Cogitation #1

16 6 2
                                    

Songs to play:  Night We Met ~ Lord Huron

“Nanti saat isitirahat aku akan ke kelasmu.” kata pesan yang dituliskan Ren dalam aplikasi whatsapp.

Sebenarnya Namanya adalah Rynan, akan tetapi ia tidak suka dipanggil Ryn ataupun Nan karena katanya seperti nama perempuan. Walaupun menurutku Ren juga sama saja.

“Oke aku tunggu ya.” Ketikku dengan tangan dingin dan hati yang sangat berdebar.

Ini adalah hari pertamaku masuk ke SMA, jadi aku masih dalam masa pengenalan lingkungan sekolah. Aku berbeda gugus dengan Ren, aku berada di gugus 7 dan dia berada di gugus 1. Setelah 3 tahun hanya bertukar kabar melalui pesan, bahkan aku sampai berganti handphone berkali kali, akhirnya sekarang aku akan bertemu dengan Ren. Rumah kami memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 3 kilometer, akan tetapi kami sama-sama anak rumahan yang lebih baik berkutat dengan handphone dibandingkan keluar rumah. Karena hari ini adalah hari pertama maka kakak-kakak OSIS hanya memberi tahu tentang apa saja yang harus dibawa di hari berikutnya, setelah istirahat nanti kami akan berkeliling sekolah dan akan ada sosialisasi dari perpustakaan.

Aku menjadi sangat gelisah ketika kakak-kakak sedang menjelaskan, aku benar benar tidak sabar ingin bertemu dengan Ren, akan tetapi disisi lain aku juga takut sekali bertemu dengan Ren. Aku takut Ren berekspektasi lebih dari diriku yang sebenarnya, sehingga ia kecewa dengan aku di dunia nyata, dunia maya selalu bisa memanipulasi segalanya. Tak terasa istirahat telah tiba, aku menunggunya di bangku depan ruang kelasku sambal memainkan kuku jariku, aku semakin tegang karena sudah sangat dipastikan sebentar lagi Ren akan tiba disini.

“Halo, Ara.”

“Eh, hai Ren hehe.” Jawabku dengan terbata karena gugup.

“Langsung ke kantin aja yuk, aku laper hehe.”

“Oke deh.”

“eh btw, foto yuk, aku takut kelupaan kalo nanti.” Kata Ren mencegah langkahku.

“okee.”

Kami mengambil foto bersama dengan pose sangat kaku. Memang apa yang bisa diharapkan? Pertemuan ini benar-benar pertemuan pertamaku dengan Ren. Huh, sepertinya memang harus kuakui, dia sangat tampan. Kami melanjutkan langkah kami menuju kantin, karena aku dan Ren datang terlambat, banyak siswa-siswi yang sudah mendapatkan makanannya sehingga tidak perlu antri terlalu lama. Sesi istirahat ini hanya sebentar, 30 menit, sebenarnya ini cukup lama dibanding istirahat pertama ketika hari biasa, akan tetapi waktu istirahat sudah habis 15 menit untuk menunggu dan berfoto bersama Ren.

“Kenapa duduknya jauhan?” tanya Ren padauk.

Aku menggeleng singkat, “Gakpapa kok.”

“Aku gak gigit kok ra, serius deh, sini deketan, aku ngambek kalo kamu ga geser kesini.”

“Kamu sama nyebelinnya ya kaya di chat.”

Selanjutnya tak ada kejadian istimewa selain berbincang dengan Ren, hanya ada aku malu-malu memakan makananku dan Ren dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.

***

Sejak aku SMP, aku terbiasa mandi sepulang sekolah, selain karena jam pulang yang memang sudah sore, mandi menjadi salah satu me time ku. Oh ya aku juga sudah membeli berbagai perlengkapan yang di instruksikan kakak-kakak OSIS saat perjalanan pulang sekolah. Seusai mandi aku mengecek smartphoneku, bukan keluaran terbaru, tapi masih layak pakai. Aku sama sekali tidak menemukan pesan dari Ren, tetapi ketika aku mengecek whatsapp story, ternyata Ren mengunggah foto kami berdua dengan aku yang terlihat seperti kodok yang terjepit pintu. Ren membubuhkan caption ‘Akhirnya ketemu juga.’

“Ren, aku jelek ih, hapus, malu banget.” Ketikku untuk membalas whatsapp story milik Ren.

Tak berselang lama Ren membalas, “Cakeup banget gitu.”

Tak dapat dipungkiri sebenarnya aku bahagia mengetahui fakta bahwa Ren mengunggah foto itu walaupun memang wajahku benar benar jelek di foto itu.

“Ren, aku mau tanya.”

“Tanya apa tuan putri?”

Aku tersenyum tipis ketika membaca balasan dari Ren, “kamu nyesel ga akhirnya liat wujud asliku?”

“sama sekali enggak tuh Ra, kamu malahan lebih cantik aslinya ketimbang di foto.”

Sebenarnya aku sama sekali tidak keluar dari room chat Ren di whatsapp,  tetapi karena aku mematikan notfikasi dibaca, aku jadi bisa menunda untuk menjawab chatnya. Yap, aku menunda untuk menjawab chatnya, alasannya adalah karena jantungku terlalu berdebar, dan terlalu banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutku. Bahkan aku tidak mampu menahan untuk tidak tertawa sendiri.

“Jawaban playboy mah gitu ya.” Jawabku untuk menutupi betapa senangnya aku sekarang.

“Aku bukan playboy tau ra. Aku mau main game ra, jangan lupa makan malem ya.”

Aku menghela napas karena jawaban Ren, apakah dia tidak sadar jika meminta izin saat akan melakukan sesuatu sebelum menutup chat benar-benar manis?

“iyaaa.” Jawabku singkat.

Sebenarnya ada beberapa cowok yang ‘terlihat’ mendekatiku, dan ada beberapa juga yang secara terang-terangan mendekatiku. Namun, entah kenapa tidak ada yang bisa menarik perhatianku. Setiap kali aku mencoba untuk membuka hati untuk lawan jenis, aku selalu membandingkan orang tersebut terhadap Ren, aku merasa Ren selalu lebih baik dibandingkan laki-laki lain. Yap, aku sudah menyadari perasaanku terhadap Ren, tetapi aku tak mampu mengungkapkannya. Dan fakta paling penting adalah, sepertinya Ren tak akan menyukaiku seperti aku menyukainya. Aku terlalu kentang untuk ukuran Ren, ditambah banyak sekali perempuan yang mendekatinya, tentu saja mereka lebih baik dariku. Menyedihkan.

***

Hai, semoga suka sama part ini. Terimakasih sudah membaca sampai akhir:) ♡

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang