[22] Rebutan Daniel

1.1K 102 17
                                    

"Kalian ngapain?"

Sontak Daniel dan Iren mengalihkan pandangannya ke arah seseorang yang sedang berdiri di hadapan mereka. Gadis itu menatap keduanya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Eh, Fiona? Lo ada di sini juga?" Sapa Daniel sembari bangkit dari posisinya dan beralih menatap gadis yang ada di hadapanya saat itu. Sampai-sampai dia lupa Iren masih terduduk di tanah.

Sialan, Gue ditinggalin! Bukanya dibantuin malah ngobrol sama tu cewek! _ batin Iren kesal. Ia jengah melihat keakraban keduanya.

"Mulai hari ini aku tinggal di rumah Tante aku, Kak. Mama sama Papa soalnya dipindah tugasin ke Bandung. Kebetulan rumah Tante aku ga jauh kok dari sini." Jelas Fiona pada Daniel.

Iren memutar bola matanya malas. Malas mendengarkan curhatan yang membosankan itu menurutnya.

"Wah, rumah gue juga deket sini kok! Kalo gitu kita bakal sering ketemu dong?" Sambut Daniel antusias.

Fiona tersenyum malu. "Hehe, kayaknya gitu."

Anjir, gue beneran dicuekin! Dasar Kakak Laknat! Minta dihujat ni orang_ geram Iren dalam hati menatap Daniel yang asik mengobrol bersama Fiona dengan tatapan tajam.

"Ehm, hm!" Iren sengaja berdeham untuk menyidir keduanya. Mengingatkan bahwa dirinya masih berada di bawah sana. Tapi entah kenapa dia merasa seperti obat nyamuk. Begitu menyebalkan!

Daniel dan Fiona melirik ke arah Iren yang masih bersimpuh di tanah. Daniel yang baru menyadari itu memukul jidatnya keras.

"Ah, yaampun, gue sampe lupa kalo lo masih di sana! Kalo gitu sini gue bantuin berdiri!" Daniel mengulurkan tanganya kepada Iren berniat membantu gadis itu untuk berdiri.

Iren menepisnya dengan kasar. Menatap cowok itu sinis.

"Ga perlu! Gue bisa sendiri!" Ketus Iren lalu berusaha bangkit dari posisinya.

Daniel semakin merasa bersalah.
Apalagi sepertinya Iren tampak kesal padanya.

"Hy Kak? Kakak di sini juga?" Sapa Fiona pada Iren tersenyum ramah.

Iren tak menggubris. Ia membuang wajahnya ke arah lain.

"Itu jidat kakak kenapa? Kok merah gitu? Kakak abis jatuh ya?" Tanya Fiona agak kaget melihat kening Iren yang memerah seperti abis terbentur.

Ck, sok care banget sih ni cewek! Caper banget!_ batin Iren memutar bola matanya jengah.

"Iya, tadi ga sengaja nabrak pohon. Tapi gapapa kok, cuma kebentur dikit aja." Kali ini bukan Iren yang jawab, melainkan Daniel. Tau sendiri Iren itu dinginya seperti apa.

Kebentur dikit pala lu pitak! Tadi pala gue rasanya mau pecah tau ga!_ batin Iren lagi, geram. Tapi ia lebih memilih untuk diam. Semenjak Fiona datang, ia merasa mood bicaranya jadi hilang.

"Kayaknya itu perlu diobatin deh kak, takutnya jadi bengkak. Aku obatin ya?" Tawar Fiona ikut khawatir.

"Ga perlu! Gue baik baik-aja! Lo ga usah sok peduli!" Tolak Iren dengan nada sisnisnya.

"Ren, lo apaan sih?! Fiona berniat baik mau bantuin lo, kok lo ngomongnya gitu sih?!" Tegur Daniel tak suka. Ia memarahi Iren.

What?! Kok jadi gue yang salah sih?! _ batin Iren.

"Kok jadi gue yang salah sih, Dan?! Kan gue ngomongnya bener!" Protes Iren, tak terima.

"Tapi seharusnya lo hargain Fiona dong yang udah baik mau bantuin lo. Dia itu tulus mau bantuin lo!" Tegas Daniel membela Fiona.

My Annoying Stepbrother [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang