HUKUMAN

12 4 0
                                    

_"Kamu tidak akan terlihat sempurna dimata orang yang membencimu "_

.
.
.

Disinilah Ghita berada, di tengah lapangan yang cukup luas sambil berjemur dengan satu tangan yang berada di atas dahinya, menatap ke arah bendera sang merah putih.
Ia tidak memindahkan posisinya saat ini, walaupun ia tau bahwa hari ini lumayan Panas.

Atensinya teralihkan tatkala ia melihat seorang laki-laki yang bertubuh lebih tinggi sepuluh cm. Darinya, dan berdiri ke arahnya seraya memberikan ia air mineral.
Seolah ia mengerti akan kebingungan gadis itu, ia pun membuka suara

"Nih buat lo. Dari tadi gua perhatiin lo ngga beranjak dari posisi lo saat ini? Apa lo ngga merasa lelah ataupun panas? " Tanya laki-laki tersebut.

"Ngga. Gua mau pemanasan! "
Ucapnya ketus.
"Untuk? " Tanya laki-laki itu dengan tatapan bingung.

"Nanti di padang mahsyar".
Jawabnya dengan santai

"Gila lo. Udah siap banget emang?"

"Emang kenapa? Ada urusannya sama lo?" Ucap Ghita dengan memamerkan wajah songongnya.

" Y,, ya ngga sih. Iyauda nih ambil"
Ucap si lelaki sambil menyodorkan air botol tersebut.
"Makasih". Balas Ghita tanpa memandang wajah seorang yang memberinya air.
"Kalo gitu gua pergi dulu"
Berkata sambil meninggalkan Ghita.

"Anehh, dia pikir gua perduli"
Gerutunya yang tanpa ia sadari masih bisa di dengar oleh lelaki tersebut.

"Hah dia bilang apa? Ngga perduli?. Shitt! Ko dia beda banget yah, padahal siapapun cewe yg gua gituin pasti bakal Seneng. Ko dia ngga yah. Apa gua kurang ganteng bagi dia? Ah ngga mungkin. Deddy bilang gua paling ganteng se- Asia Tenggara".
Puji sangat lelaki tersebut kpda dirinya sendiri
_________

Dirumah

"Ghitaaa, mengapa kamu tidak mengumpulkan tugas Matematika hah?! Bahkan sampai dihukum di tengah lapangan. Kamu memalukan sekali jadi anak".
Tanya Nita-ibu Ghita

"Mama tau dari mana" Batin Ghita.

"JAWAB GHITA!! " Bentak sang mama

"Maaf mah, tadi Ghita lupa bawa bukunya" Balasnya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Lupa kamu bilang?! Kamu ini memang sangat kurang ajar. Kamu hanya bisa mempermalukan sayah! Bisa tidak sehari saja kamu buat saya tenang?! Apa itu terlalu sulit untuk kamu hah?!. Dasar kurang ajar. Sini kamuu anak Setann! " Ketus sang mama yang dibarengi dengan menarik rambut Ghita tanpa ampun.

"Ampun maah.... Ampun.. Ghita janji bakal lebih teliti lagi mah". Ucap Ghita sambil memegang tangan ibunya yang mulai menarik Rambut indahnya.

"Ampun.. Lepasin mahh.. Sakittt... Hiss.. Ayahhh tolong Ghita ayahh.. Hiss"
Pintanya pada sang ayah yang hanya menonton di depan pintu kamarnya, kala anak perempuannya diperlakukan kasar oleh sang istri.

"Huft.. Memang pantas kamu mendapatkan nya. Siapa suru kamu mempermalukan keluarga saya terus menerus. Bikin nama baik saya selalu kotor. Sama seperti diri kamu! "
Balas sang ayah lalu meninggalkan Ghita yang sedang kesakitan karna ulang sang ibu yang terus menerus menarik rambutnya.  sesekali menendangnya dengan kasar seolah tidak mempunyai pikiran bahwasanya yang ia sakiti adalah anak perempuannya sendiri.

"Mahhh ampunn.. Sakittt.. Mamah knpa siksa aku terus terusan mah.. ".
Tangisnya semakin pecah kala ia mendapatkan tendangan dari kaki sang ibu yang hendak pergi.

Namun sebelum itu Nita berkata
"Diam kamu! Pergi sana! Saya muak melihat wajah kamu anak sialan! ".
Bentak Nita sambil meninggalkan Ghita yang menangis kesakitan.

Ghita menaiki tangga dengan satu tangan yang menopang kepala nya dan yang satu memegang pembatas tangga. Rasanya Kepala ingin pecah detik itu juga.
Sesampainya ia dikamar ia langsung menangis terisak dan meluapkan isi hatinya dengan cara menulis.

Ya, Ghita tidak percaya kepada siapapun, karna itu ia hanya bisa meluapkan semuanya lewat tulisan. Apa salahnya? Curhat dalam kertas yang ditemani tetesan tinta tidak akan berhianat selama kita bisa menyimpannya dengan baik bukan?

_Lagi lagi, knpa mamah suka banget narik rambut aku, knpa mamah ngga mikirin aku sakit apa ngga atas perlakuan mamah?
Knpa mamah ngga mikirin kalo yang mamah perbuat bukan hanya menyakiti fisik aku, tapi juga batin aku.
Mah,, semoga suatu saat mamah sadar, kalo ghita pengen mamah kembali seperti dulu lagi mahh_

Beberapa tetes air matanya jatuh dan membasahi tulisannya, ghita kesal, kenapa ia selalu lemah! Kenapa ia tidak bisa tegas seperti yang lainnya? Bukankah banyak yang lebih parah darinya? Harusnya ia bersyukur karna ia masih bisa mendapatkan makan dan bernafas di dunia ini.

Namun inilah ia -Ghita, seorang wanita yang rapuh apabila ia sendirian, seorang wanita yang penuh luka dalam setiap harinya. Bukan, bukan luka fisik yang menjadikannya menangis, melainkan luka batin atas perlakuan keluarganya sendiri.

Padahal dulu, keluarganya termasuk keluarga yang sangat harmonis, mencintai kedamaian, menyayangi ghita dengan sepenuh hati, memberikan kebahagiaan yang selalu ia impikan.

Namun semua itu sirna kala sebuah kejadian menimpa keluarganya, dan menyebabkan hampir 90% keluarga besarnya membenci dirinya sendiri.

Seketika bibirnya menampakkan senyum samar ketika ia mengingat sepotong momen bersama sang mama

Flashback on

Regatra_kaka laki-laki nya sedang bermain ayunan di taman. Dan Ghita lah yang mengayunkannya, saat itu ghita kecil hanya mengikuti ucapan sang kaka yang ingin ghita mengayuh lebih cepat. Sampai sampai ghita terbawa tambang yang menjadi sanggahan ayunan yang ditempati Rega.

Dan tidak lama setelah itu, ghita terjatuh dan terpental beberapa meter, lututnya terluka, kepalanya sedikit benjol. Dan ia menangis dengan sangat kencang sehingga membuat Rega panik.

Langsung saja Rega menarik Ghita kedalam pelukannya dan menciuminya. Dan tidak lama Sang ibu datang.

Nita tampak khawatir akan keadaan putrinya yang mengalami luka di kakinya.

"Sayang, anak mamah knpa? Ko bisa berdarah gini lututnya? Ututut palanya benjo, jadi gde sebelah palanya hihi".Ledek sang ibu yang mencoba agar ghita tidak terlalu merasakan sakit.

Karna kalau ditanya 'knpa' atau 'apa sebabnya' pasti ghita akan lebih kencang menangis.

"Huaaa mamahhh jaattt.. Satitt mamahh,, hikss.. Tadi abang tulu ita ayun ayun. Tapi ita kekencengan ayunnya. Huaaa.. ". Tangis ghita semakin pecah kala ia bercerita penyebab nya.

" Iyauda kita pulang yu, abang bawain tas mamah yang ada di tempat duduk sana yah, yang deket teman mamah. Mamah gendong ghita dulu biar lebih cepet sampenya. Sekalian mau obatin lukanya". Titah sang ibu sambil menunjuk jari nya ke arah tas yang ia tinggalkan ditempat sebelumnya.

"Iya mah, mamah dluan, nanti Rega nyusul mamah, cepetan obatin dede Ghita nya mahh"

"Iya ka, mamah jalan dulun yah" Ucap Nita yang dibalas anggukan oleh Rega.

"Anak mamah sayang, kita pulang yah. Mamah obatin di rumah".
" E'emm" Balas Ghita yang masih menangis

Flashback off

Yuhuuu, aku kembalii lagi.

Jakarta, 11 juni 2021

GHITA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang