kulit sedikit hitam dan berkumis tebal. Rambutnya disisir rapi juga perutnya sedikit buncit.
"Baik, pak!" Serentak, setiap siswa menjawab.
"Maju dengan tertib, jangan berdesak desakan dan sesuai dengan nomor absen kalian," Pak Irfan memberi perintah.
Setelah itu, siswa satu persatupun maju, termasuk Aksara yang juga ingin mengumpulkan tugasnya.
"Ini pak, tugas saya," Ujar Aksara dengan senyum ramah.
Pak Irfan melihat, lalu membalas senyum Aksara dan berkata "Bagus, Nak Sara. Bapak denger kemarin kamu telat gara gara mengerjakan tugas bapak terlalu malam dan karena kerja," Pak Irfan menepuk pundak Aksara dengan pelan, "tapi tetap, nak, jangan terlalu memaksakan dirimu. Tubuhmu bukan robot, mengerti?"
Aksara tertawa canggung, rasanya dia sedikit malu tapi dia juga merasakan kehangatan di hatinya. Tak disangka, Pak Irfan yang ia duga galak, malah perhatian padanya.
"Baik, pak, saya usahakan."
"Bagus, yasudah silahkan kamu duduk kembali!"
Kemudian Aksara pun pergi, melangkahkan kakinya beberapa langkah lalu duduk di bangkunya. Yang letaknya didepan meja guru tepat.
Setelah beberapa saat, semua siswa yang hadirpun selesai mengumpulkan tugas mereka.
Pak Irfan berdiri dari tempatnya, dan dengan damah tersenyum. "Baik anak anak, mungkin sampai sini dulu perjumpaan kita kali ini dsn tolong ingatkan satu teman kelasmu itu, si Samuel, untuk menghadiri kelas ya."
Selesai mengatakan itu, beliau pergi dengan membawa setumpuk buku tugas siswa.
'Oh, iya, pantes dari kemarin aku ga liat mukanya, Meraka bolos ternyata." Diam diam, aksara berfikir dan menghela nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bully : Cerita Perihal Pembunuh Tanpa Tangan
Teen FictionBully, tindakan tercela tanpa moral atau etika. - • - • - • - "Aku selalu sabar menghadapi semua, berharap kalian bisa menerima ku apa adanya." "Perlakuan kalian semakin keras, namun aku selalu mencoba waras. Apa susah bagimu, untuk menerima ku?" "T...