Handuk separuh basah di atas rambutnya yang beraroma ceri dan mint berhenti ia usap-usapkan. Kain panjang itu menggantung di atas kepalanya seperti tudung. Pintu di belakangnya baru saja memberikan suara 'klik' saat tertutup oleh dorongan tangannya yang tak sedang mengeringkan rambut. Ia tak melanjutkan langkah, terhenti beberapa jengkal dari tepian tempat tidur.
ZheHan bersandar di dipan tempat tidur, sebuah bantal ia dekap di pangkuannya. Sekilas ia mencuri pandang ke arah Gong Jun saat ia baru memasuki kamar, namun dengan cepat ia mengalihkan tatapan tersipunya ke deretan buku-buku komik di rak meja belajar.
Gong Jun melanjutkan tugas handuknya untuk menyerap sisa-sisa air di rambutnya. Ia masih berdiri di antara pintu dan tempat tidur, mengusap-usap rambut dengan handuk seraya menatap sisi wajah ZheHan.
"Aku punya kasur lipat di lemari." ZheHan meremas-remas pinggiran bantal di pangkuannya. Ia memeluk bantal itu sedikit lebih erat, mungkin berharap agar kegugupannya bisa diserap oleh busa bantal yang empuk itu. "Aku akan tidur di bawah. Kau tidurlah di tempat tidur."
Gong Jun menemukan geraknya kembali. Kakinya melangkah tanpa diperintah oleh otak. "Kenapa kita tidak tidur di tempat tidur berdua saja?"
Tanya yang terlontar dengan begitu santai itu membuat ZheHan tak lagi menganggap komik-komik lamanya menarik untuk dipandang. Ia berpaling menghadap wajah Gong Jun dengan sebuah kerut di dahinya. Mulut yang mencipta segaris celah itu seolah ingin menanyakan apa yang sudah dikatakan Gong Jun.
Gong Jun menempatkan dirinya di tepi tempat tidur. Ia tetap berusaha menjaga jarak.
Ia tak ingin, kelopak-kelopak mawar itu berguguran karena tangan kasarnya.
"Aku tidak akan menyentuhmu, kalau itu yang kau khawatirkan." Gong Jun menopang tubuhnya dengan satu tangan di atas kasur, mata hangatnya menatap ZheHan lekat.
"Bukan itu." Sanggahan ZheHan yang terucap kikuk membuat Gong Jun memiringkan kepalanya tak mengerti. "Aku hanya- aku takut kau merasa tak nyaman. Tidur berdua dengan orang asing." Kalimat keduanya mengalir lirih, mengiringi pandangannya yang perlahan turun menuju pola bunga daisy yang menghiasi sarung bantal.
"Kenapa aku harus merasa tak nyaman," Tangan Gong Jun yang menekan matras hampir mengepal, membuat sprei di sekitar jarinya memunculkan kerut. "tidur dengan suamiku sendiri?"
ZheHan mematung di tempatnya. Bantal yang ia dekap semakin mendekat menekan dadanya.
Beberapa detik berlalu dalam diam, sebelum akhirnya ZheHan berdiri dari tempat tidur dan terbata mengatakan, "A- aku mau mandi dulu."
Gong Jun menyungging senyuman tipis sambil menggeleng, ekor matanya mengikuti ZheHan yang terburu meninggalkan kamar. Senyum itu masih tertinggal di sana meski pintu telah menutup dan menghilangkan ZheHan dari pandangan.
*
Kendati melalui perdebatan yang lumayan panjang, Gong Jun dan ZheHan akhirnya menemukan diri mereka berbaring bersebelahan di atas tempat tidur. Tembok tak kasat mata mengisi celah yang mencipta jarak di antara mereka.
Gong Jun tak lelah meyakinkan ZheHan bahwa ia tak keberatan, dan ia sama sekali tak ingin ZheHan tidur di bawah. Seraya menyembunyikan rona yang merekah, ZheHan pada akhirnya tunduk pada kegigihan Gong Jun. Meski dengan keluh tersipu yang ia samarkan menjadi gerutuan.
"Aku harap kau tidak mendengkur saat tidur." ZheHan menarik selimut hingga tepiannya yang tebal menyentuh ujung dagunya. Di tengah kegelapan samar yang menyergap penjuru kamar tidur, Gong Jun bisa mendengar seringai mengejek dalam suara yang sudah terbayangi kantuk itu.
"Aku bisa mengatakan hal yang sama padamu." Balasan Gong Jun mendapat sebuah dengusan dari ZheHan. "Dan, jangan khawatir. Aku tidak mendengkur." Ia melempar senyum ke samping, meski ia tahu ZheHan tak bisa melihatnya.
Mereka bertukar beberapa kata tentang hal-hal sederhana, hal-hal tak penting. Percakapan mengalir tanpa berpapasan dengan kecanggungan. Percakapan panjang yang pertama kali tidak menyangkut kasus pembunuhan.
"Kau lihat boneka rusa yang ada di pojok rak? Itu Chopper, karakter favoritku selain Luffy." Gong Jun sedikit melihat siluet tangan ZheHan yang menunjuk ke arah meja belajar. Dalam gelap, ia tak bisa melihat objek yang ditunjuk ZheHan. Tapi ia ingat ada sebuah boneka rusa bertopi merah muda di atas rak.
"Luffy, nama anjingmu, kan?" Gong Jun tak begitu mengetahui karakter-karakter di film kartun favorit ZheHan. Namun nama 'Luffy' langsung mengingatkannya pada seekor anjing Siberian Husky yang berguling manja di halaman depan tadi sore.
"Iya." ZheHan menghembuskan tawa kecil. Ada uapan yang ingin ditahannya namun gagal. "Ibu awalnya tidak setuju aku memberinya nama itu." Ujarnya setelah menguap lebar.
"Sudah larut, sebaiknya kau tidur." Gong Jun lantas berkata setelah beberapa saat. Ia bisa merasakan ZheHan mengangguk di bantalnya.
Tak ada lagi yang terdengar di tengah kamar yang sudah digenangi semburat hitam itu, selain helaan napas lirih yang mengantarkan menuju gerbang mimpi. Mereka tertidur pulas di masing-masing sisi tempat tidur, berjauhan seperti ujung magnet berbeda kutub.
Jarak yang menjaga mereka cukup lebar. Karena itu Gong Jun begitu terkejut ketika keesokan harinya, di kala ia terbangun oleh sapaan hangat sinar mentari, ia merasakan sebuah beban menekan dadanya. Setelah kabut mimpi sepenuhnya menghilang dari kepala, Gong Jun bisa mencerna bahwa 'beban' yang melingkar di dadanya, ternyata adalah lengan ZheHan. Dan udara hangat yang membelai bahunya adalah napas ZheHan.
ZheHan memeluknya.
ZheHan memeluknya.
Dan ia sedang tidak bermimpi.
Gong Jun tak berani bergerak. Ia takut gerakan sekecil apapun bisa merusak momen berharga yang tak disangka-sangkanya itu. Bunga-bunga menari indah di hati Gong Jun, guguran kelopaknya bertebaran mengisi setiap celah dadanya. Gong Jun ingin saat itu berlangsung lebih lama.
Namun sepertinya harapan itu harus menemui akhir.
ZheHan menggeliat terjaga dari pulasnya. Lengannya sejenak mengerat di tubuh Gong Jun. Lengan itu kemudian berubah kaku, saat ia sadar apa - atau siapa - yang tengah dipeluknya.
Pandangan Gong Jun bertemu dengan sepasang mata indah yang terbelalak lebar.
ZheHan melompat dari posisi berbaring, menjauh ke sisi lain tempat tidur seperti orang kepanasan. Pekik terkejut tak sengaja terlepas dari mulutnya. Pipi yang meninggalkan bekas guratan dari bantal itu kini berhias sapuan merah muda di permukaannya.
"ZheHan-"
"A- Aku minta maaf. Aku-"
"Han-han, ada apa sayang? Kenapa kau berteriak?" Suara nyonya Zhang mengalun teredam dari balik pintu, sebuah ketukan menyertai.
"Tidak ada apa-apa, bu." ZheHan segera menyahut. Pandangan liarnya mengarah kemanapun selain ke mata Gong Jun.
Gong Jun bisa mendengar ibu mertuanya cekikikan di luar kamar. Ia menangkap sebuah suara samar yang mengatakan, "Ah, dasar pengantin baru."
ZheHan hanya duduk di tepi tempat tidur. Ia terlihat seperti ingin menyembunyikan diri di balik selimut. Atau mungkin berharap agar kasur bisa menelannya saat itu juga.
*
(Bersambung)
a/n: Hari ini upload 3 chapter lagi. Kalau lagi mood nulis emang susah berhenti 😭
Terima kasih banyak, ya buat kalian yang udah meninggalkan vote dan komen. Kalian sumber semangatku... 😚❤️❤️
Sampai bertemu di chapter selanjutnya ya... ^o^/
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu, Tentang Kita 【END】
RomanceGong Jun menerima perjodohan itu karena ia terpesona, dan jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria yang akan menjadi suaminya. Pernikahan yang ia impikan menjadi sebuah bab baru penuh kebahagiaan, ternyata harus menjadi sebuah kisah kelam. Bunga...