Bissmillah, assalamu'alaikum!
Bintangnya udah di klik belumm ni?
Yuk klik dulu sebagai pendukung author❤Ibadah diutamakan terlebih dahulu ya guys! ❤
=====
Susana sarapan pagi ini sangat berbeda, atmosfernya terasa sangat dingin. Tidak ada percakapan apapun di meja makan, semuanya fokus pada sarapan.
Oke baik, sekarang sudah waktunya untuk menjelaskan kejadian semalam. Aku tidak sanggup jika didiamkan seperti ini, lebih baik dimarahi daripada didiamkan.
"Yah, Bun maaf semalam sehabis acara aku nggak pulang, aku nginep di hotel. Kebetulan acaranya di hotel, daripada pulang malem jadinya aku pesen kamar," jelasku.
"Sama siapa?" Ayah menatapku dingin.
"Sama ... temen." Yaallah maafin aku, aku terlalu takut untuk jujur soal kejadian semalam.
"Kenapa telepon dari Ayah nggak diangkat? Kamu pikir kita gak khawatir?" Dingin, tegas itulah sikap Ayah saat ini.
"Kita nungguin kabar semalaman, Bunda kamu sampe nggak tidur karena mikirin kamu!" Bentak Ayah.
Aku tersentak, ini pertama kalinya Ayah membentakku. Mataku memanas, lalu air mata pun luruh. Tangisku pecah saat itu juga, aku tidak sanggup jika harus menceritakan yang sebenarnya terjadi kepada mereka. Aku takut akan respon mereka saat tahu kebenarannya.
"Ma-af," Hanya itu yang mampu kuucapkan pada mereka.
"Astaghfirullah, Istighfar yah, Alesha itu perempuan. Gak baik ngebentak dia," Ayah pun segera beristighfar.
Setelah amarah Ayah agak mereda, aku mengucapkan beribu maaf sambil mencium kedua kakinya begitupun kepada bunda.
Namun, bunda malah menangis dan berusaha membantuku untuk berdiri.
"Dek, udah udah. Ayo bangun," Pundakku diraih bunda untuk berdiri.
"Hiks ... Maaf yah, bun."
Ayah mendekatiku, aku hanya menunduk. Lalu tiba-tiba Ayah memelukku sambil mengusap kepalaku."Iya Ayah maafiin. Maafin Ayah juga ya udah bentak adek," Aku mengangguk dalam pelukannya.
Dari belakang Ayah, aku bisa melihat bunda tersenyum melihat kami.
"Udah gih buruan sana pada berangkat, nanti telat kerjanya. Dek, kamu langsung berangkat aja, ini biar bunda yang beresin." Aku mengangguk dan segera berpamitan, tidak lupa mencuci muka terlebih dahulu.
=====
Sesampainya di kantor, aku diberi tahu oleh Bella bahwa dipanggil Bu Rahma ke ruangannya. Aku segera bergegas untuk ke lantai atas —ralat paling atas, lantai empat. Sebenarnya lantai itu dikhususkan untuk tempat para atasan di perusahaan ini, termasuk aku.
Aku menyandang jabatan sebagai event manager di perusahaan ini, sesuai dengan pendidikan yang kutempuh dan profesionalitasku dalam bekerja.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, masuk."
Aku masuk ke ruangan Bu Rahma, namun langkahku terhenti saat melihat sosok laki-laki yang tidak ingin kutemui saat ini.
Kami bertatap mata, aku langsung menundukkan kepala. Pikiranku rancu saat bertemu dan melihatnya, kejadian semalam seolah terus berputar dalam pikiranku.
Ya meskipun tidak terjadi hal lebih, maksudnya dia hanya melihatku tanpa memakai jilbab.
"Aqilla? Kita bicara di sini saja," Bu Rahma memberi kode padaku agar duduk di sebelahnya yang otomatis berhadapan dengan Pak Raffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH KITA
Teen FictionKetika hati yang sudah lama terkunci dengan mudahnya terbuka lebar tanpa aba-aba, itulah kisahku. Bertemu lagi dengannya setelah sekian lama, nyatanya mengingatkanku pada satu hal. Entah aku yang terlalu percaya diri, atau kamu yang lupa. Bahwa ada...