hari ke 12 semenjak bright termangu sendiri di tepi ranjangnya, 12 hari yang menurutnya sangat panjang dibanding hari-hari sebelumnya.
di tempat baru, suasana baru, namun dengan perasaan yang sama.
kenapa semuanya terlihat sangat lambat? kenapa waktu seakan-akan sengaja melambat agar dirinya semakin lama semakin gila karena rindu dengan win.
therapi yang diberikan disini–USA–ternyata jauh lebih baik dari rumah sakit di thailand, ia sekarang tahu kenapa dokter joss memutuskan untuk membawanya kesini.
bright selalu menanyakan kabar win pada dokter joss karena pastinya dokter joss tahu banyak, namun dokter joss selalu mengatakan jika win baik-baik saja bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.
meski begitu, bright tetap belum puas sebelum ia benar-benar mendengar suara win secara langsung.
jujur saja, ia takut sesuatu terjadi pada kekasihnya, ia takut jika semua yang ia bayangkan selama ini benar-benar terjadi.
tapi berkali-kali ia tepis pemikiran buruknya itu.
bright melangkah keluar dari ruangannya, ia berniat untuk berjalan-jalan sebentar.
bright akui fasilitas disini sangat modern dan pastinya mahal, 12 hari disini membuatnya lebih mensyukuri hidup walaupun ia sama seperti pasien kebanyakan, ia bersyukur masih bisa jalan dan bergerak semaunya tanpa bantuan alat apa pun.
lagi-lagi pikirannya menanyakan hal yang sama. ‘bagaimana dengan win?’
sungguh, ia sangat merindukan pemuda itu. kira-kira apa saja yang ia lakukan disana? apakah ia bersenang-senang atau justru sedang sudah payah melawan penyakitnya?
tentu saja, opsi kedua menjadi jawabannya.
ia mengedarkan pandangannya, ia melihat seorang gadis kecil yang kepalanya botak sedang bermain di ayunan bersama dengan ibunya. bright tebak, gadis itu pasti menderita kanker seperti win.
bright menghela nafas, win sama sekali tidak bisa hilang dari pikirannya.
"bright!"
bright menoleh ke belakang, itu bella–temannya selama ia disini.
bella itu bukan pasien, dia adalah seorang suster yang selama ini mengurus bright dengan baik, bella asli USA, dia memiliki blasteran jerman di darahnya.
bella itu cantik dan pintar, banyak yang mengajaknya kerjasama dan banyak juga yang menawarinya menjadi model, namun bella sudah berjanji pada almh. ibunya untuk menjadi seorang suster.
untung saja, bright pintar dalam bahasa asing, jadi tidak terlalu sulit untuk berkomunikasi dengan bella.
"what are you doing here? you need therapy now." ujarnya saat sudah berada di depan bright.
"can it just be postponed? i am bored."
bella menggeleng cepat. "no, there's no boredom to heal, bright."
bright menghela nafas panjang, lantas berkata dalam bahasa thailand. "orang gila, aku bosan."
bella mengernyit heran. "please, speak in english, i don't understand."
bright tak menanggapi ucapan bella dan segera melangkah pergi dari sana.
•••
"halo? win?"
"halo? p’baii!!"
senyum merekah di bibir bright kala mendengar suara yang selama ini ia rindukan. semangat hidupnya seakan kembali lagi hanya dengan mendengar win memanggil namanya dengan nada antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
between promise and us, brightwin ✓
Fanfictionmereka berjanji untuk kembali pulih, mereka berjanji untuk kembali pulang dengan keadaan yang lebih baik, mereka berjanji untuk bertemu lagi disana. janji bisa saja di ucapkan, namun takdir.. mungkin bertolak belakang. [!] bxb, short story, lowerca...