2. Gangguan : "Sinting!"

3.9K 213 15
                                    

2. Gangguan

Semua calon siswa baru setelah hari ini akan resmi menjadi siswa sekolah bergengsi ini. Juga setidaknya tidak perlu memakai pernak pernik MOS dan terlalu takut dengan senior.

Sayangnya tidak semua casiba merasa MOS berjalan lancar dan menyenangkan. Seperti dua orang casiba cowok yang berada di taman dekat lapangan basket outdoor ini.

Mereka tidak sedang dihukum oleh panitia MOS tapi lebih buruknya mereka sedang dikerjai oleh segerombolan murid senior cowok yang merupakan pentolan sekolah ini. Setidaknya ada delapan orang di sana, itupun masih kurang banyak anggota mereka yang tidak datang ke sekolah.

"Kenapa gemetaran gitu?"

Cowok yang merupakan ketua geng itu mengambil kantung plastik berisi bermacam merk minuman botol dengan sedikit kasar.

"Gue cuma minta tolong beliin minum. Biasa aja. Gak akan gue matiin juga!"

Sementara dua junior malang dengan atribut MOS itu semakin gemetaran, mereka malah tertawa.

"Ka-kami boleh pe-pergi ka-kak?"

Rassya Gibran Hadhinata. Itulah yang tertulis pada name tag seragam yang tidak dimasukkan itu. Cowok pemilik tatapan tajam dengan rambut hitam legam yang sedikit berantakan itu baru saja menghabiskan setengah isi botol air mineral yang dibelikan kedua junior malang tersebut.

Hampir semua orang tentu saja mengenal Rassya, bukan hanya karena wajah super tampannya dan betapa tajirnya dia, tapi juga karena sikap pembangkang dan pembuat onarnya. Sejak awal masuk sekolah ini cowok itu selalu saja membuat masalah yang mampu membuat guru-guru pusing. Untunglah Rassya dkk lebih banyak lolos dari hukuman karena kadang mereka bermain rapi, juga karena ia punya otak yang pintar sehingga bisa selamat hingga sekarang berkat nilainya yang stabil.

"Lo berdua gak betah gabung sama kita?"

Rassya meletakkan botol air mineralnya, berdiri di depan dua junior malang itu dengan kedua tangan dimasukkan di dalam saku celana abunya. Menatap penuh intimidasi kedua peserta MOS itu. "Kalau lo berdua beruntung bisa aja gue angkat jadi anggota geng gue!"

"Bu-bukan gi-gitu kak...."

"Ki-kita harus masuk ke ruang MOS karena sudah lewat jam istirahat kak." Tambah junior satunya lagi.

"Santai aja. Lo berdua ga bakalan dihukum. Lagian ada panitia di sini." Tuding Rassya pada beberapa orang temannya yang memakai almamater OSIS dan juga id card panitia MOS.

Aldo, Reno, Juan dan Adit terlihat santai saja dan menikmati aksi Rassya siang ini. Padahal seharusnya hal-hal seperti ini menjadi tanggung jawab mereka untuk tidak terjadi.

"Yaudah biar cepet lo berdua nyanyi terus joget dulu baru balik ke ruang MOS membosankan itu!"

Keringat dingin semakin dirasakan kedua peserta MOS itu. Bayangkan saja harus menyanyi dan berjoget di depan mereka dan ditengah lapangan yang masih banyak senior yang lalu lalang dari kantin. Menerima perintah itu berarti mempermalukan diri tapi menolak juga pasti membahayakan diri mereka. Pilihan yang tidak menguntungkan sama sekali!

"Buruan joget!" Suruh Rassya yang mulai kesal. Nada suaranya meninggi.

Perintah tegas Rassya ternyata mendapat sambutan, tapi bukan oleh kedua peserta MOS yang semakin ketakutan itu, melainkan oleh suara lembut seorang gadis—lebih tepatnya suara lembut dengan nada sangat tajam dari seorang Felicia Queenna.

"Kalau kalian bisa mendengar dan membaca, seharusnya kalian tau kalau di sekolah ini nggak boleh ada penindasan apapun!" Ucapnya dengan tegas tidak peduli kalau di depannya adalah geng paling ditakuti hampir semua murid sekolahnya dan juga sekolah lain.

Felicia QueennaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang