Sesampaiku di kamar hotel, aku segera membersihkan tubuhku. Aku mengambil pakaian dari dalam koper dan beranjak menuju kamar mandi.
Aku mengeringkan tubuhku menggunakan handuk putih bersih yang telah disediakan hotel. Lalu aku mengenakan pakaianku. Aku beranjak menuju wastafel dan mulai mengeringkan rambutku yang basah. Saat sedang asyik mengeringkan rambutku, terdengar suara dering telefon dari kamar tidur. Aku menaruh hair dryer kembali ketempatnya lalu memutus sambungan listriknya.
Aku membuka pintu dan berjalan menuju kamar tidur, tempat sumber bunyi dering telepon tersebut. Aku melihat sekeliling dan menemukan tas merah kecilku. Terlihat cahaya muncul dari dalam tas tersebut. Aku beranjak menghampiri tas tersebut dan mengambil telepon genggamku.
Tampak sebaris nomor telepon yang tidak kukenal. Aku menekan tombol jawab, aku ingin tahu. Terdengar suara dari kejauhan, suara seorang wanita.
"Halo?" Tanya suara tersebut dari kejauhan.
"Halo, siapa ini?" Tanyaku.
"Oh, ini Laurel, kakak dari Ben. Apakah ini Becca?"
"Oh iya benar ini Becca. Uhm, kalau boleh tahu ada apa menelepon?" Tanyaku.
"Aku membawa sebuah kabar, Becca. Sesuatu terjadi pada Ben, dan kamu harus tahu."
"Apa yang terjadi?"
"Akan jauh lebih baik jika kita bertemu dan berbicara," ajak wanita yang mengenalkan dirinya sebagai Laurel, kakak dari Ben.
"Oh sayang sekali. Maafkan aku, siapa namamu tadi? Oh ya, Laurel. Maafkan aku, Laurel, tapi aku sedang tidak berada di New York, aku sedang berada di Los Angeles." Ujarku.
"Baiklah, kemasi seluruh barang-barangmu dan beritahu dimana penginapanmu, akan kujemput sebelum pukul delapan pagi."
"Uhm, aku menginap di Rich's Hotel dekat pantai St. Monica." Ujarku.
"Ok, aku akan menunggu di lobby dengan menggunakan coat merah." Seketika itu ia menutup telefonnya.
Aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab. Aku masih merasa curiga. Ribuan spekulasi menerjang pikiranku, apakah Ben sakit? Apakah Ben mengalami kecelakaan? Apakah Ben ini? Apakah Ben itu?
----------------------------------------------
Sekitar pukul enam pagi dan aku sudah bersiap diri. Aku menggunakan rok hitam sepanjang lutut dan atasan hitam terbuka sebahu. Aku memakai boots putih tinggi. Aku mengecek kembali koperku sebelum akhirnya memutuskan untuk check out lebih dini. Aku beranjak keluar dari kamar dan mengunci pintu kamar. Sebelum menuju lobby, aku menyempatkan diri untuk berpamitan dengan pria berjas hitam.
Aku memasuki lift dan menekan tombol lima, dari posisiku, aku akan turun dua lantai. Kamarku berada di lantai tujuh. Setelah aku sampai di lantai lima, aku langsung berjalan menuju kamar nomor 511, kamar pria berjas hitam.
Tepat sebelum aku mengetuk pintu, pria berjas hitam membuka pintu tersebut. Tampak ia menggunakan celana pendek krem dan baju pantai yang santai.
"Oh hei, Becca. Aku baru saja hendak menuju kamarmu, hendak meng-"
"Sebelum itu, aku minta maaf karena aku harus pulang. Sesuatu terjadi di New York, dan aku harus kembali. Maafkan aku." Potongku.
"Well, itu menjelaskan kenapa kamu membawa kopermu." Ujarnya.
"Baiklah aku harus pergi sekarang, sampai jumpa." Pamitku.
"Mau kuantar ke lobby? Kebetulan sekali aku juga sedang ingin keluar,"
"Boleh."
----------------------------------------------
Setelah aku check out di meja resepsionis, aku berpamitan lagi dengan pria berjas hitam.
"Baiklah sampai jumpa, Becca!" Ujarnya.
Aku melambaikan tanganku kearah pria berjas hitam yang semakin lama semakin jauh. Aku berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan di lobby. Aku menempatkan koperku disebelah kanan tempat dudukku. Aku mengambil telepon genggam dan mulai melihat-lihat kotak masuk e-mailku.
Tiba-tiba seorang wanita memakai coat merah dengan rambut yang bergelombang datang menghampiriku. Aku berani bertaruh pada nyawaku bahwa wanita ini adalah Laurel.
"Hei, Becca bukan?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Hei, iya Becca."
"Oh aku Laurel yang meneleponmu tadi malam." Jackpot!
---------------------------------------------
Percakapan kami didalam mobil tentu hanya seputar bagaimana aku bisa mengenal Ben. Hingga pada suatu titik aku mulai menanyakan apa sebenarnya yang terjadi.
"Uhm, Laurel, apa sebenarnya yang terjadi pada Ben?" Tanyaku.
"Ben?"
"Iya, Ben. Apa yang terjadi padanya?" Tanyaku sekali lagi.
"Begini Becca, biarkan aku menepi dahulu." Ujarnya.
Akhirnya ia menemukan tempat yang pas untuk berbicara, yaitu sebuah restoran cepat saji di kilometer 65, sebuah diner tepatnya. Aku memesan sepiring telur dan ham, dengan segelas susu. Sedangkan Laurel hanya memesan secangkir kopi hitam. Kami duduk tepat di pojok dekat juke box tua yang tidak dapat berfungsi lagi. Laurel membuka coat merah dan menaruhnya di sebelah tempat duduk yang ia tempati. Akhirnya ia angkat bicara. Tepat sebelum ia berbicara, pesanan kami datang. Aku menikmati makan pagiku sembari mendengarkan celotehan Laurel.
"Jadi Becca, yang terjadi pada Ben," tuturnya.
"Yap, yang terjadi pada Ben."
"Ben mengalami kecelakaan dua hari yang lalu." Ujar Laurel. Aku tersedak dan merasa tak percaya.
"Lalu apakah ia baik-baik saja? Ceritakan apa yang terjadi."
"Ia baik-baik saja. Saat itu ia hendak menuju Gedung Putih untuk wawancaranya dengan Barack Obama mengenai program kesehatannya. Tentu pada pukul delapan pagi para pejabat sedang bergegas menuju Gedung Putih, mengambil jalan yang sama dengan Ben. Tidak cuma Ben dan para pejabat, tentu warga yang lain turut menggunakan jalan tersebut. Namun, satu sifat Ben yang pasti akan muncul disaat-saat seperti itu, egois. Sifat itu yang membawa malapetaka untuk Ben. Ia menerobos lampu merah dan ditabrak oleh sebuah truk dari kanan." Jelasnya.
Aku tersedak untuk kedua kalinya. "Jujur padaku, apakah Ben baik-baik saja?" Tanyaku sekali lagi.
"Tidak, Ben tidak baik-baik saja. Ben mengalami kerusakan jaringan-jaringan otak kanan. Ini menyebabkan sesua-"
"Apa?!" Sentakku sembari memotong pembicaraannya.
"Ini menyebabkan sesuatu yang tentu awam, hilang ingatan. Ia mengalami hilang ingatan jarak pendek."
Seketika aku menjatuhkan gelas susuku.
----------------------------------------------
SORRY FOR LATE UPDATE GUYS!
THANK YOU FOR SUPPORTING ME EVEN THO I ONLY UPDATE A PART OF IT.
OH YA, vote dan comment ya, loves💘💘💘
Live life to the fullest,
Farahdina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh.
Romancebodoh. sekali bodoh, tetap bodoh. jatuh cinta itu adalah hal paling bodoh yang bisa orang lakukan. dan dibalas cintanya, hanyalah mitos.