Songs to play: Give Me Love (acoustic)~ Micky
Setelah pengenalan lingkungan sekolah, akhirnya hari ini setelah upacara bendera selesai aku bisa melihat dimana kelasku berada. Sama seperti siswa-siswi lain, aku juga membenci upacara bendera. Aku tahu ini bukan sikap yang baik, tapi jujur saja aku sangat mager. Terlebih aku tidak sabar untuk melihat dimana letak kelasku berada nanti.
Upacara berjalan seperti biasa, hanya ada sedikit yang berbeda kali ini, aku bisa mencuri pandang terhadap Ren, walaupun jarak barisan kami jauh, aku dapat melihat Ren karena postur tubuh Ren yang lebih tinggi dibandingkan siswa siswi lain. selain itu Ren menjadi tidak sadar jika kupandangi dari jarak ini. Ternyata memandangi wajah Ren membuat upacara menjadi lebih cepat berakhir. Sepertinya aku harus memandangi wajahnya saat upacara upacara berikutnya. Tapi aku akan melupakan sejenak tentang Ren, teman sebangkuku--saat pengenalan lingkungan sekolah, sudah mengajakku untuk melihat ke papan pengumuman dan mencari tahu dimana kelas kami
“Ra, kita di kelas yang samaaa.” Kata Al dengan sedikit teriak.
“Waw, seriously? Sebangku lagi ya?” jawabku senang.
“Ogheyyy.”
“Wait ya, gue mau liat satu nama lagi.”
“Siapa Ra?”
Aku pura-pura tak mendengar perkataan Al dan segera masuk ke kerumunan. Aku melihat nama-nama di kelasku terlebih dahulu, berharap satu kelas dengan Ren. Dan yap, Ren berada di MIPA 3, sekelas denganku. Sepertinya Tuhan sedang berbaik hati denganku.
“Siapa raa?” ulang Al sedikit merengek.
“Ren.”
“Dia siapa emang?”
“Temen gue.”
Al tidak menjawab lagi, toh dia akan mengetahui siapa Ren segera setelah masuk kelas. Anyway, aku baru sadar jika aku dan Ren sudah langsung ber-aku-kamu saat bertemu kemarin. Tak apalah, kami sudah kenal 3 tahun, itu cukup lama walau hanya secara virtual.
“Gila, Ren cakep banget ya ra.” Bisik Al kepadaku saat aku menunjukkan siapa Ren sesampainya di kelas.
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Al. Ternyata tidak hanya aku yang menganggap bahwa Ren tampan. Namun, aku menjadi tahu bahwa sainganku tidaklah sedikit, dan makin tidak mungkin aku bisa mendapatkan Ren.
***
“Aku seneng banget kita sekelas, yaampun.” Kata Ren dalam telpon.
Aku memang bukan call person tapi jika bersama Ren aku menjadi sering telpon karena aku merasa nyaman-nyaman saja berbincang dengannya di telpon. Bahkan sampai berjam-jam.
“Hmm, aku juga seneng banget Ren.”
“Btw, fans kamu banyak banget ya di sekolah, aku jadi minder deket deket kamu.”
Ren menjawab dengan percaya diri, “ahahaha, aku kan emang ganteng.”
“Yee dasar, tau gitu aku gak bilang.” Ujarku sedikit merajuk.
“Bercanda Ra, gapapa fansku banyak, kamu tetep sahabat aku.” Lanjut Ren tulus.
Aku tak menjawab perkataan Ren dan tersenyum pahit. Aku jadi berpikir kapan status sahabat kami bisa berubah menjadi lebih dari sahabat.
“Ra kok diem sih?”
“Hmm? Gapapa aku cuman gatau mau jawab apa. Btw, makasi ya udah mau jadi temen aku selama ini. Aku jadi bersyukur aku bales sms kamu waktu itu.”
“Ishh, jangan dibahas napa, malu-maluin banget.”
“Ahaha, habisnya kamu iseng banget, masih kecil dah jadi playboy aja.”
“Ya maklum lah anak SMP Ra. Btw, aku bukan playboy ya anjir aku ini selalu setia.”
“Iya deh, Ren emang cowok sempurna, ganteng, setia pula.”
“Jangan-jangan kamu yang player ya Ra?”
“Mana adaaa.”
“Ya siapa tau aja, cewek tu kalo suka muji biasanya player.”
“Lagian aku jarang-jarang muji kamu.”
“iya juga sih.”
Ren, memang benar-benar sempurna. Aku jarang memujinya karena aku takut aku terlalu menampakkan bahwa ‘I adore him so much.’ Sempurna membuat Ren susah untuk dijangkau, tapi jika Ren tak sempurna di mataku, sepertinya aku tak akan menyukainya haha. Tak ada obrolan antara kami berdua, tapi kami sama-sama masih enggan untuk menutup telpon, seperti biasa kami kehabisan topik, tiga tahun kenal membuat kami kehabisan bahan obrolan.
“Ren, temen sebangku kamu cakep banget ya.”
Deg. Seperti ada yang menamparku kembali ke realita, Ren memuji perempuan lain.
“Iya, terus kaya cheerfull banget gitu anaknya. Kamu suka ya?”
“Mungkin belum, sekarang cuman tertarik aja. Btw ya Ra, kayanya si Chiko suka deh sama kamu, dia pas di kelas liatin kamu mulu.”
“Kok kamu tau dia liatin aku terus?”
“Soalnya pas aku lagi liat kamu, pasti dia juga lagi liatin kamu.”
“Berarti kamu suka dong sama aku? Kamu kan sering liatin aku.” Candaku, walaupun terselip keseriusan disana.
“Ahaha, ya gak mungkin lah Ra, kamu kan sahabat aku.”
Lagi-lagi aku hanya bisa tertawa pahit untuk menjawab Ren. Sepertinya memang tak ada harapan lagi untukku.
“Aku tutup ya telfonnya.”
“Okay Ra, selamat malam.”
“Selamat malam Ren.”
Sepertinya akan sangat wajar jika aku menangis karena ucapan Ren yang sayangnya sesuai dengan fakta. Namun, entah bagaimana aku tidak merasa harus menangisinya, terasa seperti ada yang menohok, tapi masih bisa kutangani. Aku hanya harus melupakan perkataan Ren dan tetap menyukai Ren dalam diam.
Aku berniat menonton Drama Korea sebelum menggunakan skincare malamku, agar mataku Lelah dan tak ada overthingking sebelum tidur.
***
Semoga suka sama part ini ya.
Terimakasih sudah membaca sampai akhir♡´・ᴗ・'♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to You
Teen Fiction⚠Mohon Maaf Ini Bucin⚠ Sudah kuperingati kalo ini bucin dan mungkin cringe untuk beberapa orang! Mau sebanyak apapun laki-laki yang ku temui, aku selalu kembali padamu. Sayang, aku bukan tempat kembalimu, aku hanya tempat singgah. Cerita ini beraw...