malam itu, di rooftop rumah sakit, bright membawa win dengan kursi rodanya. jangan khawatir, untuk naik kesini pasien tidak perlu menaiki tangga, namun menggunakan lift.
bright menghentikan acara mendorongnya, ia berdiri tepat di sebelah win yang terduduk di kursi rodanya lengkap dengan alat infus di sebelah kirinya.
"bukan bintang yang cantik, melainkan bulan." sergah win tiba-tiba.
"hey! kau tidak lihat, bintang juga sama cantiknya, bahkan langit pun menjadi sangat indah karena dia." ujar bright tak setuju dengan pernyataan win.
win mengangguk acuh, lantas kembali menatap bintang di atas sana. "aku ingin menjadi bintang, dan kau.. menjadi bulan, langit itu tempat kita tertawa." kata win yang diselingi kekehan kecil.
bright menoleh kearah win, "kenapa aku menjadi bulan? aku ingin menjadi langit, karena saat kau bersinar, aku juga ikut bersinar. tidak seperti bulan yang memiliki sinar terlalu terang, bahkan sinarnya mengalahkan sinarmu, itu tidak keren! aku ingin kau yang bersinar paling terang dibanding aku." ujar bright.
win terkekeh geli melihat tingkah lucu bright. "baiklah, aku bulan, kau bintang. kau puas?"
bright tersenyum seperti idiot. "iya!!"
selama beberapa detik, keduanya hening, bergulat dengan pikiran masing-masing. mereka menghawatirkanmu hal yang sama namun tidak mau saling memberitahu agar tidak ada lagi kekhawatiran yang harus di khawatirkan.
rooftop selalu sepi saat malam, semua pasien memilih beristirahat dibanding harus melihat bintang dan bulan-yang menurut mereka tidak ada gunanya sama sekali.
tentang dokter luke dan dokter joss, mereka sudah tahu kok. tepat saat mereka menuju kesini, mereka bertemu dengan dua dokter itu di koridor dan tentu saja awalnya melarang, namun bagaimana bisa mereka menolak permohonan bright dan mau tak mau ia harus memberikan izin.
"bagaimana jika semua yang aku khawatirkan benar-benar terjadi?" tanya win seraya memainkan kuku tangannya.
"hey, kita sudah sama-sama berjanji. tentu saja semua harus berjalan dengan baik. aku tahu kau sama takutnya dengan ku, tapi ayo berjuang demi pergi ke pantai."
win mengangkat kepalanya, menatap bright. "kau serius tentang ke pantai itu?" tanyanya antusias.
"tentu saja!"
win tersenyum tanpa beban. "aku harap, aku benar-benar bisa kesana setelah ini."
"harus,"
win kembali menatap ke depan-menatap langit yang jauh lebih indah dari malam sebelumnya. "aku ingin terbang tinggi di langit dan memperhatikanmu dari sana." ucapnya tiba-tiba.
"itu berarti kau meninggalkanku?"
"bukan, hanya sebentar. aku ingin tidur panjang di atasnya, tapi aku takut kau mungkin akan kesepian."
bright menghela nafas pendek. "tentu saja, bodoh. aku akan sangat kesepian, oleh karena itu jangan kesana, kau hanya perlu tidur di sebelahku untuk semalaman, itu sudah cukup."
win mengangguk berkali-kali. "aku harap, tuhan tetap membiarkanku untuk selalu bersamamu. aku ingin mempunyai anak dan memberinya nama, sky. bukankah itu terdengar sangat keren?" tanyanya pada bright.
bright tersenyum kecil, lantas mengangguk. "bright, win, dan sky."
win terkekeh pelan. "kenapa namanya sangat jauh dari nama kita? tapi itu keren."
"hey, lihat itu bintang jatuh! ayo buat keinginan." kata bright sembari menunjuk-nunjuk kearah langit.
disana, benar ada bintang jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
between promise and us, brightwin ✓
Fanfictionmereka berjanji untuk kembali pulih, mereka berjanji untuk kembali pulang dengan keadaan yang lebih baik, mereka berjanji untuk bertemu lagi disana. janji bisa saja di ucapkan, namun takdir.. mungkin bertolak belakang. [!] bxb, short story, lowerca...