fucking hate you

66 5 0
                                    


"lo kalo masih ngga enak badan ngga usah ngajar aja gguk."

"emang gue kenapa sih gapapa perasaan deh."

"mata lo bengkak ya nyet emangnya gue ngga liat, lo tuh gampang nangis gue tau gguk."

"yaudah ah bawel ayo turun."

lalu keduanya berjalan beriringan menuju ruangan kecil yang biasa dipakai untuk mengajar juga terdapat dua rak penuh buku, jungkook yang menyapa lebih dulu dan seperti biasa memberikan beberapa buku lagi yang dititipkan ayahnya.

jimin kali ini yang lebih banyak mengajar sebab jungkook kadang kehilangan fokusnya sampai kesulitan saat ditanya pertanyaan yang harusnya mudah, sesingkat siapa penemu lampu pertama jungkook butuh waktu dua menit untuk menjawab.

"kak gguk .... " ujung bajunya ditarik yang kali ini berasal dari bocah kecil bernama rini yang mungkin jika diingat bocah itu yang tempo hari memberinya pertanyaan retorik.

"iya rini kenapa?"

"udah satu minggu kak tae ngga kesini lagi ya? aku kok kangen."

lalu jungkook hanya tersenyum selagi mengusap helaian rambutnya pelan, sejujurnya jika ditanya jungkook juga rindu pada pemuda kim yang selalu siap mengajaknya berdebat tiap waktu, yang suka mengirim pesan secara tiba tiba untuk diajak keluar.

"kak tae sibuk sayang, dia kan sekolah juga mungkin banyak tugas."

"yah padahal kak tae janji sama rini."

"janji apa?"

"janji buat jawab pertanyaan rini lagi, kak tae bilang besok besok kalau ketemu kak tae siap kasih jawabannya ke rini."

"ngga ngerti, kamu tanya apa ke kak tae?"

"tanya kalo kak gguk sama kak tae pacaran atau ngga, kata kak tae kemarin belum tapi kalo sekarang harusnya udah."

jungkook tertegun sulit menelan ludahnya sendiri bahkan hentikan aktivitas mengelus kepala bocah perempuan dalam pangkuan, bisanya hanya diam dengan debaran jantung yang berdetak cepat.

ia ingat pertanyaan yang dilontarkan padanya dan taehyung beberapa minggu yang lalu, pertanyaan yang taehyung jawab sendiri tanpa sepengetahuannya. nyatanya taehyung pembohong paling ulung.

"nak gguk ibu mau bicara sebentar, boleh?"

"boleh bu."

jungkook menurut mengikuti perempuan yang kerap kali disebut ibu sarah itu untuk berbicara di belakang, hanya mereka berdua dengan secarik kertas yang diberikan susah hati pada jungkook.

ia membacanya dengan seksama serentetan kalimat yang pasti buatnya terkejut, bu sarah tau jelas ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu tapi ngga ada waktu lagi yang bisa diperpanjang sebab ini demi kepentingan banyak orang yang ibu ahra yakin jungkook peduli akan itu.

"jadi mau digusur? siapa yang kasih surat ini bu?"

"ngga tau ibu kemarin dapat dari laki laki berjas yang datang, ibu ngga kenal tiba tiba kasih surat ini sampai pasang beberapa pembatas disana."

jungkook meremas kertas ditangannya lalu memperhatikan bagaimana suara bising yang tercipta dari keributan di ujung sana, terdengar jelas suara besi bersentuhan juga suara mesin yang kacaukan sorenya.

semua yang tinggal disini mulai riuh ketakutan lalu berlarian masuk ke dalam rumahnya masing masing, tapi jungkook justru dengan berani berjalan seorang diri menemui banyaknya kerumunan pekerja disana.

"permisi pak ini ada apa?" tanyanya dengan suara lantang sebab ngga dihargai, suara mesin tetap dinyalakan ngga menghiraukan dirinya yang berbicara.

"penggusuran, suratnya udah dikasih kan? yaudah ngapain tanya lagi."

"maaf pak tapi ada yang tinggal disini mungkin bisa——

"saya udah kasih peringatan dari kemarin jadi terserah mereka kalau ngga pindah, ini sudah keputusan perusahaan yang ngga bisa di ganggu gugat."

jungkook kian emosi menaikkan nada bicaranya tanpa peduli sopan santun terhadap yang lebih tua, matanya menyalang marah mencoba melawan riuhnya suara mesin. singkatnya jungkook mengamuk mencoba memanggil pimpinan yang berani menggusur tanpa memberi waktu.

namun suaranya seakan hilang di ambang kerongkongan bagaimana pemuda yang kerap kali ada fikirannya kini keluar dengan kemeja maroon juga helm pekerja yang disematkan dikepala, pemuda itu menghampiri jungkook dengan tatapan kosong. benar benar hampa.

"saya pimpinannya disini, ada apa?"

jungkook belum juga berbicara meskipun taehyung telah sempurna berada di hadapannya, melempar beberapa pertanyaan yang harusnya bisa jungkook jawab namun satu hal yang menguasai kepalanya hanya amarah dan rasa penghianatan.

"bangsat jadi lo?" ucapnya sambil menarik kerah kemeja taehyung dengan kuat, beberapa pekerja disana sudah siap menarik jungkook kapanpun untuk menjauh tapi ditahan oleh taehyung supaya dibiarkan. "anjing lo dalang semuanya? taehyung gue kira lo—— bangsat gue udah percaya sama lo."

"ngga ada yang suruh kamu percaya sama saya, sekarang lepas jeon."

"persetan!" satu tinjuan berhasil mendarat di rahangnya sampai taehyung hampir tersungkur jatuh diatas tanah, sedangkan jungkook masih dipenuhi amarah ingin meninju lebih kalau saja jimin ngga menariknya. "kim taehyung gue udah percaya sama lo, gue udah yakin sama apa yang gue liat dari diri lo. bukan cuma gue bangsat, anak anak disini juga percaya sama lo, anggep lo kakak yang baik tapi nyatanya lo setan taehyung, lo brengsek lebih dari yang gue kira."

"gguk udah yuk."

"jim lo liat dia yang izin sama gue buat urus taman baca, dia yang buat gue percaya buat bantu disini tapi dia nusuk gue jim, nusuk kita semua. dia dalangnya jim, gue benci banget jim."

"lo ngamuk gini percuma gguk ngga akan di denger, please ayo pulang kita urus pake kepala dingin."

jungkook lalu menggeleng melepas cengkraman lengan jimin pada tubuhnya, ia berjalan pelan menuju taehyung yang hanya menatapnya diam. membiarkan seluruh orang memperhatikannya, membiarkan dirinya menjadi pusat perhatian.

"stupid, I almost fallin in love with you, trust you. I'm a dumbass kim taehyung, gue goblok percaya sama lo. harusnya dari awal gue ngga izinin lo buat ada disini, ngga izinin lo buat ada di hidup gue. sekarang lo apa tae? lo ngerancanain ini semua, kirim banyak banget orang buat hancurin tempat yang tadinya lo rangkai sedemikian rupa."

"itu cuma strategi jeon supaya gue bisa hancurin tempat ini lebih cepet."

"fuck you! I'm fucking hate you."






[]

andersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang