three : something bad

268 48 0
                                    

bright menulis sebuah tulisan di dalam buku hariannya, dia menulis,

hari ke-78 therapi bersama nong win.

biasanya, ia akan menulis itu setiap harinya, ia suka menghitung hari-hari bersama nong-nya. ia akan menjadikan tulisan itu sebagai kenangan, ia ingin suatu saat nanti ia dapat menulis ‘hari ini aku dan nong win keluar dari rumah sakit dengan keadaan yang lebih baik.’

semoga saja, ia bisa benar-benar menulis itu.

bright menghela nafas panjang, ia menepuk pelan bagian ginjalnya. terkadang, ia ingin menyembuhkannya sendiri dengan cara membunuh dirinya sendiri, jujur saja ia tersiksa.

bright yakin bahwa tuhan ingin dia mati secara perlahan, bukan dengan jatuh dari gedung tinggi atau bahkan tertabrak kendaraan besar dari arah berlawanan, bukan.

takdir seperti mempermainkannya.

"p’baii! dokter luke sudah menunggu."

bright menoleh mendapati win berdiri di pintu, lantas ia mengangguk. "iya, aku akan menyusul, kau pergilah dulu."

win disana dengan kepala pelontos-nya mengangguk dan tersenyum hangat, ia lantas berbalik.

bright ingin sekali melihat win menggunakan baju-baju santai dan modern, pasti kekasihnya itu akan bertambah manis dibandingkan dia menggunakan baju rumah sakit yang juga dipakai semua pasien.

lagi-lagi bright menghela nafas panjang, semuanya terasa sangat berat.

•••

"win,"

win bergumam.

"bagaimana keadaanmu?"

win menghela nafas berat. "entahlah."

keduanya baru saja selesai terapi rutin setiap minggu, kadang penyakit mereka sering sekali kambuh, inilah alasan mereka di rawat di rumah sakit dibanding tinggal di rumah masing-masing.

mereka masih sama-sama merebahkan diri di ranjang rumah sakit sembari menatap langit-langit dengan sendu.

bright menoleh kearah win yang berada di sebelahnya namun berjarak 1 meter. "apa maksudmu? biasanya kau selalu mengatakan bahwa kau jauh lebih baik dengan semangat."

"aku.. hanya.. merasa buruk."

bright terdiam, ia tidak tahu harus menanggapinya seperti apa.

win menatap langit-langit. "phi, bagaimana jika semua sia-sia?"

"berhenti menanyakan sesuatu yang kau sudah tahu jawabannya."

win tertawa kecil. "iya aku tahu, pasti semuanya akan sia-sia."

"WIN." bright menaikkan intonasinya sembari menatap win tak percaya. "aku sudah berkali-kali bilang padamu, berhenti berfikir seperti itu."

"apa yang aku harapkan dari penyakit yang sudah bertahun-tahun aku miliki ini? kau tahu seberapa tersiksanya aku?! lebih baik aku mati daripada harus–"

"WIN METAWIN." bright menatap win marah, ia bangkit dari kasurnya dan berjalan pelan kearah ranjang win, tatapannya berubah sendu, ia meraih kepala win dan menempelkan pada dadanya.

"aku tahu.. aku paham betul apa yang kau rasakan, aku tahu.. tapi tolong, jangan pernah berkata seperti itu. berjanjilah bahwa kita akan pulang, jika bisa.. kita akan pulang tanpa adanya penyakit ini yang bersarang di tubuh kita.. tolong berjanji dan percayalah padaku, win.."

between promise and us, brightwin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang