20

76 24 15
                                    

'Kemarahan Rafa'

***

Aiyla membuka matanya, mengerjap menyesuaikan dengan cahaya yang ada di sana.

Aiyla bingung. Di mana ia sekarang? aiyla melihat ke sekitarnya. Ini seperti di rumah sakit.

"Kamu sudah sadar?" tanya seorang wanita paru baya yang baru saja masuk ke ruangan itu.

"Ah, iya. Saya Nuning, semalam saya dan anak saya Abran menemukan kamu pingsan di pinggir jalan. Karena bingung mau menghubungi siapa, kami pun membawa kamu ke rumah sakit terlebih dahulu agar segera di beri penanganan lebih lanjut oleh dokter" jelas Umi Nuning.

"Terima kasih, Bu. Sudah membantu saya" ujar Aiyla, lalu tersenyum pada Umi Nuning.

"Ah iya, sampai lupa. Nama kamu siapa, Nak?"

"Nama saya Aiyla, Bu. Ibu bisa panggil saya Ai saja"

"Nama yang cantik, seperti orangnya" puji Umi Nuning. "Kamu tinggal di mana, Ai? Barangkali kami bisa mengantarkanmu pulang"

Aiyla terdiam. Ia berpikir sejenak, saat ini ia tidak ingin bertemu dengan Hanan dulu. Tapi, jika ia pulang ke rumah orang tuanya, ia takut nanti mereka akan banyak bertanya.

Aiyla menggelengkan kepalanya, "Saya tidak ingin pulang ke rumah, Bu"

Umi Nuning mengernyitkan dahinya, bingung. "Lalu?"

"Mungkin saya akan mencari tempat tinggal lain untuk sementara waktu"

Umi Nuning melihat Aiyla, sepertinya perempuan itu sedang ada masalah. Tapi, ia tak enak untuk bertanya. Itu kan masalah pribadinya.

"Kamu bisa tinggal di rumah kami" ujar Umi Nuning. Tapi, Aiyla menggeleng. Ia tidak ingin merepotkan Umi Nuning untuk kedua kalinya.

"Jika kamu tidak berkenan untuk tinggal di rumah kami. Kamu bisa tinggal di asrama bersama santriwati yang lain. Kebetulan kami tinggal di lingkungan pesantren" tawar Umi Nuning.

"Boleh, Bu" kata Aiyla sambil mengangguk menyetujui.

"Baiklah, kita tunggu Abran dulu ya. Dia lagi ngurus administrasi kamu. Habis itu baru kita pulang" Umi Nuning mengelus puncak kepala Aiyla yang tertutupi jilbab yang dipakainya.

"Assalamu'alaikum" ucap seseorang memasuki ruang rawat Aiyla.

Aiyla melihat seorang laki-laki yang menggunakan baju kokoh berwarna Navy itu mendekat ke sisi Umi Nuning.

'Tampan' batin Aiyla.

Astagfirullah. Aiyla menunduk seraya beristigfar. Ia tidak boleh seperti ini. Aiyla harus ingat, kalau dirinya masih menjadi istri Hanan. Tidak baik untuknya memandangi laki-laki lama apalagi sampai mengaguminya.

"Bagaimana, Bran? Sudah selesai?" tanya Umi Nuning pada putranya.

"Sudah Umi" jawab Abran seadanya.

Pandangan Abran tak sengaja bersibobrok dengan Aiyla. Dengan cepat Abran mengalihkan pandangannya. Ia masih ingat, kalau perempuan yang ada di ranjang ini bukanlah mahromnya. Dan tak baik, ia menatap perempuan yang bukan mahromnya itu lama-lama.

"Oh iya, Abran kenalin ini mbak Aiyla. Mbak Aiyla kenalin ini Abran putra saya" kata Umi Nuning memperkenalkan Abran pada Aiyla, dan begitu pula sebaliknya.

[2] I Love You, Mas CEO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang