sorry

85 6 0
                                    


"taehyung ini jimin temen gue."

"halo taehyung."

"halo jimin."

keduanya bersalaman begitu jungkook selesai mengenalkan satu sama lain, mereka berada di salah satu cafe untuk membicarakan tentang penggalangan dana dan kebetulan taehyung kembali menghubunginya untuk bertanya soal itu.

taehyung kira ia dan jungkook akan bertemu berdua tapi seolah doanya ngga di dengar dan mereka bertiga disini sibuk berbincang tentang agenda dan segala macam bentuknya, taehyung hanya mengangguk menyetujui semuanya lalu menjelaskan juga beberapa hal yang perlu ia jelaskan.

sejauh ini mereka bertiga cukup serius sibuk membicarakan satu hal yang sama sebelum jimin pamit untuk pergi ke toilet sebentar meninggalkan mereka berdua dalam keadaan hening, jungkook sibuk mencatat apa saja yang taehyung katakan barusan sedangkan satu orang lainnya sibuk memandang jungkook yang sibuk dengan penanya.

"alright thank you taehyung udah mau ikut bantu, gue sama temen temen gue ngerasa dibantu banget."

"oke sama sama." balasnya lalu menyesap minumannya sendiri sambil melihat jungkook yang juga meregangkan jari jemarinya sehabis menulis. "urusan lo beres sekarang tinggal urusan gue, jadi taman baca itu punya lo?"

"punya mereka, ayah gue cuma kasih rak nya aja sama bantu bantu sedikit sih."

"buku bukunya biasa lo dapet dimana?"

"buku punya gue sama ayah yang kadang ngga pernah dibaca lagi ya gue sumbangin, daridulu gue suka baca jadi buku pas gue kecil ya gue bawa aja buat anak disana."

taehyung mengangguk lalu memekik dalam hati sebab jungkook betulan orang baik seperti dugaannya, dari awal ia tiba disana lalu melihat pemuda dengan swetaer navy itu mengajar sesekali juga bernyanyi bersama membuat ia yakin akan segala hal.

melihat mata bulatnya berbinar ketika mengajar pun bagaimana tutur katanya yang sopan saat di ajak diskusi, jungkook selalu punya jawaban cerdik saat ditanya sesuatu oleh salah satu muridnya meskipun sulit.

"kalo gue kasih buku ke mereka boleh?"

"sure, lo bisa konfirmasi sama gue dulu ya kalo mau kasih biar sekalian gue rombak taman bacanya."

"mau di apain?"

"ayah buat rak baru yang lebih besar supaya bisa cukup buat buku, apalagi ada tambahan dari lo nanti ngga muat."

"can i help?"

jungkook terkekeh selagi minumannya lewat pada kerongkongan, ia hampir menyembur isinya kalau saja ia lupa akan situasi. taehyung mengernyit lalu bertanya pada jungkook kenapa.

"lo ngapain susahin diri aja bantu bantu, anak konglomerat ngga pantes kerja."

"siapa yang lo sebut konglomerat?"

"lo lah taehyung."

dibalas kekehan sinis selagi tangannya bertumpu pada meja, matanya tajam menatap jungkook pun kepalanya yang condong seperti siap melahap jungkook kapanpun.

"yang konglomerat ayah gue, keluarga ayah gue. lagipula," jeda sebentar untuk taehyung tarik kursinya mendekat pada jungkook. "gue cuma anak pungut."








[]








"ya gue ngga tau."

"udah ngga tau malah sok tau, gue kalo jadi taehyung wah sakit hati ogah ketemu lo lagi."

"si tai jangan takutin."

jimin menggeleng sembari merentangkan tangannya setelah merekap siapa siapa saja yang bersedia menjadi donatur pun berapa jumlah sumbangan yang diberikan, berkat taehyung mereka jadi serba berkecukupan sebab taehyung ngga hanya tawarkan dirinya tapi membawa tiga teman berada nya untuk ikut membantu.

tapi jungkook justru dengan ngga tahu dirinya bertingkah bodoh membuat taehyung terburu pamit meninggalkan cafe sebelum jimin sempat selesai di toilet, ia merutuki dirinya lagi dan lagi sebab bertindak kurang ajar.

taehyung tentu orang asing seperti yang ia bilang kemarin tapi sekarang jungkook menolak fakta lalu berkata seenaknya seperti mereka teman satu sekolah.

"ya lagian lo ngomong ngga di pikir."

"reflek jim."

"minta maaf sana."

"hah gue ngga tau rumahnya dimana."

"telpon bodoh lo punya nomornya."

"harus banget telfon?"

"lo mau dimaafin ngga sih?"

jungkook merengut mengambil kasar telfonnya dari dalam saku juga mengetik deretan nomor yang ia lihat dalam kertas putih berisikan data para donatur, menarik nafasnya sebentar sebelum menyambungkan telfonnya pada taehyung.

jujur ia gugup sebab merasa bersalah dan ngga tau harus minta maaf seperti apa, lebih parahnya ia punya banyak pikiran negatif soal dimaafkan atau ngga nya bahkan berfikiran taehyung akan mundur sebagai donatur.

sampai hitungan ke 20 detik telfonnya menimbulkan suara di ujung sana, membuat jungkook diam seperti batu sebelum akhirnya sadar jika ia sedang berhadapan dengan taehyung.

"malam tae."

"malam, siapa ya?"

"g-gue jungkook."

"oh kenapa?"

"eumm ... I'm so sorry."

"for what?"

"soal pembicaraan di cafe, gue bener bener ngga ada maksud buat sudutin lo. serius lo boleh suruh gue sumpah pocong atau——

"hahaha kok sumpah pocong ngapain."

"biar lo percaya gue ngga ada maksud apa apain lo, i feel guilty rn."

"gue gapapa."

"bohong ya tadi lo langsung pergi gitu aja,
kalo marah bilang aja biar gue introspeksi diri."

"dikit sih keselnya tapi ngga sampe marah, udah biasa kok."

"aaaa i'm so sorry ya taehyung? pls maafin gue jangan marah sama gue ya, jangan musuhin gue."

"iya ngga astaga lo kok gemes sih?"

"iya kebiasaan kalo minta maaf harus lucu supaya dimaafin."

"dih apa banget."

"taehyung maafin ngga?"

"maafin kok, sorry juga ya udah buat lo kepikiran. tadi gue pergi juga ada urusan mendadak sih bukan karena kesel seutuhnya."

"ih iya gapapa, sekali lagi maaf ya taehyung."

"iya iya, jadi gimana gue boleh ikut bantuin renov taman baca apa masih ngga boleh?"

"gue ngga pernah larang, bantu aja ya nanti gue call buat pinjem kendaraan bawa rak nya."

"siap gue ready kapan aja buat lo."

"ahahaha oke deh taehyung makasih ya, udah malem gue mau pulang dulu."

"sama sama jung, makasih juga udah ditelfon haha."

"oke bye?"

"bye."

andersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang