03

3.2K 74 0
                                    

Aku mengunci kembali pintu apartemenku. "Sore yang indah," pikirku. Mengingat kejadian tadi di kafe, aku hanya bisa tersenyum tersipu. Bagaimana tidak? Ini adalah pertama kalinya aku jatuh cinta. Aku menaruh tas diatas sofa yang terletak di ruang tengah dan berjalan menuju kamar tidurku. Aku membuka dan menutup kembali pintu kamar tidurku. Aku menghidupkan lampu dan duduk diujung samping tempat tidur. Aku menghela nafas lega. Kubuka mantelku dan ku lempar sembarangan ke atas kasur putih king-size ku. Dan aku memutuskan untuk menbasuh tubuhku.

Sudah pukul 21.00, aku masih belum tidur. Lebih tepatnya, belum bisa tidur. Banyak sekali hal yang terlintas dikepala; Ben, Ben, Ben, Ben, dan Ben. B-e-n. Hanya tiga huruf! Aku bisa saja mencari orang dengan huruf lebih banyak seperti, Michael atau Robinson atau Justin. Tapi bukan itu masalahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Yang ada di pikiran ini tetap saja tentang Ben; apa yang sedang dipikirkan Ben saat ini? Apa yang mungkin Ben rasakan saat ini? Sungguh, aku hanya ingin tahu.

-----------------------------------------------------------------

Dering alarm telepon genggamku membuka mataku untuk melihat dunia pagi. Cerah, indah, dan ajaib. Bukan, bukan matahari nya yang ajaib. Tapi apa yang kurasakan. Jatuh cinta, aku tidak akan bisa berhenti mendeskripsikan habis-habisan tentang perasaan ini. Semua perasaan pesimis dan negatif ku mengenai cinta berakhir dengan aku yang sedang merasakannya. Atau bisa dibilang, hampir merasakannya. Aku menatap langit-langit kamar tidurku, aku tersenyum dan berkata, "Selamat pagi dunia. Selamat pagi, Ben."

-----------------------------------------------------------------

*Ben's POV*

Aku kembali menuju flat ku yang terletak tidak jauh dari NYU. Sejenak aku berpikir, Rebecca berbeda. Tapi tidak mungkin aku jatuh cinta. Bodoh sekali tindakanku dengan mengatakan bahwa aku juga mencari cinta. Aku tidak bisa lagi bertemu Rebecca. Tidak! Bagaimanapun juga, aku harus menjauh dari Rebecca. Anggap saja pertemuan tadi sebagai percakapan singkat dua orang yang tidak saling kenal.

Aku hanya tidak ingin menyakiti siapapun. Aku tahu konsekuensinya. Bodoh! Kau melakukannya lagi, Ben! Aku hanya tidak ingin menyakiti kekasihku, Jilly. Jilly Hillbert.

-----------------------------------------------------------------
*Becca's POV*

"Hey!" Sapa seseorang dibelakangku. Aku menoleh dan itu ternyata Mary. Ia memakai summer dress hitam selutut yang ia beli sebulan yang lalu di Los Angeles, California. Ia tampak menawan, seperti biasanya. Ia berlari ke arahku dan memulai gosip paginya. "Kau sudah dengar belum? Kalau si Jilly, Jilly Hillbert, sudah punya kekasih! Tapi mereka sudah berhubungan lama sekali, semacam backstreet begitu." Aku kaget mendengar lontaran kata-kata Mary. Mengingat ini adalah rutinitas gosip paginya, aku mengerutkan dahi tanda curiga. "Benar! Kau pikir ini bohong? Tanya saja Jilly."

Aku duduk disamping Jilly. Aku ingin tahu tentang gosip tadi pagi. Hello! Dia sahabatku! "Jill, jujur. Kau sudah punya kekasih?" Tanyaku. Jujur saja, Jill--yang berada di sebelah kananku--yang tadinya sedang menulis beberapa riset mengenai tugas proyek kelas, shock sampai-sampai ia menjatuhkan seluruh catatannya. "Apa maksudmu?" Jilly kembali bertanya. "Oh ayolah, Jill. Kita kan sahabat, kita seharusnya berbagi rahasia, dong!" ujarku. Jilly menghela nafas bersiap-siap untuk bercerita. "Ya, aku sudah mempunyai kekasih. Kita sudah berkencan selama lebih dari sepuluh bulan. Tentu waktu yang terlalu lama untuk backstreet. Tapi, aku sungguh mencintainya, meskipun beberapa waktu belakangan ini kita sering bertengkar." jawabnya santai. "Sepuluh bulan, Jill?! Lama sekali kau bersembunyi dibalik tirai!" balasku kaget. Bayangkan, sepuluh bulan tanpa memberitahu siapa-siapa. "Aku akan bertemu dengannya, merayakan ulang tahunnya yang ke-22. Kau mau bergabung?" ajaknya. Aku mengangguk tanda setuju.

2 Hari kemudian

Aku bersiap-siap menuju flat Jilly. Karena aku tidak tahu pasti letak kediaman kekasih-gelap-Jilly, aku akan menumpang. Sesampaiku didepan flat , aku menekan tombol bel dan mendengar suara sepasang heels berlarian di koridor sambil berteriak, "Sebentaaaar!" Jilly membukakan pintu, ia tampak menawan sekali! Berbeda dengan penampilan Jilli biasanya yang hanya memakai rok hitam panjang dengan atasan kaos polos berbagai macam warna. Malam itu ia sedang memakai dress hitam ketat yang panjangnya ada diata lutut. Jauh diatas lutut. Ia memakai dress yang menampakkan lekuk badannya. Seperti stripper. "Rebecca! Ayo kita berangkat, sebentar aku akan mengambil mantel dan kunci mobilku. Malam-malam begini tidak memakai mantel akan menyebabkan pria-pria hidung belang beruntung." ujarnya. Ya, ini adalah malam, malam yang terlalu malam. Sudah pukul 21.00. Pesta ulang tahun macam apa yang dirayakan pukul 21.00?

-----------------------------------------------------------------
*Ben's POV*

Hari ini Jilly akan datang bersama salah seorang temannya--yang tidak ku ketahui siapa, Jilly hanya berkata bahwa kita(aku dan teman Jilly) mempunyai obsesi yang sama pada sastra--untuk merayakan ulang tahunku yang ke 22. Tua sekali diri ini.

-----------------------------------------------------------------

*Becca's POV*

Kami sudah berada di depan sebuah flat mewah yang tidak terlalu besar. Aku menghentikan jalanku dan menarik Jilly. "Apa kau yakin ia tidak apa-apa? Dan apa sebenarnya pekerjaan kekasih gelapmu ini?" tanyaku. "Iya, dan dia adalah jurnalis koran New York Times." ujarnya sembari melepaskan lengannya dari genggamanku. Aku merasa familiar dengan 'jurnalis koran New York Times'. Terasa seperti ada yang pernah berkata seperti itu padaku, entah siapa dan dimana. Kami menghentikan langkah kami dan menekan tombol bel. Terdengar suara hentakan kaki menuju pintu dan akhirnya terdengar juga suara kunci yang diputar. Klik! bunyi kunci yang menandakan pintu yang sudah dapat dibuka. Dibukalah pelan-pelan pintu itu dan...

ASTAGANAGA!

-----------------------------------------------------------------

BERSAMBUNG!

MAAF YA DIPOTONG SAMPE SINI, LAGI BUNTU HUFT.

OH YA VOTE AND COMMENTS YAWZ FOR ANOTHER EXCITING CHAPTERS!

Lots Of Love,
Farah.

Jatuh.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang