Hari Senin tiba. Hari yang dibenci semua manusia. Tak terkecuali Lisa. Di hari Senin dia harus masuk kelas pagi. Dengan mata tertutup, Lisa berjalan ke arah kamar mandi. Tingkat kemalasan dalam dirinya begitu tinggi. Menguap. Tubuhnya sangat lelah. Karena perjalanan ke Bali yang harusnya hanya dua hari saja diperpanjang. Baru tadi malam dia sampai di rumah, dan sekarang dia harus bersiap untuk kuliah.
Air mengguyur dari kepala hingga kaki. Tubuhnya langsung menegang karena air dingin yang seperti menusuk ke dalam tulangnya. Tak mau berlama-lama, Lisa menyudahi kegiatan mandinya. Masuk ke dalam ruangan penuh pakaian menggantung, mengambil salah satu white cropped tank top dengan gambar smiley face di tengah-tengahnya. Dipadukan dengan track pants berwarna biru pastel. Tak lupa cardigan berwarna biru pastel. Lisa melihat pantulan dirinya di cermin. Sudah rapi. Dia mengambil tote bag berwana hitam yang tergantung di lemari kaca khusus untuk tas.
Mengambil beberapa buku dan alat tulis. Dirinya sudah siap untuk pergi. Untuk riasan, dia sudah melakukannya di kamar mandi tadi. Lisa melangkah kakinya, menuruni setiap anak tangga. Matanya menangkap sosok Karina yang sedang melahap rotinya. Duduk manis di atas sofa, menikmati sarapannya sembari menikamati tayangan kartun spons kuning kesukaan. Lisa hanya bisa menghela napas kasar. Semenjak kejadian malam itu mereka tidak berbicara kepada satu sama lain. Entahlah. Lisa tidak ada niat untuk bebicara duluan. Mereka tidak pernah bertengkar besar seperti sebelumnya, jadi baik Lisa ataupun Karina tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Ini rotinya." Seli memperlihatkan piring yang diisi dengan sepotong roti. "Enggak usah. Aku sarapan di kampus aja." Lisa mengambil kunci mobil, menarik perhatian Damar. "Kamu gak mau diantar?" Lisa menggeleng, "aku ada urusan hari ini. Lebih praktis sendiri. Aku pergi." Lisa dengan cepat melangkah keluar dari rumah.
...
Akhirnya kelas yang panjang telah usai. Lisa memasukkan bukunya ke dalam tas, begitupun Caca yang duduk di sebelahnya. "Lis, mau makan siang bareng gak? Gue ada voucher buat makan di Patty King nih!" Dengan semangat Caca memperlihatkan layar ponselnya. Baru kemarin dia mendapatlan dua buah voucher untuk makan di restoran yang paling ia sering kunjungi, Patty King. Lisa menggeleng, "Makasih tapi gue kayaknya makan siang di kafe. Hari ini ada anggota baru jadi gue kayaknya bakalan sibuk." Caca cemberut, tapi ya mau bagaimana lagi. Pekerjaan tetaplah pekerjaan.
Tring... Tring...
"Halo, Ram?"
"Kamu dimana? Anggota baru udah datang loh. Masa kamu telat?"
"Iya, iya. Ini aku baru selesai kelas. Lagi jalan nih menuju parkiran. Gimana? Bagus gak penampilannya?"
"Ganteng lah. Tapi kayaknya sih gantengan aku."
Lisa tidak memercayai apa yang baru saja dia dengar. "Terserah deh. Udah deh, aku matiin ya." Lisa menekan tombol merah lalu memasukkan ponsel ke saku celananya. "Siapa yang ganteng?" Caca langsung bertanya. Dia sedikit menguping pembicaraan Lisa. "Ah, itu... Anggota barunya kataya sih ganteng."
"Kasih tau gue ya kalau ganteng. Siapa tau nyantol, hehe."
Lisa menggelengkan kepalanya. "Yaudah ya, gue duluan!" Lisa melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam mobil. Tak butuh waku lama Lisa sudah berhasil memarkirkan mobilnya di bagian khusus pegawai. Suara dentingan bel setiap pintu terbuka berbunyi. Membuat seluruh pasang mata menatap ke arah pintu masuk. Beberapa pegawai menyapa Lisa. Lisa hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
Lisa melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang tadi diberi tahu oleh salah satu temannya. "Kenapa kamu selalu mengambil ruangan yang paling besar? Kamu sangat-" Tubuh Lisa mematung. Kalimat yang baru saja akan keluar tertahan. Matanya membulat melihat siapa yang sedang duduk di sebelah Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENEMY
Teen FictionLisa Maurellien. Menjalani kehidupan palsu, identitas palsu, keluarga palsu. Dirinya yang asli sudah menghilang, terkunci entah dimana. Pekerjaan yang harus ia kerjakanpun mengikatnya makin kencang. Bualan selalu keluar dari mulutnya. Hidupnya hanya...