eight : now, i'm alone [end + epilog]

505 57 6
                                    

kaki bright rasanya kaku saat mendengar dokter joss mengatakan jika win sudah tiada dan orang yang mendonorkan ginjalnya adalah winnya–kekasihnya sendiri.

bright nyaris kehilangan kata-kata dibuatnya.

dokter joss mendekati bright dengan wajah cemas. "b-bright.."

"lelucon macam apa itu?" tanya bright di selingi kekehan kecil. "jika itu lelucon yang kau anggap lucu, aku rasa itu tidak lucu sama sekali haha."

hati dokter joss mencelos seketika. "maaf.." lirihnya pelan, bahkan suaranya keluar sangat kecil–nadanya juga bergetar.

bright tertawa. "kau bercanda? kau bercanda, 'kan? katakan iya."

dokter joss menggeleng lemah. "maaf.."

"AKU TIDAK BUTUH PERMINTAAN MAAFMU, TOLONG KATAKAN JIKA KAU BERCANDA!" teriak bright, matanya memerah–air matanya berhasil lolos.

ia menggenggam tangan dokter joss, lalu berjongkok di depannya. "aku mohon.. kau bohong.. kau sedang membuat lelucon.. aku tahu.."

dokter joss mengalihkan pandangannya ke langit-langit rumah sakit, sungguh hatinya ikut sakit melihat bright begini. "maafkan aku.."

bright tertawa kemudian, "aku tahu kau sedang bercanda.. aku tahu jika win masih disana menungguku.. aku tahu–hiks." tidak dapat dipungkiri jika bright pun sama tak percayanya, bahkan isakannya terdengar pilu dan menyayat hati.

dokter joss meraih kedua bahu bright dan menariknya untuk berdiri lagi, kemudian ia memeluknya erat. "maaf, aku tidak bisa menepati janjiku untuk membawa win padamu lagi."

bright shock tentu, dia bahkan bisa merasakan jika sebagian ruhnya telah pergi. "kau.. bercanda.. dokter.."

dokter joss menggeleng pelan. "tidak, maafkan aku.. maafkan aku, bright."

dokter joss merasakan jika tubuh bright semakin berat di pelukannya, lalu ia berteriak. "bella!!! tolong aku!!"

•••

apa yang kau harapkan dari hidup?

uang? harta? cinta? atau kebahagiaan?

nyatanya, hidup hanya tentang kesedihan dan keikhlasan.

manusia datang dan pergi, tidak pernah singgah untuk selamanya–meninggalkan orang-orang yang kehilangan terhadapnya tanpa pamit terlebih dahulu.

janji hanya tersisa janji, tanpa ada bukti dari janji itu sendiri.

bright menutup matanya bersamaan dengan angin pantai yang bertiup kencang di wajahnya–membuat rambut legamnya bergerak-gerak kecil.

"kita berjanji untuk datang ke sini, tapi nyatanya.. hanya aku yang berhasil datang ke sini, win."

"aku ingin ke pantai!"

"mari pulih bersama!"

"aku ingin tidur panjang disana."

"phi'bai, aku takut."

"apakah semuanya akan baik-baik saja?"

"aku botak, phi."

ingatannya bersama win berputar dalam otaknya bagai film dokumenter dan enggan untuk berhenti.

between promise and us, brightwin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang