OH 2

13K 805 13
                                    

5 tahun kemudian…

Dari layar smartphonenya Kara mengetikkan sebuah nama di kolom search google. Leonard Axel Pradipta. Seperti sebelum-sebelumnya, ada beberapa poto yang adalah potret laki-laki itu, juga beberapa biodata singkat, dan artikel berita. Kara menekan pada tulisan gambar, menggulirkan layar kengan ibu jarinya kebawah, kemudian terus pada halaman berikut sampai akhirnya dia telah sampai pada halaman ke 5 dengan gambar yang semakin tidak jelas siapa orangnya.

Kara menghela nafas pelan. Kecewa. Berikutnya kembali diketiknya satu kata sebelum kata Leonard. ANAK. ‘anak Leonard Axel Pradipta’. Hasilnya seperti sebelum-sebelumnya sejak pertama kali dia mencoba melacak Leonard Axel dan anaknya, yang adalah anak Kara juga. Hasilnya nihil. Berulang kali Kara menghela napas, kemudian menitikkan air mata. Apakah tidak ada kemungkinan dia bisa melihat anak-anaknya ? sudah 5 tahun, tapi tak sekalipun dia bisa melihat dua bayi laki-laki yang sekarang pasti sudah bisa berjalan dan mulai sekolah. Tak bisakah sekali saja ? kapan dia mendapatkan moment itu ? apakah sampai mati dia takkan bisa melihat anak-anak yang pernah berbagi satu tubuh dengannya ?

Tidak ada satupun poto-poto anaknya yang bisa ditemukannya dalam internet. Jangankan poto, sekedar namapun sampai saat ini dia tak tahu. Leo sepertinya menyembunyikan anaknya dengan sangat baik. Kara nelangsa.

Dalam rasa putus asa yang kembali datang, Kara berharap suatu saat dia akan bisa menemui anak-anaknya, berharap mungkin saja anak-anaknya yang telah dewasa nanti akan mencarinya. Itupun jika Leo belum meracuni pengetahuan anak-anaknya tentang kematiannya atau tuduhan-tuduhan lain yang akan membuat anak-anak membencinya. Betapa Kara berharap Leo tak berdusta, dan mau mengatakan pada anak-anaknya bahwa ibu mereka ada di sudut dunia yang tak gemerlap yang terus berharap akan pertemuan mereka. Setidaknya mau menceritakan sedikit saja tentang seseorang dengan nama Kara Shelomita yang pernah di janjikan Leo akan tertulis sebagai Ibu dalam akta kelahiran anak-anaknya.

Allah, adakah dia bisa bertemu mereka ?

Kara meletakkan handphonenya keatas meja. Kemudian bersiap-siap untuk berangkat kerja. Tidak lupa akan pekerjaannya sebagai kasir di sebuah supermarket ternama di sebuah Mall besar. Pekerjaannya selama 1 tahun belakangan ini. Tak lama setelah polesan yang tak mencolok, pakaian kerja yang ditutupi dengan jaket, sepatu flat, dan tas yang memuat barang-barang keperluannya. Kara bersiap-siap meninggalkan rumahnya yang terlalu kecil untuk disebut rumah. Dengan dua kamar yang besarnya tak lebih dari 3×3 meter, ruang tamu yang merangkup ruang keluarga dan ruang makan, dapur yang sempit dan kamar mandi yang juga sangat minimalis. Jangan bicarakan tentang perkarangan, besarnya hanya untuk memarkirkan satu buah mobil untuk sebelah kiri yang menghadap langsung pada kamar Kara, dan disebelah kanan,perkarangan hanya bisa di isi dengan bunga yang Kara tanam dalam pot. Rumah yang dulu dihuninya sebelum menikah dengan Leonard yang kaya raya.

5 tahun yang lalu setelah keluar dari rumah sakit dia memang tinggal di apartemen yang menurut surat adalah kepemilikannya, ditemani oleh seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Leo yang besar. 5 bulan di sana bisa Kara membuat alasan agar sang asisten yang bekerja atas perintah Leo yang sepertinya adalah bentuk tanggung jawab terakhir laki-laki itu padanya untuk berhenti bekerja untuknya dan kembali pada pekerjaan sesungguhnya yaitu melayani keluarga Pradipta. Kemudian hanya berselang satu hari Kara juga pergi dari apartemen yang mewah itu. mobil bewarna putih yang hampir jarang dipakainya dijual disebuah showroom dengan harga diatas 500 juta. Pembayaran langsung ditransfer di rekening yang diberikan Leo atas namanya, jadi dia sama sekali tidak pernah melihat uang itu. Kara sengaja menjual mobil itu karena dia tahu jika mobil itu tidak digunakan dia akan rusak dengan sendirinya, dan alternative untuk tidak membuat mobil itu berakhir seperti barang yang terbuang sia-sia adalah menjualnya dan menyimpan uangnya ke Bank.

Dari rumahnya yang berada cukup jauh dari gerbang kompleks yang tidak di jaga satpam, Kara harus berjalan setidaknya 5 menit untuk mencapai gerbang. Tidak jauh dari gerbang ada sebuah halte yang menjadi alat transportasi Kara sehari-hari.

Only HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang