Allahumma sholi 'ala sayyidina Muhammad, wa 'ala ali sayyidina Muhammad.
Jangan lupa beribadah, utamain shalat dan mengaji yaa. Baru habis itu baca cerita💜
Tolong klik dulu bintangnya, jangan lupa comment juga yaa. Apapun itu, InsyaAllah author baca. Tolong dihargai💜
Semoga menghibur💜
=======
"Dek, ini tolong cuci buahnya. Nanti langsung taruh aja di meja makan," ucap Bunda padaku.
Setelah selesai, kami menunggu kedatangan Ayah dan Bang Aydan pulang dari masjid.
"Assalamu'alaikum." Nah kan, panjang umur mereka berdua baru juga disinggung. Tapi kenapa suaranya seperti suara perempuan?
Dan kenapa mereka tidak segera masuk. Biasanya juga langsung masuk, apa ada sesuatu?
Alesha menghampiri pintu setelah memakai hijab instant, "Bang—loh?"
Spontan gadis itu terdiam, mereka yang melihat keterkejutan Alesha hanya tersenyum. Lalu beberapa saat setelah tersadar dari keterkejutan, gadis itu mempersilahkan kedua tamu untuk masuk.
Mereka adalah Bu Rahma dan Pak Raffa, pikiran Alesha menjadi berkecamuk saat itu juga. Terlebih tidak ada yang memberitahunya sama sekali untuk berkunjung.
Alesha pergi ke dapur untuk membuatkan mereka teh manis hangat, sebelum itu ia sudah memberitahu Bunda kalau saat ini kedatangan tamu.
Bunda menghampiri mereka,"tunggu sebentar ya, Ayahnya Alesha lagi ke masjid. Sebentar lagi juga pulang kok," Jelas Bunda.
Betulkan, mereka ada keperluan dengan Ayah.
Alesha menyimpan teh itu di meja. "Maaf, Ibu jadi ngerepotin ya, Qil?"
"Nggak kok bu, tamu itu kan raja. Jadi hukumnya wajib buat di jamu," Jawabku sekenanya.
Selang beberapa menit, Ayah dan Bang Aydan pulang. Mereka bingung karena kedatangan tamu di waktu malam, terlebih tamunya adalah atasanku.
Bang Aydan dan Pak Raffa tidak lupa berhigh-five, "Setelah sekian lama akhirnya lo main juga ke sini. Ngomong-ngomong tumben, ada apa nih?"
Setelah berbasa-basi, Bunda dan Ayah baru mengerti bahwa Pak Raffa adalah teman kuliah Bang Aydan yang dulu mereka satu organisasi dan berteman baik.
"Sebelumnya mohon maaf kalau kedatangan kami tiba-tiba begini, dan mengganggu istirahatnya."
"Kami ke sini sebenarnya atas saran dari anak saya, dia katanya ingin menyampaikan sesuatu," lanjutnya sambil melirik Pak Raffa yang duduk di sebelahnya.
Aku dilanda khawatir, jantungku berdetak kencang. Aku takut laki-laki itu menceritakan kejadian malam itu sekarang, aku tidak sanggup melihat reaksi keluargaku.
Aku melihat dia menjadi gugup dan berulang kali menarik nafas. "Bissmillah, sebelumnya mohon maaf karena bertamu malam-malam tanpa memberi tahu."
Aku melihat Ayah tersenyum, "Gak papa, baru juga jam delapan, kurang malah. Apa anak saya membuat kesalahan saat bekerja?"
"Bukan Om, sebenarnya kedatangan Saya atas izin dari Ibu dan Allah ke sini ingin mempersunting Putri Pak Rahman."
Aku, Ayah, Bunda, dan Bang Aydan terkejut. Pandangan mereka tertuju padaku, aku bingung harus memberikan respon seperti apa.
Karena melihat keterkejutan kami, laki-laki itu kembali angkat bicara. "Mungkin kedengarannya terlalu terburu-buru, mengingat pertemuan Saya dan Alesha sangatlah singkat. Tapi niat saya baik, untuk menyempurnakan ibadah."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH KITA
Novela JuvenilKetika hati yang sudah lama terkunci dengan mudahnya terbuka lebar tanpa aba-aba, itulah kisahku. Bertemu lagi dengannya setelah sekian lama, nyatanya mengingatkanku pada satu hal. Entah aku yang terlalu percaya diri, atau kamu yang lupa. Bahwa ada...