7

3 1 0
                                    


***

Mazia dan Deno akhirnya pulang bersama, sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Kali ini Deno sengaja memilih rute jalan yang jauh dari rumah Mazia. 

"Kok lewat sini?" tanya Mazia di motor. "Udah diem aja" balas Deno. "KITA MAU KEMANA?! awas lo ya ngapa-ngapain gue! berabe lo!" ujar Mazia dengan menunjuk-nunjuk Deno lewat kaca spion. 

Lalu, motor Deno berhenti di pinggir danau. "Ikut gue" ucap Deno. "Ga! Lo mau nyulik gue kan? Pulangin gue atau gue teriak?!" ancam Mazia. Deno berbalik arah, menatap tajam mata Mazia lalu menggenggam lengan Mazia. "Lo bawel juga ya" ucapnya. Mazia pasrah mengikutinya.

Mereka berhenti di jembatan danau tersebut. Deno hanya diam saja, menatap kosong danau. Lalu, Mazia menatap langit yang warnanya sudah berubah menjadi oranye. Tiba-tiba kenangan lama menyeruak kembali didalam pikiran Mazia...

7 Tahun lalu...

      "Jia.. Jia.. Jiaaa..." panggil anak laki-laki berusia 10 tahun itu didepan pagar rumah Mazia. Mazia yang sangat kenal dengan suara itu bergegas menemuinya dengan senyuman yang menghias di bibirnya. "Kamu kenapa? mau ngemis ya? duh aku gaada uang receh" ucap Mazia sambil tertawa melihat anak laki-laki itu jongkok dengan mengadah kedua tangannya. 

"Emangnya kamu ga liat apa yang di tangan aku?" tanya Reza mengernyit. Ketika tela melihat apa yang ada di tangan Reza, Mazia sangat terkejut. Lalu Reza meletakkannya di tanah dengan pelan dan penuh hati-hati. "Tadi Yaza ketabrak gara-gara Reza lupa nutup pager rumah, maafin Reza yaa Ji" lirih Reza pelan diiringi air matanya. Mazia pun ikut jongkok di hadapannya Reza, dan menatap Yaza sebentar, lalu menatap Reza yang tengah sedih itu. "Kenapa Reza minta maaf" ucap Mazia. "Itu kan bukan salah Reza, Yaza pergi karna Nabi muhammad kangen sama dia, udah.. Reza gausa sedih, kan masih ada Mazia" tambah Mazia sambil menggosok pelan bahu Reza. "Sayang Yaza.." ucap Reza. 

"ini kenapa Za?" tanya Mazia sambil menunjuk luka di dengkul kaki Reza. "Tadi Reza ngejar yang nabrak Yaza tapi orangnya ngebut banget sampe Reza ga sadar kalo ada batu gede, jadinya jatoh deh hehe" ucap Reza nyengir. "Kenapa ga ngajak Jia? kan kita bisa pake sepeda ngejernya, biar Reza ga jatuh kayak gini" ucap Mazia sambil terus memerhatikan luka nya Reza. 

"Yaudah, sekarang kita doa keatas, biar Yaza disana bahagia" ucap Reza diikuti oleh Mazia sambil menatap langit yang sedang berwarna oranye. Lalu mereka melepas Yaza dengan pelukan di senja kala itu, yang tanpa mereka sadari itu adalah pelukan terakhir untuk mereka berdua. 


Mengingat hal itu, mata Mazia mulai berkaca-kaca. Deno yang saat itu melihat mata Mazia langsung panik. "Lo kenapa?" tanyanya. "Gue bahkan ga nyulik lo, gua cuma kangen tempat ini doang sumpah, gue ga berniat nyulik lo. Lo gausa nangis. Yaudah, kita pulang aja ya" Ucap Deno panik, ia mengira bahwa Mazia ketakutan. 

Mazia tergagap. Segera mengerjap-ngerjapkan matanya lalu tertawa. "Lo panikan ya ternyata" ledek Mazia.  

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang