[59] Sekilas Mimpi Buruk

139 17 11
                                    

Daniel dan Corie sudah sampai lima belas menit yang lalu di sebuah Butik. Namun selama itu, tidak ada tanda-tanda Iren dan Kenny akan datang ke sana.

Daniel gelisah. Dari awal ia tak yakin Iren akan baik-baik saja bersama Kenny. Perasaannya sekarang juga tak enak. Sudah beberapa kali mencoba untuk menghubungi Iren tetap saja nomornya tidak aktif. Cowok itu sangat khawatir.

"Ken juga ga ngangkat telfonnya. Chat aku aja belum dibaca. Aku udah coba sebisa aku buat hubungi dia," jelas Corie dengan perasaan tak enak hati pada Daniel.

Pasalnya Daniel sejak tadi terus marah-marah karena Iren dan Kenny tak kunjung datang. Daniel juga sesekali menyalahkan dirinya atas itu semua.

"Kakak lo itu gimana sih?! Seharusnya tadi gue ga ngizinin Iren berangkat sama kakak lo. Awas aja kalo sampe terjadi apa-apa sama Iren, gue ga bakal maafin dia!" Daniel terlihat begitu kesal.

"Kok kamu malah nyalahin Ken sih? Kan kamu sendiri yang setuju," protes Corie. Bagaimana pun Kenny tetaplah Kakaknya.

"Terus kalo gue ga nyalahin Ken gue harus nyalahin siapa? Iren maksud lo?!" balas Daniel.

Corie kicep. Daniel sensi sekali kalo sudah menyangkut Iren. Lihat saja sekarang cowok itu malah marah padanya. Corie sampai tak bisa bela diri.

"Lagian ini juga salah lo. Kan elo yang punya ide buat ngajak gue dan Iren ke sini. Lo bahkan nyuruh Iren buat berangkat sama Ken," ungkit Daniel, menyalahkan Corie atas apa yang terjadi.

"Tapi aku cuma--" Belum sempat Corie membela diri lagi, Daniel malah kembali membuang muka dan mencoba untuk menghubungi Iren lagi.

Hati Corie begitu sakit saat Daniel sama sekali tak memperdulikan perasaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati Corie begitu sakit saat Daniel sama sekali tak memperdulikan perasaannya. Daniel malah peduli pada Iren.

"Kamu kok khawatir banget sama Iren?Dia kan ... cuma Adek tiri kamu," ucap Corie memberanikan diri.

Mendengar itu, membuat Daniel langsung menurunkan ponsel dari telinganya lalu beralih menatap Corie dingin dan tajam.

"Kenapa kalo Iren cuma Adik tiri gue? Kenapa kalo gue ngawatirin dia? Lo keberatan?" balas Daniel, sengit.

"Bukan gitu. Aku cuma heran aja. Salah gitu kalo aku nanya?" nyali Corie sedikit menciut.

"Salah!" tekan Daniel, setengah membentak.

Corie terdiam. Menatap Daniel tak percaya. "Kamu ... kenapa jadi bentak aku? Aku kan calon tunangan kamu, Daniel!" protes Corie berusaha kuat untuk tidak lemah di hadapan Daniel. Padahal ingin sekali gadis itu menangis.

Tiba-tiba Daniel mengeringai kecil. "Ingat ya Corie ... ingat baik-baik. Gue nerima perjodohan itu karna suatu alasan. Bukan semata-mata gue mau sama lo. Lo tau sendiri gimana perasaan gue ke elo itu kayak gimana!" tekan Daniel, memperjelas.

Mendengar pernyataan Daniel membuat hati Corie benar-benar tertohok. Dadanya terasa sakit.

"Ga bisa gitu Daniel, kamu belajar suka sama aku? Sedikit aja. Emang aku kurang apa di mata kamu?" Corie merasakan matanya mulai memanas. Harus itu masih berusaha kuat untuk tidak menangis.

My Annoying Stepbrother [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang