Aku belum menjawab ungkapan Dimas tadi sore, karena panggilan telepon dari kakak berakhir aku harus pulang cepat karena dapat paketan makanan kalau tidak segera dimasukan ke kulkas bisa basi. Sehingga gagal ikut menjemput Nafa karena Dimas langsung mengantarkanku kembali ke apartement.
Kini setelah mandi, aku hanya duduk termenung di sofa menatap ponsel yang diletakan diatas meja berdampingan dengan secangkir teh hangat.
Aku duduk meringkuk sambil memeluk kaki. Kenapa, kehidupanku jadi tambah rumit seperti ini, oh tidak, ini tidak rumit, karena Dimas sudah sangat jelas dengan mengajak ku pacaran —walaupun belum aku iyakan.
Rencana kencan hari minggu pun gagal. Buat apa? Tujuan Dimas sudah tersampaikan secara mendadak ditengah jalan tadi.
Kini, aku harus menimbang dan memikirkan banyak hal, apakah aku harus mencoba dengan Dimas, apa aku harus merundingkan dulu dengan Ayah dan Ibu. Ah, aku belum siap.
Tiba-tiba ponsel berdering hingga membuatku kaget dan hampir deg-degan karena ku pikir Dimas yang menelepon, ternyata Tria.
“Hallo Kak?”
“Gimana? Makanannya masih enak nggak?”
“Masih kok, kenapa sih ngirim ayam balado segala, kan aku bisa beli disini.”
“Eits, jangan remehin hasil belajar masak Kakak ya. Btw, lusa Mas Dewa ada kerjaan di Jakarta, dan aku ikut, so, aku nginep di apartement kamu ya, semalam?”
Aku menyerngit. “Sama Mas Dewa?”
“Enggak, dia di hotel.”
“Kenapa nggak ikut ke hotel aja.”
“Kan Kakak juga mau quality time sama adeknya, gimana sih, oke?”
Aku hanya terkekeh sambil bermain kuku di kaki. “Oke deh, bawain cakwe ya?”
“Siap.”
⭕⭕⭕
Pagi datang seperti biasa, tidak ada yang spesial, malah-malah suasana hatiku mendadak kacau tanpa alasan, ya, walaupun masih kepikiran perkara Dimas, apalagi semalam tak ada kabar darinya, tidak ada pesan, tidak ada telepon. Aku juga gengsi kalau menghubungi duluan. Padahal belum lama ini sudah ada dekrit kalau aku boleh menghubungi duluan.
Ketika turun ke parkiran, sudah ada Sangga disana dengan gaya biasanya, berdiri didepan mobil sambil sedikit sibuk mengeser layar ponselnya. Aku hanya tersenyum sembari melangkah menghampiri. Harus ku akui, Sangga tampak mempesona kalau sedang masang muka seriusnya.
“Ada yang trending ya Mas?” celetukku, menarik atensi Sangga sampai ia mengalihkan pandangan dari ponsel.
“Enggak, lagi baca grup chat tim aja, Daffa baru ngirim beritanya, padahal sudah aku suruh kirim via email.”
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, DEWAN!
Fiksi PenggemarTriss kagum dengan sosok Dimas, seorang anggota dewan yang ia temui sewaktu masih mengenyam pendidikan di Jerman. Triss tahu Dimas lebih tua darinya, bahkan lelaki itu sudah memiliki anak. Hingga dimalam terakhir Dimas di Jerman, terjadi hal yang me...