12

2 0 0
                                    


"Bangsat."

Kata itu langsung keluar. Matanya berkaca-kaca, melihat seorang perempuan seumurannya terbaring dengan lemah. Dengan pelan Tian melangkah lebih dekat. Tangannya mengepal erat.

"Kenapa dia ada di sini?" Tian melihat sekelilingnya. Alat-alat penopang hidup terus bekerja, berjuang mempertahankan gadis di atas kasur itu.

Damar menatap Tian tak percaya. Wajah Tian dan wajah anaknya sangat mirip, bak pinang dibelah dua.

"KENAPA LIEN ADA DI SINI? APA KALIAN TAU? LIEN INI PEMBUNUH! DIA MENABRAK KELUARGAKU, TAPI DIA MALAH TIDUR DI SINI!"

Damar dan Seli menatap panik. "Tenanglah terlebih dahulu. Kami akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi."

Tian menggeleng. "PEREMPUAN ITU YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB! LIEN SIALAN ITU!!" Emosinya benar-benar tidak bisa ditahan.

Lisa Maurellien.

Bagi Tian, Lisa Maurellien itu orang yang sangat ia benci. Lisa Maurellien itu hanyalah penghambat di dalam hidupnya. Sejak kelas satu SMP, Lisa Rahmatian dan Lisa Maurellien bertemu. Anehnya, mereka selalu berada di kelas yang sama. Sedari awal Tian tidak menyukainya.

Lisa Maurellien memiliki segalanya. Orang tuanya kaya raya karena memiliki perusahaan yang sangat sukses. Punya teman yang banyak. Selalu mendapatkan segalanya.

Satu hal yang sangat Tian benci adalah bagaimana semua orang memanggil Lisa Maurellien. Lisa Maurellien tetap dipanggil Lisa, sedangkan Lisa Rahmatian dipanggil Tian.

Dia benar-benar ingin menjadi Lisa, bukan Tian.

Tapi sekarang Lisa Maurellien malah menghancurkan keluarganya

Tiiittt... Tiittt...

Salah satu monitor menunjukan bahwa keadaan gadis yang terbaring itu makin memburuk. Para dokter dan perawat langsung memasuki kamar. Seli menangis melihat anak perempuannya berada di ambang kematian.

Tien menatap ke arah kemurunan yang sedang mencoba menyelamatkan Lien. Orang tuanya yang tertabrak, tapi mengapa Lien yang sekarat sekarang?

Damar menatap Lien cukup lama. Anak gadisya itu mengalami gagal jantung. Sedari kecil, Lien memang memiliki jantung yang lemah, yang membuatnya tidak bisa beraktivitas terlalu banyak. Lien hanya bisa berdiam diri di rumah atau di bangsal rumah sakit.

Mata pria paruh baya itu menangkap sosok gadis yang lima menit lalu tiba-tiba teriak kesetanan di hadapannya. Seluruh bagian dari gadis itu sangat mirp dengan Lien. Jika saja Lien sekarang memiliki rambut hitam, maka orang-orang tidak mungkin bisa membedakan mana Lisa Maurellien dan Lisa Rahmatian.

Sebuah ide keji terlintas di pikirannya.

"Hentikan semuanya."

Seluruh orang yang berada di ruangan itu langsung menoleh. "Hentikan semuanya. Jangan ada yang menyentuh Lisa," ujar Damar dengan tegas.

Semua orang langsung mundur dari kasur.

Tiiit...

Monitor itu menunjukan garis lurus. Seli yang mendengarnya langsung menggila. Anak pertamanya pergi untuk selamanya.

"Siapa namamu?" tanya Damar dengan tatapan tajam ke arah Tian.

"Lisa Rahmatian," ucap Tian tanpa ragu. Tian sama sekali tidak terkejut melihat seseorang meninggal di hadapannya. Padahal ini pertama kalinya dia melihat seseorang meregang nyawa, tetapi dia tidak merasakan perasaan apapun. Dia tidak terkejut ataupun sedih.

Damar mendekati tubuh Lien yang sudah tidak bernapas. "Lisa Rahmatian. Meninggal 12 Januari 2013, pukul 16.40 sore." Damar menyatakan bahwa Lisa sudah meninggal. Semua mata langsung menatap ke arah Damar. Bukan nama Lisa Maurellien yang disebut. Lisa Rahmatian yang jelas-jelas bernapas di hadapan mereka, dinyatakan meninggal saat itu juga.

Damar mengisyaratkan agar semua dokter dan perawat keluar dari ruangan. "Nah, bagaimana kalau sekarang aku berbicara denganmu?" Damar bertanya dengan nada serius.

"Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk anak itu. Begitu anak itu lahir dokter berkata bahwa dia memiliki jantung yang lemah. Karena jantungnya yang lemah itu, dia tidak bisa beraktivitas seperti apa yang aku harapkan."

Tian menatap Damar yang sedang membopong Seli. Seli tampak sangat pucat.

"Aku hampir memiliki semua yang aku inginkan. Namun, aku memiliki anak-anak yang bisa menjadi kelemahan diriku. Anak-anak yang lemah, terlalu lembut, terlalu baik, tidak memiliki ambisi." Tian menatap tidak percaya. Lelaki tua di hadapannya ini menganggap kedua anak-anaknya sebagai kelemahan.

"Kamu memiliki semua yang aku butuhkan. Tidak lemah, kuat, berambisi, tidak memiliki kekurangan. Sangat sempurna. Bagaimana? Begitu kamu menjadi anakku, kamu akan mendapatkan semua yang tidak bisa kamu dapatkan sebelumnya."

Tian tersenyum miring. Ternyata ada manusia seperti ini di dunia. Tian duduk di hadapan Damar. "Sebelum anda menjadikan saya sebagai anak yang tidak memiliki kekurangan sama sekali, sepertinya anda harus tau siapa saya sebenarnya. Orang tua yang ditabrak manusia itu," Tian menunjuk ke arah Lien, "Mereka penipu. Orang tuaku dapat mengatakan bahwa kotoran manusia adalah cokelat yang sangat manis dan orang-orang akan percaya lalu memakannya. Mereka bahkan bisa membunuh seseorang jika memang diperlukan."

Tian menyenderkan tubuhnya dengan santai. Apakah Damar akan akan menarik kembali perkataannya?

Oh tentu tidak! Tian tahu betul bahwa Damar tidak akan pernah mengubah pikirannya, hal ini justru akan membuatnya lebih bersemangat. "Tentu saja buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Dari awal aku sangat ingin membunuh perempuan itu. Dia selalu menghalangi jalanku. Tapi aku tahan karena aku kasihan. Aku kasihan karena aku pikir akan ada sosok ayah yang sangat menyayangi anaknya. Kalau saja aku tahu bahwa sosok ayah yang seperti itu tidak ada, aku akan langsung mengirimnya pergi dari dunia ini."

Damar menjulurkan tangannya, "Kamu bahkan berniat menyingkirkan orang yang menghalangi jalanmu. Aku sangat suka sekali dengan ambisi itu. Lalu, kehilangan anak bisa saja menghalangi jalanku. Orang-orang tidak akan mempercayai orang yang tidak bisa menjaga anaknya."

Tian membalas juluran tangan itu. Kini Tian sudah menjadi orang yang paling ia inginkan. Dia bukan lagi Lisa Rahmatian.

Lisa Rahmatian yang selalu menjadi bayang-bayang itu sudah tidak ada. Lisa Rahmatian sudah mati.

Kini ia menjadi satu-satunya Lisa.

...

Tian, atau sekarang dipanggil Lisa, memasuki rumah barunya. Semua hal yang berkaitan dengan dokumen-dokumen sudah diurus oleh Damar. Lisa Rahmatian di dunia ini sudah lenyap. Entah bagaiman Damar mengurusnya, yang penting sekarang hanya ada Lisa Maurellien.

Rama tentunya terkejut mengetahui bahwa Lisa meninggalkan hidupnya sebagai Lisa Rahmatian. Sebenarnya Rama bisa menghentikan aksi gila Lisa, namun dia tidak memiliki hak untuk itu. Selama itu yang Lisa inginkan, Rama tidak akan menghalanginya.

Untuk kedua orang tuanya, Adam dan Seli, Damar memindahkan mereka ke sebuah rumah sakit di luar negeri. Lisa juga langsung menghapus semua hal yang berkaitan dengan mereka. Lisa menginginkan hidup baru yang sempurna.

Selamat tinggal, Lisa Rahmatian.

...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang