Thersa berjalan terseok-seok menuju pintu keluar, namun tak disangka Kakinya tak kuat sehingga membuatnya terjatuh lagi. Belum sempat berdiri Ketiga temannya itu menariknya untuk berdiri dan mencekik leher Thersa, Thersa tak dapat mengelak dan lehernya yang terasa sangat ditekan hingga tak membiarkannya untuk bernafas.
"Sialan! Kau benar benar perempuan tak tahu diri! Rasakan balasan ini! Brengs*k!" Thersa berusaha mencari cara untuk bernafas, sedangkan tangan Anna tak ingin lepas dari lehernya dan membuatnya semakin tersiksa.
"Tuhan...Tolong aku.."
***
"Kau itu lemah! Sadar diri! Berani-beraninya kau membuat kami dulu ketakutan hah!" Pearl berkata dengan penuh emosi. Tenaga Thersa seakan-akan telah menghilang, Ia tidak bisa melepaskan tangan Anna dari lehernya.
Hingga akhirnya Anna melepaskan Cengkramannya itu, dan langsung menarik pergelangan tangannya lagi dengan menusuk Kulitnya dengan kuku palsunya itu. Thersa menahan tangis oleh rasa sakitnya yang setimpal. Pergelangan tangannya tertancap lagi, Ia ditarik keluar. Sebelum itu mereka bertiga memakai payung mereka masing-masing dan Anna yang menarik Tangan Thersa menuju tengah-tengah jalan. Thersa lagi-lagi basah oleh hujan, padahal belum saja bajunya kering, Kepalanya harus terumbuk derasnya air hujan. Anna mendorongnya sehingga Ia jatuh tersungkur.
"Ini balasanmu pecundang, aku harap kau segera pergi dari dunia ini!!!" Ujar Ellayree dengan keras, kemudian mereka bertiga pergi meninggalkan Thersa yang kehujanan.
Thersa tak dapat bergerak, tubuhnya menggigil kedinginan. Rasa sakit sekujur tubuhnya yang semakin menyakitkan. Thersa bernafas sebisanya. Ia yakin Ia takkan mati setelah ini, Ia yakin Tuhan akan menolongnya. Namun ini henar-benar menubruk hatinya, Seluruh kesakitan yang Ia kubur, bangkit dan menusuk hatinya.
Thersa kembali menangis, Ia merasa tak sanggup lagi untuk hidup. Ia dibenci, dijatuhkan, dan tidak dihargai. Ia sangat tak menyangka akan sesakit ini.
"T-Tolong aku..." Thersa berkata lirih dalam derasnya hujan ini. Thersa tak sanggup lagi untuk berdiri, Ia tak sanggup lagi. Langit yang gelap dan derasnya hujan menyelimuti Thersa yang terus menangis. Ia menyeret tubuhnya mencari jalan, Mulutnya terus berkata "Tolong" Sangat berharap ada yang melihatnya. Ia tak kuat kehujanan terus menerus seperti ini, Ia butuh kehangatan.
Thersa terus menyeret tubuhnya tanpa arah, namun tujuannya hanya untuk kembali ke rumahnya, namun Ia tidak tahu dimana jalan pulangnya, Ini terlalu jauh dari rumahnya.Mata Thersa seakan-akan tak sanggup lagi untuk bertahan, Tubuhnya mati rasa terguyur dinginnya hujan, Sapuan tajam hawa dingin yang menusuk kulitnya dan seluruh sakitnya Fisik dan batinnya, Thersa merasa Malaikat maut telah berada disampingnya untuk mencabut nyawanya. Thersa tak bisa merasakan gelora semangatnya, semuanya telah pergi dan tertinggal dirinya dengan seluruh penderitaan, Thersa lelah Ia rasa cukup sampai sini penebusan dosanya.
Sebelum Thersa menutup matanya, Ia merasa hujan tak lagi mengguyurnya, Ia mengedipkan matanya dan menatap ke atasnya yang merupakan sebuah payung. Dan seorang yang tengah berdiri di sampingnya. Thersa tersenyum sebentar dan Menutup matanya.
***
Matanya mulai terbuka. Ia mengedipkan Matanya sebentar dan melihat sekelilingnya yang asing. Keadaan Thersa stak lagi menyedihkan. Bajunya telah kering, walau rambutnya masih acak-acakkan. Suhu tubuhnya kembali normal, Thersa merasakan kehangatan melingkarinya. Ternyata kehangatan itu berasal dari lilin-lilin yang berada di dekatnya Ia tidak mendapati satu sesorang pun di tempatnya. Thersa berusaha untuk duduk namun Ia belum bisa melakukannya."Syukurlah kau telah pulih..." Seorang laki-laki duduk dikursi samping tempat Thersa berbaring, matanya pun menangkap wajah laki-laki itu yang tersenyum hangat padanya. Ia baru sadar bahwa laki-laki inilah yang menolongnya tadi dengan payung, bahkan payungnya pun ada di dekat pintu, warna abu-abu persis seperti yang dilihatnya tadi sebelum pingsan.
![](https://img.wattpad.com/cover/253013136-288-k647707.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vannesrain シート : Rain Of Black Clouds
Teen Fiction[ACCEPT PAIN to KNOW PAIN] "Segera gelarkan kapet merah! Sweet Lion kita datang!" Gadis itu dengan senyum dan tatapan tajamnya akan mengitimidasi siapa saja yang tak menundukkan kepalanya. Primadona sekolah gelarnya. Tapi, naas. Semuanya telah bera...