シート10 : Detik Senyuman

7 2 0
                                    

“A-apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa kan?” Ray disampingnya berkata dengan sangat khawatir. Thersa menggeleng pelan dan tersenyum, Ia menghela nafas lega, perutnya tak lagi sakit dan keroncongan. Dan Ia berharap rasa laparnya dapat menunggu hingga pohonnya berbuah. Tidak mungkin Ia mengatakan hal ini pada Ray dan Sherrie. Thersa pun berusaha untuk duduk dan dibantu oleh Ray.

“Thersa jangan berbohong, tolong jujurlah...” Ray terus memohon seakan-akan Ia tahu bahwa Thersa ada masalah.

“Iya, Kak Thersa..apa yang terjadi..” Sherrie, si gadis kecil itu pun menambahi juga.

“Sungguh, aku tidak apa-apa.” Thersa tersenyum kecut, di dalam hatinya Ia terus meminta maaf karna tidak juur dengan dua  orang yang mengkhawatirkannya sekarang ini.

“Lain kali istirahatlah yang cukup...” Ujar Ray kemudian, Thersa pun mengangguk.

“Aku harap kak Thersa tidak berbohong.” Kata Sherrie sambil tersenyum pada Thersa, Thersa yang mendengar itupun bungkam dan hanya membalas senyuman tulus Sherrie.

***

“Oh ya, aku kesini karna tadi Sherrie yang menginginkannya. Katanya Ia merindukanmu,” Ray berkata sambil melihat Sherrie yang mengangguk.

“Oh ya.. kemari Sherrie...” Ujar Thersa yang kemudian berpelukan dengan Sherrie. Thersa merasakan kehangatan seorang adik sekarang. Ia merasa bahwa Sherrie seperti adik kandungnya sendiri.

Thersa jadi ingat sekarang, bahwa saat itu Ia sangat menginginkan seorang adik, namun ternyata ibunya keguguran yang artinya adiknya meninggal. Thersa menangis semalaman, Ia sangat sedih karna adiknya yang belum sempat bertemu dengannya itu sudah diambil kembali oleh Tuhan. Mungkin itu memang sudah takdirnya.

Maka dari itu Thersa saat dulu sering ke taman yang dekat dengan rumahnya untuk bermain dengan banyak anak kecil. Yeah, walau seorang yang kejam, Thersa juga menyukai anak kecil. Apalagi saat ini yang bertemu Sherrie.

“Aku jadi merasa memeluk kakakku sendiri.” Ujar Sherrie seusainya.

“Oh ya? kakak juga, kakak merasa seperti memeluk adik kakak sendiri.” Jawab Thersa sambil tersenyum.

“Sayangnya, kakakku tidak seperti kakak.” Pandangan Sherrie tiba-tiba menunduk, Thersa pun mengerutkan keningnya begitu  juga dengan Ray.

“Maksud Sherrie?” Tanya Ray dengan hati-hati.

“Memangnya kakak Sherrie bagaimana?” Tambah Thersa. Sherrie terdiam sebentar.

“Kakakku tidak peduli denganku.” Sherrie terhenti sebentar, “Dia terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dan disaat aku ingin bermain dengannya dia selalu menolak bahkan marah. Aku selalu berusaha mendekatinya tapi dia malah tidak suka dan menyuruhku menjauh, kakakku super sibuk dan tidak mempedulikanku sebagai adiknya. Hingga sekarang mungkin kakakku senang jika aku tidak ada, aku juga tidak tahu kenapa aku ditinggalkan disini? Jadi aku berterima kasih pada Kak Ray yang mau menampungku dan Kak Thersa yang baik padaku.” Ia tersenyum manis pada Ray dan Thersa yang sama-sama terkejut dan tidak menyangka.

Thersa langsung saja memeluk Sherrie, Sherrie pun membalas pelukan Thersa dan menangis. Thersa membelai rambut pendek Sherrie yang menangis, menumpahkan seluruh kesakitannya. Mengapa anak sekecilnya harus ditinggalkan dan disakiti? Bahkan Thersa pun terkadang merasa tak kuat lagi dengan deritanya apalagi gadis sekecil Sherrie ini. Ray ikut membelai rambut Sherrie dan berusaha dan menenangkannya.

“Te-terima hiks...kasih kak Thersa..hiks..kak Ray,” Thersa dan Ray sama-sama mengangguk, Thersa tak tega sekali melihat anak sekecil Sherrie menangis seperti itu. Ray pun menghapus air mata Sherrie dengan tulus dan tersenyum padanya.

Vannesrain シート :  Rain Of Black CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang