Tidak ada perasaan semenyenangkan seperti kembali ke rumah. Setelah beberapa hari menghirup aroma disinfektan yang begitu lekat dengan rumah sakit, rasanya melegakan dapat mencium kembali udara berpengharum ruangan di dalam rumah. Punggungnya yang sudah lelah dengan matras keras di ranjang rumah sakit kini menemukan tempat nyamannya kembali di atas tempat tidurnya yang begitu ia rindukan. Kasur empuk itu menyambutnya dengan berjuta kenyamanan yang tak tergantikan dengan apapun.
Desahan puas tak dapat ia tahan selepas ia berbaring di atas kasur berlapis sprei hijau lumut itu. ZheHan tertawa kecil melihat tingkahnya.
Gong Jun menepuk-nepuk tempat di sebelah ia berbaring, mengharap ZheHan untuk bergabung dengannya di atas ranjang. Meski dengan langkah yang malu-malu, ZheHan akhirnya duduk di sebelah Gong Jun yang masih berbaring santai.
"Apa kau lapar?" ZheHan meraih bantal yang bersandar di dipan tempat tidur untuk ia dekap di pangkuannya. "Akan ku buatkan sesuatu."
Perhatian Gong Jun terpicu, "Kau bisa memasak?"
"Aku bisa membuat telur mata sapi." Gong Jun bisa mendengar suara ZheHan yang dikulum cemberut meski tanpa melihat. Senyum gemas melintas di bibirnya.
"Tidak usah. Aku tidak lapar. Tetaplah di sini bersamaku." Pinta Gong Jun. Ujung jarinya meraba lengan ZheHan, menyentuhnya sengan usapan yang hampir semu, tak terasa.
Sebuah perasaan membuai Gong Jun dalam kehangatan. Ini pertama kalinya ZheHan berada di dalam kamarnya, berada di atas ranjang bersamanya. Sekali waktu itu di rumah orang tua ZheHan, memanglah mereka pernah tidur di ranjang yang sama. Namun saat ini berbeda. Saat ini, di kamar Gong Jun, tak ada lagi tembok pembatas yang memisahkan mereka. Di dalam lindungan privasi kamar tidur Gong Jun, kamar yang seharusnya menjadi kamar pengantin di malam pertama pernikahan mereka, cinta bisa tumbuh sebebas yang ia mau.
Gong Jun menarik lembut lengan kemeja ZheHan, memintanya dalam diam untuk merebahkan tubuh di sampingnya. Sepasang mata meneduhkan itu berkedip pelan saat ia perlahan menurunkan tubuh untuk berbaring miring menghadap Gong Jun.
Untuk pertama kalinya, Gong Jun bisa membawa suaminya ke dalam kamar tidurnya. Suami. Ia bisa memanggil ZheHan demikian sekarang. Alangkah bahagianya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" ZheHan mengucap sebuah tanya yang tak bisa dijawab dengan mudah oleh Gong Jun. Karena, bagaimana mungkin ia bisa menjawab pertanyaan rumit itu? Tak bisa ia jelaskan pergolakan yang bertempat di hatinya - campuran berbagai lapis rasa bahagia yang berselang-seling - semudah menjelaskan keadaan cuaca di pagi hari.
Gong Jun meraih tangan ZheHan. Ia mengusap-usap cincin yang melingkar di jari manis lentik itu. Kehangatan kembali menyebar di tubuhnya.
"Apa aku tidak boleh memandangi suamiku?" Tak ada lagi beban yang menggantung, ataupun senyap yang mencekam, saat ia mengucapkan kata 'suami' kepada ZheHan. Yang ia dapat saat itu adalah sebuah rona yang menghias indah, dan senyum senang yang coba disembunyikan namun tak terlalu berhasil.
ZheHan memukul bahunya pelan. "Jangan menggombal padaku, Tuan Gong."
Gong Jun pura-pura meringis. "Aku rasa aku tidak butuh alasan untuk memandangi wajah indahmu, Tuan Zhang."
ZheHan menggigit bibir bawahnya. Pandangannya sejenak tertunduk kepada tangannya yang masih diusap-usap oleh Gong Jun. "Aku tidak tahu suamiku ternyata tukang gombal."
Jemari Gong Jun berhenti bergerak di tangan ZheHan. Sebuah degup tercipta di dalam dadanya, membawa serbuan hujan kelopak bunga warna-warni yang menari-nari indah. Gong Jun ingin mencatat di dalam memori. Hari itu, pertama kalinya ZheHan memanggilnya dengan sebutan suami. Meski mata elok itu tak mau bertemu pandang dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu, Tentang Kita 【END】
RomanceGong Jun menerima perjodohan itu karena ia terpesona, dan jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria yang akan menjadi suaminya. Pernikahan yang ia impikan menjadi sebuah bab baru penuh kebahagiaan, ternyata harus menjadi sebuah kisah kelam. Bunga...