[64] Satu Atap Berdua

177 32 37
                                    

Iren terbangun dari mimpinya. Gadis itu menatap langit-langit kamar yang kali ini tampak berbeda baginya. Iren beralih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia tersentak, lalu buru-buru bangkit.

Nafas Iren serengah memburu. Iren mengusap wajahnya kasar. Akhirnya Iren menghela nafas berat.

"Gue lupa kalo sekarang gue udah di usir dari rumah," gumam Iren, tersenyum kecut.

Iren baru menyadari bahwa kamar yang ia tempati sekarang bukanlah kamarnya, melainkan kamar di Apartemen milik Daniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iren baru menyadari bahwa kamar yang ia tempati sekarang bukanlah kamarnya, melainkan kamar di Apartemen milik Daniel.

Iren kembali teringat soal kejadian semalam. Saat di mana ia dan Daniel diusir dari rumah. Saat kedua orang tuanya menantang keras hubungannya dari Daniel. Saat semua ketakutan Iren berubah jadi kenyataan.

Iren melirik ke arah sofa. Di sana ada Daniel yang masih terlelap. Iren beranjak turun dari ranjang. Melangkah perlahan menuju sofa tempat Daniel tidur meringkuk.

Gadis itu sengaja berjongkok agar bisa memandangi wajah pria-nya. Hatinya terasa damai melihat cowok itu terlelap. Daniel juga terlihat tampan bahkan saat tidur. Rasanya tak pernah bosan untuk memandangi wajah itu. Ia pun mengulas senyum di bibirnya.

Karena merasa Daniel tak akan bangun, Iren memberanikan diri untuk menyentuh hidung mancung Daniel dengan memainkan jari telunjuknya. Di tengah aksinya, tangan Iren tercekat karena tangan Daniel tiba-tiba saja menahannya. Iren terkesiap. Daniel membuka matanya lalu menatap gadis di hadapannya dengan senyum manis.

"Usil banget sih pacar aku pagi-pagi," gumam Daniel dengan suara serak khas baru bangun tidur.

Wajah Iren memerah. Apa ini defenisi ketahuan? Iren pun buru-buru menarik tangannya dari Daniel. Lalu berusaha bersikap tenang.

"Kok ga bilang-bilang sih kamu udah bangun? Tadi itu aku cuma gabut aja kok!"

Daniel terkekeh. "Gabut ya?"

Cup!

Iren membulatkan matanya. Daniel tiba-tiba mencium singkat pipi Iren.

"Barusan juga gabut," jelas Daniel tersenyum jahil.

Iren tersenyum. Ada-ada saja kelakuan Daniel.

"Aku senang deh. Pagi-pagi udah liat bidadari," ujar Daniel lagi, sembari melebarkan senyum di bibirnya memandangi wajah Iren di hadapannya.

Iren blushing. "Apasih kamu! Pagi-pagi udah gombal. Udah ah, aku mau--" Iren yang hendak berdiri tercekat oleh Daniel yang lebih dulu bangkit dan menarik lengannya, membuat gadis itu terduduk di pangkuan Daniel.

Daniel melingkarkan kedua tangannya di pinggang Iren. Sengaja menumpu kepalanya di pundak Iren dengan manja. Daniel bahkan kembali memejamksn matanya.

Melihat perlakuan mendadak Daniel padanya, membuat Iren terpaku. Ia cukup kaget dan tak bingung harus melakukan sesuatu apa.

"Daniel? Ka-kamu ngapain sih ini? Aku mau ke kamar mandi Daniel!" cicit Iren cukup merasa gugup.

My Annoying Stepbrother [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang